Tujuh.

105 5 1
                                    

"Apa kau mau jadi pacarku, Mei?" tanya Yoongi. Pada jam istirahat, Yoongi mengajak Meilisia untuk berbicara di depan perpustakaan yang selalu saja sepi.

"Maaf, tapi apa kamu serius?"

"Tentu. Aku sudah menyukaimu sejak lama. Aku takut kau tidak menyukaiku, makanya baru sekarang aku mengajakmu pacaran," papar Yoongi.

"Maaf, tapi memangnya aku terlihat menyukaimu, ya?"

Yoongi tercengang. Penuturan Meilisia yang terkesan angkuh membuat lelaki itu  agak kecewa. "Jika memang tidak menyukaiku, cukup bilang kau tidak menerima perasaanku. Tidak seharusnya kau berkata seperti itu padaku, Mei." Ketika pemuda berparas manis itu hendak pergi. Meilisia menahan tangan Yoongi.

"Maaf, maksudku bukan begitu. Aku menyukaimu juga Yoongi," tukas Meilisia.

Yoongi memandang wajah Meilisia. "Kau menyukaiku?"

Meilisia tersenyum. "Maksud pertanyaanku. Apa rasa sukaku padamu, terlihat jelas?"

Yoongi tersenyum lega, lalu menggeleng. "Tidak, makanya aku sempat kecewa tadi. Maaf karena telah salah paham?"

"Tidak apa-apa, Gi," kata Meilisia sambil tersenyum manis.

Yoongi memandang iris Meilisia, ia mengikis jaraknya dengan wanita yang berdiri di depannya. Terbuai dengan iris coklat Mei yang tampak menawan, tanpa sadar ia membawa bibirnya ke bibir Mei. Namun, saat bibir keduanya hendak menempel, terdengar suara Hoseok yang berasal dari samping.

"Jangan lupa pakai lidah, Gi." Hoseok mengarahkan kamera ponselnya kepada dua insan yang telah sah berpacaran beberapa menit lalu. Ia terkikik geli menggoda mereka.

Yoongi menjauh dari Meilisia. Lelaki itu memandang Hoseok kesal, kemudian ia berlari menuju temannya. Melihat Yoongi yang berlari, dengan cepat Hoseok kabur. Hoseok berlari sambil terus terkikik.

Meilisia hanya terkekeh geli saat melihat dua orang sahabat itu. Hari ini adalah salah satu moment yang membahagiakan untuknya, ia berharap semoga hubungan ia dan Yoongi dapat berjalan lancar, bahkan sampai ke jenjang pernikahan.

Meilisia terkikik saat mengiginkan Yoongi menjadi suaminya.

****

Sebulan berlalu dan audisi HB pun semakin dekat. Yoongi dan Hoseok, makin mengasah kemampuan mereka dalam rap.

Malam ini, Yoongi dan Hoseok pergi ke underground untuk meminta pendapat para senior. Pasca di setujui mimpi, oleh orang tua masing-masing, dua orang pemuda yang menamai grup mereka Sope, sudah tidak kesulitan lagi untuk pergi ke underground.

Sebagai ketua underground, Namjoon menyuruh duo Sope itu, naik ke atas panggung untuk perfome, di depan mantan anggota underground yang telah menjadi rapper profesional di industri musik Korea.

"Play the music ...." Hoseok memberi komando kepada operator. Alunan music hip hop pun mulai menggaung di tempat tersebut.

Sorak sorai mengiringi setiap Yoongi dan Hoseok. Para penonton tampak terpukau dengan penampilan keduanya.

Setelah lagu berkahir suara tepukan tangan pun menggema di seluruh ruangan. Mendapatkan apresiasi yang memuaskan Hoseok dan Yoongi pun merasa senang.

Namjoon mengambil mic dan menyuruh bintang tamunya, mengomentari penampilan mereka. Ia mengatakan jika penampilan keseluruhanya sudah bagus, hanya saja ada sedikit sekali miss.

Mendengar itu duo Sope itu makin percaya diri dan yakin jika keduanya akan lolos menjadi trainee di HB entertainment.  Sebagai ucapan terima kasih Yoongi dan Hoseok membungkuk memberi hormat.

***

Hoseok dan Yoongi berjalan beriringan menuju sekolah mereka. Keduanya mulai berangan-angan bagaimana jika mereka menjadi trainee dan berhasil debut.

"Aku akan membelikan orang tuaku rumah," ujar Hoseok.

