Ketika jam istirahat, Hoseok dan Yoongi berjalan beriringan menuju kantin. Di perjalanan menuju kantin terlihat tiga orang anak lelaki yang sedang mengganggu seorang wanita.
Yoongi berdecih sambil terus berjalan. "Lihatlah wanita lemah itu, memangnya dia tidak punya kaki untuk menendang Ji-Sung?"
"Ya, sudah kau tolong saja dia," jawab Hoseok.
"Buat apa? Tidak ada untungnya untukku."
"Ya sudah, jangan dicibir," imbuh Hoseok.
Yoongi memandang Hoseok dingin. "Kau menyukainya, ya?"
"Eh, kenapa jadi aku menyukainya," kata Hoseok bingung.
Yoongi berdecak. "Sudahlah, jangan bicarakan wanita lemah itu lagi!" Hoseok mengeryitkan keningnya.
***
Saat makan di kantin, Yoongi melihat seorang wanita yang sepertinya sedang bingung mencari meja untuk makan.
"Hoseok, kau panggil dia untuk duduk di sini." Tunjuk Yoongi pada wanita yang hanya berjarak satu meter dari mereka.
"Hey," tegur Hoseok yang membuat wanita itu menoleh.
"Ada apa?" tanya gadis tadi.
Hoseok menepuk-nepuk kursi kosong di sebelahnya. "Lagi nyari tempat untuk duduk 'kan?"
Gadis itu mengangguk. "Iya."
"Ya udah duduk di sini saja. Kosong, kok."
Raut gadis itu tampak ragu, ia menoleh pada Yoongi yang sedang asik makan. "Memangnya tidak apa-apa, ya?"
"Tidak apa-apa," ucap Hoseok ramah.
Gadis tadi tersenyum, kemudian berjalan ke meja Hoseok dan Yoongi. Diam-diam, Yoongi melirik gadis itu sambil tersenyum simpul.
Ketika sang gadis telah duduk, Hoseok pun bertanya, "Nama kamu siapa?"
"Meilisia Lee."
"Kalau aku Jung Hoseok." Hoseok memandang Yoongi. "Dan ini, Yoongi."
Meilisia mengangguk. Sedangkan Yoongi, ia tidak berpaling dari makananya.
"Kamu kelas berapa?" tanya Hoseok.
"Kelas 11 IPS 5," jawab Meilisia canggung.
Hoseok membelalakkan matanya saat menyadari jika mereka bertiga sekelas. Pipi Hoseok memerah. "Hey, kenapa kau tidak bilang kalau kita sekelas!" protesnya pada Meilisia.
Meilisia tersenyum canggung. "Aku tidak berani."
Yoongi menahan kekehannya, lalu memandang Hoseok. "Pabo!" oloknya.
Hoseok memandang Yoongi kesal. "Diam saja kau, Kancil Albino." Kancil Albino adalah nama yang di berikan oleh panitia MOS pada Yoongi semasa mereka ospek. Meilisia pun tertawa kecil.
Mendengar tawa kecil Meilisa, Yoongi memandang wanita manis itu. "Apakah itu terdengar sangat lucu untukmu?!" tanyanya sinis.
Meilisia langsung merapatkan bibirnya. "Maaf."
Hoseok memandang Yoongi kesal. "Kenapa kau kasar sekali pada Meilisia?" Hoseok memandang Meilisia. "Maaf ya, sih, Yoongi memang begitu."
"Tidak apa-apa, saya yang salah karena sudah berlaku tidak sopan."
Hoseok memandang Meilisia kagum. "Bagaimana kalau kamu jadi pacar saya saja." Sedetik setelahnya, pemuda itu, merasakan sebuah tendangan di tulang keringnya. "Aw," ringisnya. Hoseok memandang Yoongi tajam.
"Sorry, tidak sengaja." Yoongi menyeringai.
Perasaan suka Yoongi kepada Meilisia bisa terbilang unik. Awalnya Yoongi begitu membenci Meilisia karena gadis selalu saja diam, walau telah di bully oleh Ji-Sung dan kawan-kawan. Namun, entah kenapa rasa ibanya muncul, kemudian berganti dengan rasa suka.
Setelah berhenti meringis, Hoseok memandang Meilisia. "Kalau begitu, mulai hari ini kita berteman, ya."
Meilisa menginggit bibir bawahnya. "Tidak apa-apa memangnya."
"Kenapa? Kau tidak mau?!" tukas Yoongi.
"Bukan, maksud saya ...."
"Kenapa sulit sekali untukmu berbicara, hah?!" kata Yoongi kesal.
"Tidak. Maksud saya, saya mau kok."
"Ya sudah," kata Yoongi angkuh.
***
Malam ini, Hoseok menunggu kedatangan Yoongi di pohon jambu yang menjadi tanda dari persahabatan mereka. Pohon jambu tersebut tertanam di taman bermain ini, sepuluh tahun silam.
Hoseok menegur Yoongi yang baru saja datang. Malam ini, keduanya akan kembali pergi ke underground rapper. Meski sudah di peringatkan oleh orang tua masing-masing. Namun, mereka tidak mau menurut. Mereka sepakat, jika setiap orang tua harus menuruti keinginan anak dan bukan sebaliknya.
Setelah sampai di sana, mereka di sambut hangat oleh anak-anak yang tergabung dalam geng underground tersebut. Satu persatu anak yang tergabung dalam geng itu menunjukan aksinya masing-masing sampai akhirnya giliran duo Sope pun tiba.
"Selamat malam semua." Hoseok merangkul Yoongi yang berdiri di sebelahnya. "Kali ini, dua calon bintang rapper internasional, masa depan, akan performe di depan kalian semua. Bersiaplah mendengar lagu rap berkelas dari ...."
"Sope," sambung Yoongi.
Semua orang bertepuk tangan untuk memberikan semangat pada duo Sope itu. "Play the music," teriak Hoseok, member komando agar operator musik memainkan lagu mereka.
Setelah lagu dimainkan, keduanya pun bernyanyi per-part masing-masing. Sorak-sorai terus mengiringi penampilan baddas mereka. Akan tetapi, baru di setengah lagu, tanpa mereka sadari, ayah keduanya telah ada di base camp tersebut.
"Hentikan lagu kalian!" teriak ayah Yoongi dengan nada membentak.
Operator musik lantas, menghentikan musik tersebut. Hoseok dan Yoongi terdiam melihat ayah mereka yang tampak murka.
"Siapa ketua kelompok bajingan ini, Hah?!" bentak ayah Hoseok lantang.
Seorang lelaki berumur tiga puluhan menghampiri ayah Hoseok dan Yoongi. "Maaf, Tuan. Ada apa ini?"
"Apa kau yang bertanggung jawab atas adanya kelompok bajingan ini."
Seorang anak lelaki membuang rokoknya ke lantai dan menghampiri kedua orang tua itu. Ia merasa tak senang dengan sebutan "Sekelompok bajingan". "Om, jangan sembarangan menyebut kami bajingan, ya. Apa Om berdua ini mau di keroyok oleh kami?" tanyanya penuh emosi, khas anak muda.
Ayah Yoongi mendengkus. "Lihatlah betapa tidak sopannya kalian terhadap orang tua," cibirnya, "apa orang tua kalian tidak mengajarkan sopan santun, hah?!"
"Ku-" saat anak itu mau maju dan mengahajar ayah Yoongi, pria tiga puluhan tadi menahannya.
"Sudahlah," ucap pria tiga puluh tahun itu, pada anak tadi.
Yoongi dan Hoseok menghampiri mereka. "Maafkan kami, Hyung. Mereka adalah orang tua kami," kata Yoongi yang merasa tidak enak.
Pria tiga puluhan tahun itu memandang Hoseok dan Yoongi marah. "Kalian pulanglah, dan jangan pernah menginjakan kaki kalian ke tempat ini lagi, paham!" Setelah menekankan kata-katanya, pria itu membawa anak tadi pergi.
Ketika di mobil, Yoongi melayangkan protesnya pada sang ayah. "Kenapa Appa harus berkata seperti itu kepada mereka, Hah?!"
"Yang Appa katakan itu adalah kenyataan! Apa kau dengar bagaimana si begundal itu mengancam Appa dan appa-nya Hoseok?"
"Itu karena Appa-lah yang menyulut amarahnya. Mereka itu tidak seburuk apa yang Appa pikirkan."
"Sudahlah jangan membantah! Kau hanya perlu menuruti perkataan Appa, paham?!"
Sorot mata Yoongi berubah tajam. "Kenapa bukan Appa saja yang mengikuti keinginanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sope (Completed)
Teen FictionHoseok dan Yoongi yang tergabung dalam grup rap bernama Sope. Keduanya sangat ingin mengikuti audisi di salah satu agensi. Karena keinginan mereka ditentang oleh orangtua masing-masing, duo Sope itu pun kabur. Dua bulan berada di luar rumah, keduan...