Sope.

494 30 0
                                    

Hoseok yang baru pindah ke daerah perumahan ini mencoba untuk mencari kawan. Bocah berumur sepuluh tahun itu berjalan ke taman bermain dengan sekantong permen coklat di tangannya. Rencananya coklat-coklat tersebut akan ia bagikan jika sudah mendapatkan teman.

Sesampainya di taman, senyum Hoseok mengembang saat melihat lima orang anak lelaki sepantar dirinya yang sedang bermain bola. Dengan langkah semangat Hoseok mendekati ke lima anak tersebut.

"Halo," sapa Hoseok sambil tersenyum lebar.

Kelima bocah itu berhenti bermain, lalu memandang Hoseok. "Ada apa?" jawab salah seorang dari anak tersebut.

"Boleh aku ikut bemain dengan kalian?"

"Tidak. Kami tidak mengenalmu," sahut seorang lagi.

"Namaku Jung Hoseok dan baru tadi siang aku pindah ke daerah ini," kata Hoseok. "Oh ya, aku membawa sekantong permen coklat, apa kalian mau?"

Mendengar penawaran itu, seorang bocah gendut berjalan ke arah Hoseok dan merebut sekantong permen yang dibawa Hoseok. "Terimakasih, ya."

Untuk sesaat Hoseok tampak terkejut. "Jadi, apa boleh aku bermain dengan kalian?" tanyanya penuh harap.

"Boleh." Bocah yang mengambil coklat tadi mendekati Hoseok. "Tapi sebelum itu, kau harus menganggu anak itu." Tunjuknya pada seorang bocah yang tengah membangun istana pasir.

Hoseok memandang anak di sebelahnya dengan tatapan bingung. "Kenapa aku harus menganggunya?"

"Karena itu adalah syarat untuk bermain dengan kami. Kamu mau bermain dengan kami 'kan?" Bocah gendut itu menyeringai, seraya memandang kawannya satu persatu.

"Baiklah," kata Hoseok sedikit ragu. "Tapi apa yang harus aku lakukan?"

"Hancurkan istana pasirnya. Kau berani?"

Hoseok memandang anak yang tengah bermain dengan pasir itu, lalu meneguk ludah. "Baiklah."

Ketika Hoseok berjalan mendekati bocah yang bermain pasir, kelima bocah tadi pergi dari taman bermain tersebut.

Setelah berhasil menendang istana pasir tersebut sampai hancur, Hoseok dengan cepat berlari. Namun, belum juga keluar dari area taman bermain, bocah tadi berhasil mengejarnya. Ia didorong hingga tersungkur ke tanah. Reflek Hoseok berbalik.

Ketika bocah tadi hendak melayangkan tinjunya, Hoseok sigap melindungi wajahnya dengan kedua lengan yang telah ia jadikan satu.

"Ampun! Aku hanya disuruh untuk menganggumu saja. Sumpah!"

Bocah tadi menghentikan niatnya, menjinju Hoseok. "Siapa yang menyuruhmu?"

Hoseok, terdiam sejenak, kemudian, memandang ke sekeliling taman. "Loh, kemana mereka." Bocah lelaki itu kembali memandang anak lelaki di depannya. "Benar tadi mereka ada."

"Apa yang menyuruhmu itu seekor babi besar, beserta empat babi kecil?"

"Bukan ... dia manusia sama seperti kita, kok," jawab Hoseok tak paham.

Bocah lelaki itu menghela napas. "Maksudku seorang bocah gendut dan empat orang bocah bertubuh kecil," jelasnya.

Hoseok mengangguk paham. "Oh ... iya."

Bocah berkulit putih pucat itu kembali mendesah. "Ya sudah pulang sana." Setelahnya mengusir Hoseok dingin, ia kembali ke tempatnya semula untuk membangun lagi istana pasirnya.

Melihat bocah itu membangun istana pasir, Hoseok bangun, kemudian mendekati bocah tadi. Ia berjongkok di depannya. "Aku bantu, ya."

Bocah tadi menatap Hoseok dingin. Ditatap seperti itu, Hoseok malah tersenyum lebar. "Bolehkan?"

Sope (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang