Aku masih di taman, dengan Gus Zainal yang duduk di sebelahku. Keheningan mengisi udara. Hanya suara binatang malam yang terdengar.
Aku masih memandang bintang yang semakin sedikit. Menghilang di telan awan.
"Ada yang ingin saya sampaikan padamu" suara Gus Zainal memecah keheningan di antara kami. "Apapun yang terjadi suatu saat nanti, jangan pernak korbankan dirimu untuk siapapun. Termasuk saudaramu sekalipun"
"Maksud njenengan nopo Gus"
Dari kata-kata yang di ucaokannya barusan, jika aku tidak salah, ada banyak makna dalam ucapannya itu. Tapi aku sulit menjabarkannya.
"Nothing, saya dengar kamu akan di khitbah. Semoga berjalan lancar. Saya berpesan padamu, jangan berpikiran hal lain apalagi mengalah pada kakakmu. Jangan turuti apa kemauannya meskipun ibumu sedih. Terima khitbahnya. Saya yakin dia takdirmu. Saya permisi, segeralah kembali ke kamar dan istirahat. Assalamualaikum warahmatullah"
Aku menjawab salamnya lirih. Apa maksud ucapan panjang lebarnya. Apakah dia tahu masalahku selama ini? Tapi bagaimana bisa?
Bahkan Hafi hanya tahu garis besarnya saja. Aku memandangi punggungnya yang mulai menjauh. Mencoba memahamii sikapnya. Tapi gagal. Dia terlalu misterius untukku.
Dia berbalik lagi. Kenapa? Apa ada yang tertinggal?
"Oh ya, satu hal lagi, saya minta maaf untuk beberapa hari yang lalu. Harusnya saya tidak menyentuhmu. Harusnya juga saya tidak menarikmu ke mall itu jika kamu akhirnya kembali sakit"
Kemudian dia berbalik dan meninggalkan taman ini.
Sikapnya sangat misterius. Banyak yang mengatakan dia lelaki dingin. Tapi selama di dekatku aku tidak melihat kesan dingin pada dirinya.Aku pernah melihatnya berinteraksi dengan orang lain, dan yah, memang sikapnya dingin. Lebih sering berkata Sinin. Apalagi jika dengan perempuan.
Aku tahu semua itu bukan berarti aku memperhatikannya. Oke, kalian boleh mengganggap aku perhatian padanya. Tapi itu kulakukan semata-mata hanya untuk mencoba memahami karekternya. Walaupun selalu gagal.
Sudah ku bilang bukan, dia sangat misterius. Walaupun begitu, entah mengapa ada sedikit rasa nyaman saat dia ada di sekitarku. Aku merasa aman, merasa dia sangat bisa memahamiku.
Aku tahu itu salah, tapi semakin aku mencoba menghilangkan rasa itu semakin banyak rasa itu yang tumbuh.
Allah,,, sebenarnya ada apa denganku. Astaghfirullah,,,harusnya aku tidak terbawa perasaan dengannya. Dia masih orang asing.
Ampuni hamba ya Allah,,,jika ada rencana-Mu untuk aku dan dia, semoga saja rencana terbaik darimu. Aamiin ya Allah....
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafiazzahra
AltelePertemuannya dengan seorang Gus, putra seorang kyai juga kakak dari sahabatnya. pertemuan yang berubah menjadi takdir. Dia jodohnya. Walaupun banyak rintangan, termasuk dari keluarganya sendiri yang menginginkan dia menikah dengan kakaknya. Sekeras...