Yoongi berdecih. "Kalau aku akan membelikan griya tawang  untuk Appa-ku dan mencarikannya seorang istri."

"Kenapa mau mencarikan appa-mu istri? Apa kau mau eomma-mu tergantikan?"

"Eomma-ku tidak akan pernah terganti. Aku hanya ingin ada yang mengurus Appa-ku di masa tuanya."

Akan terlalu egois bagi Yoongi jika membiarkan sang ayah hidup tanpa pendamping, di sisa umurnya. Apalagi suatu hari, ia akan sibuk dengan keluarganya sendiri dan tanpa sengaja, melupakan sang ayah.

Hoseok mengangguk setuju. "Bijak, memang bijak."

Di lain tempat.

Meilisia berjalan menuju kelas, setelah buang air kecil di toilet. Ia melangkah melewati Jisung yang sedang sendiri. Gadis itu berdoa agar lelaki itu tidak melihatnya. Namun, doa Meilisia tak terwujud, Jisung memanggilnya untuk menyuruh gadis itu mendekat.

"Ada apa?" tanya Meilisia.

"Aku dengar pacarmu yang gay itu, akan mengikuti audisi HB, ya?"

"Jaga mulutmu, Jisung. Yoongi bukan gay!" tegas Meilisia.

"Alah." Jisung berdecih tak perduli. "Apa dia akan ikut audisi dengan Hoseok?" lanjutnya bertanya.

"Iya, mereka berdua akan ikut audisi itu. Kenapa memangnya?"

Jisung memandang Meilisia.

****

"Hoseok, boleh aku minjam HP-mu, untuk menelpon ibuku?" tanya Meilisia saat ia dan Hoseok duduk berdua di kantin. Yoongi saat itu sedang ke toilet.

Hoseok menyerahkan ponselnya pada Meilisia. Pacar Yoongi itu pamit untuk menelpon ibunya ketempat lain. Setelah Meilisia pergi Yoongi pun datang.

"Meilisia ke mana?"

"Nelpon ibunya," jawab Hoseok.

Yoongi mengangguk. Mereka berdua  menunggu Meilisia datang untuk  makan bersama-sama. Tak sampai sepuluh menit Meilisia kembali. Gadis itu duduk di meja yang telah diisi oleh Yoongi dan Hoseok.

Mei mengembalikan ponsel Hoseok. "Apa kalian menungguku untuk makan?" tanyanya saat melihat nasi di piring dua sahabat itu nampak belum tersentuh.

"Kami menunggumu," kata Hoseok sambil memasukan ponsel di saku baju seragamnya.

Meilisia duduk di samping Yoongi. "Maaf, karena aku kalian terlambat makan."

"Mei, bisa tidak kamu jangan minta maaf untuk hal yang sepele?" kata Yoongi kesal. Hoseok hanya terkekeh pelan mendengar penuturan Yoongi.

"Maaf," kata Mei lagi.

"Astaga, Mei. Untung saja aku mencintaimu!"

"Kalau kau tidak mencintai Mei, akan kau apakan dia, Gi?" celetuk Hoseok.

"Kutarik rambutnya!" Mei memandang Yoongi dengan wajah tertekuk. Melihat wajah cemberut Mei, Yoongi pun memberikan cengirannya. "Hehe, maaf, By."

Malam ini, Yoongi menyambangi kediaman sang kekasih. Keduanya duduk santai di taman yang ada di atap gedung apartemen Meilisia tinggal.

Yoongi membawa dua kaleng air soda serta sekotak ayam goreng untuk menemani waktu pacaran mereka.

"Gi ...," panggil Meilisia agak ragu.

Yoongi yang selesai membukakan air soda untuk keduanya pun memandang Meilisia. "Ada apa?"

"Aku tidak tau ini benar atau salah, tapi aku harus mengatakan ini padamu." Perkataan Meilisia membuat Yoongi penasaran.

"Katakan saja, Mei."

"Tapi kamu jangan bilang-bilang pada Hoseok ya. Cukup kita berdua saja yang tau."

Yoongi menaikan sebelah alisnya. "Apa ini tentang Hoseok?"

Meilisia mengangguk. "Sebenarnya ... Hoseok, dia mengajakku untuk berpacaran di belakangmu."

Yoongi sangat terkejut mendengar penuturan Meilisia. Rasanya tidak mungkin jika Hoseok menusuknya dari belakang. "Apa kamu yakin, Mei. Hoseok tidak mungkin melakukan itu.

"Aku punya buktinya, Gi." Meilisa menujukan isi pesan Hoseok.



Sope (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang