Lima.

130 8 1
                                    

Ayah Hoseok  mendapat telpon dari pihak sekolah, perihal anaknya yang sudah tidak masuk selama tiga minggu dan jika genap empat minggu, Hoseok akan di drop out dari sekolah.

Siang itu ayah Hoseok beserta istri duduk bersama di ruang tamu rumah untuk membahas tentang sekolah anak mereka.

"Mengapa tidak kita dukung saja keinginan Hoseok. Sebagai orang tua, harusnya kita percaya pada mereka?" ucap ibu Hoseok.

"Tap–"

"Pikirkan, Oppa, Hoseok itu anak kita satu-satunya. Bagaimana jika dia dikeluarkan dari sekolah? Belum lagi, jika dia gagal dalam audisi itu. Masa depannya akan suram, Oppa."

Sebenarnya sejak hari pertama Hoseok kabur dari rumah sampai sekarang, Tuang Jung sangat cemas pada sang anak. Ia selalu bertanya pada dirinya sendiri, Apa anaknya makan dan tidur dengan layak.

"Jika Hoseok gagal di audisi itu, kita bisa menyuruhnya untuk fokus sekolah dan menuruti keinginan kita," sambung ibu Hoseok.

Setelah berfikir jernih akhirnya ayah Hoseok pun setuju. "Baiklah, aku akan mengizinkan ia mengikuti audisi itu." Tuan Jung mendesah. "Tapi pertanyaannya sekarang, dia ada di mana?"

"Aku akan minta bantuan pada teman ditektifku untuk mencari Hoseok. Namun, sebelum itu kita harus membuat perjanjian, jika Oppa dan Tuan Min mengizinkan mereka."

Setelah membuat perjanjian yang di tandatangani oleh notaris dan ayah Yoongi, keesokan paginya, ibu Hoseok menemui anaknya yang bekerja di pasar.

Sebenarnya ibu Hoseok sudah lama tau perihal sang anak yang bekerja di pasar. Namun, ia sengaja tidak memberi tahu Hoseok.

"Permisi, saya mau beli buah," ujar ibu Hoseok pada anaknya yang sedang duduk memisahkan buah bagus dan busuk.

"Mau bua—" Hoseok menghentikan kalimatnya saat melihat sang ibu. Ia berdiri. "Eomma," katanya kaget.

Ibu Hoseok membelai rambut anaknya. "Hei ... kenapa kau kumal begini Hoseok-ah." Setetes air mata jatuh dari mata wanita itu.

"Eomma kenapa bisa tahu aku di sini dan ...." Hoseok mengedarkan pandangannya untuk memastikan apa ayahnya juga ada. "Apa Eomma bersama Appa?"

Ibu Hoseok tersenyum. "Tidak, Nak. Appa-mu bahkan tidak tahu kalau ibu telah mengetahui keberadaanmu."

"Hah, syukurlah," kata Hoseok lega.

"Hoseok-ah, apa Yoongi juga bekerja di pasar?"

"Iya, Eomma, tapi dia bekerja di tokoh sembako. Memangnya kenapa?"

"Tidak. Kapan kalian selesai bekerja?"

"Jam sepuluh, Eomma."

Ibu Hoseok mengajak anaknya untuk bertemu di sebuah restoran sore nanti, ia juga menyuruh anaknya membawa Yoongi. Nyonya Jung ingin kedua anak itu menandatangani perjanjian yang sudah dibuat sebelumnya.

Sore harinya, Hoseok, Yoongi dan Nyonya Jung duduk di sebuah meja, sebelum menyerahkan surat tersebut, ia memesan makanan dan membiarkan keduanya untuk makan.

"Eomma tidak sedang menjebak kami, 'kan?" tanya Hoseok waspada. Siapa tau saat mereka makan ayahnya dan ayah Yoongi datang, lalu menangkap mereka, pikir Hoseok.

Ibu Hoseok terkekeh. "Tidak, Nak, asal tau saja, aku sangat mendukung keinginan kalian."

Hoseok tidak menangkap kebohongan di mata sang ibu. Ia tersenyum lebar. "Terima kasih, Eomma." Hoseok memandang Yoongi yang duduk di sebelahnya. "Ayo, Gi dimakan, sudah lama rasanya kita tidak makan-makanan mevah." Yoongi mendengkus geli. Jujur ia juga rindu dengan makanan seperti ini.

Sope (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang