Delapan

111 8 2
                                    

Setelah membaca pesan yang ditunjukan Meilisia, Yoongi merasa bingung. Tidak mungkin Hoseok tega melakukan itu padanya, tapi Mei, gadis itu tidak mungkin berbohong, apalagi ada bukti.

"Kamu percaya padaku 'kan?" tanya Meilisia.

Yoongi memandang Mei. Sorot matanya tampak kecewa. "Entahlah Mei aku ...." Tanpa meneruskan perkataannya, Yoongi bangkit dari duduknya dan pamit pulang.

Mei mengantar Yoongi sampai ke motornya. "Aku harap kamu jangan berkata apa-apa pada Hoseok tentang ini," kata Mei.

Yoongi tersenyum tipis. "Hem. Ya sudah aku pulang ya." Lelaki itu menghidupkan mesin motornya dan menjalankan motornya dengan kecepatan normal.

Di perjalanan menuju rumah, ia terus saja memikirkan isi pesan tersebut. Rasa kecewa benar-benar terpatri dalam hatinya, padahal selama ini sahabatnya itu terlihat mendukungnya. Kenapa Hoseok? batin Yoongi

****

Seperti yang sudah-sudah, hari ini pun Hoseok melihat Yoongi berjalan sendiri di depannya. Ia berdecak kenapa lelaki berparas manis itu terlalu malas untuk menunggunya.

Hoseok berlari dan setelah berhasil di dekat Yoongi ia mendorong lelaki itu pelan. Yoongi menengok ke arahnya dengan tatapan lain, biasanya Yoongi akan menatapnya kesal. Namun, kini ia merasa kalau Yoongi menatapnya marah.

"Hey, Gi."

"Pergi!"

Hoseok terkekeh saat ia hendak merangkul pundak Yoongi, lelaki itu menepis tanganya kasar. Pemuda itu bingung. "Kenapa, Gi.  Kau marah  padaku?"

Yoongi tidak menjawab,  ia mempercepat langkahnya. Melihat itu Hoseok juga menyusul langkah sang sahabat, ia tidak mengerti, kenapa Yoongi tiba-tiba memperlakukannya seperti musuh?

"Gi–" Hoseok tidak melanjutkan perkataannya ketika Yoongi berhenti dan menatapnya tajam.

"Mulai hari ini hubungan pertemanan kita putus!"

Hoseok mengerutkan keningnya, ia tak paham."Memangnya aku salah apa?"

"Masih bertanya salahmu apa?" Yoongi mengikis jaraknya dengan Hoseok, ia mendorong tubuh lelaki itu kebelakang. "Kenapa kau mengajak Meilisia untuk berpacaran di belakangku, hah?!"

Hoseok mengeryit. "Mengajak Mei pacaran? Sumpah aku tidak pernah melakukannya, Gi," jelas lelaki yang lebih tinggi sesenti dari Yoongi.

"Aku sudah lihat buktinya. Kenapa kau tega mengkhianatiku, bukannya kita telah berjuang bersama-sama."

Hoseok menggeleng, kekeh. "Sumpah demi ibuku, aku tidak pernah melakukannya!"

"Apa kau pikir gadis seperti Meilisia bisa berbohong?" Yoongi menujuk kepalanya. "Pakai otakmu untuk mengarang kebohongan, Seok." Setelah mengatakan itu, pria berkulit putih pucat itu meninggalkan Hoseok.

Hoseok berdecih, ia kecewa pada Yoongi yang lebih percaya pada orang yang baru ia kenal ketimbang dirinya. "Memangnya aku akan mati jika tidak berteman denganmu," gumam Hoseok.

Sejak saat itu, Yoongi dan Hoseok saling menjauh. Keakbraban serta perjuangan mereka untuk mendapat restu orang tua, atas impian mereka, seolah tidak berarti apa-apa kini.

Rencana untuk mengikuti audisi bulan depan pun buyar. Masing-masing dari mereka tidak berminat untuk ikut.

Hoseok tengah berkumpul dengan teman-teman sekelasnya dan ketika melihat Yoongi yang menggandeng Meilisia.

"Seok apa kau tidak merasa tersakiti dengan perlakuan Yoongi pada Meilisia," kekeh salah satu temannya.

Hoseok terkekeh. "Sialan, emang kau pikir hubunganku sama Yoongi itu seperti apa, hah?!"

"Sorry to say nih, aku pikir kau dan Yoongi pacaran."

"Sembarangan! Aku masih doyan cewek, woy!" kata Hoseok agak kesal.

Temannya itu terkekeh. "Sorry deh, habisnya kau sama Yoongi terlihat akrab sekali, jadi, kami kira kalian pacaran."

Hoseok terkekeh. "Ada-ada saja pikiran kalian.

****

"Hoseok ...."

Mendengar namanya di panggil Hoseok berhenti dan menengok ke belakang. Ia memandang malas pada gadis yang berjalan ke arahnya.

"Ada apa?" tanya Hoseok malas.

"Kamu dan Yoongi berantem?"

"Ya ... dan itu semua karenamu, Mei! Entah apa yang kau katakan pada Yoongi, hingga dia menuduhku mengajakmu pacaran."

Meilisia menundukkan kepalanya. "Maaf, Seok aku tidak bermaksud untuk membuat kalian bertengkar," lirihnya.

Hoseok mendesah malas. "Udahlah, Mei, tidak usah berlagak lugu di depanku. Lagi pula untuk apa kau bertanya hal yang sudah jelas, hah?!"

Tanpa menunggu reaksi Meilisia, Hoseok pergi meninggalkan Meilisia. Ia sungguh tidak menyangka, gadis  seperti Meilisia bisa melakukan hal licik. Entah apa tujuan gadis itu membuat pertemanan antara ia  dan Yoongi hancur, pikir Hoseok.

Meilisia duduk di kursi panjang yang beberapanya ada di beberapa sudut sekolah. Ia memikirkan omongan yang Hoseok lontarkan padanya, sedih, ya, itu yang ia rasakan.

Melihat sang pacar yang duduk sambil menunduk sedih, Yoongi pun sigap duduk di sebelahnya, guna bertanya isi pikiran pujaannya itu. "Ada apa Mei. Ada yang nyakitin kamu?"

Meilisia menoleh pada Yoongi dan memeluknya. "Maafkan aku, Gi, kalau bukan karena aku, pasti hubungan pertemananan antara kamu dan Hoseok tidak akan hancur seperti ini."

"Apa yang Hoseok katakan padamu?" tanya Yoongi marah. Ia tidak terima jika mantan sahabatnya itu menyakiti Meilisia.

"Tidak. Dia benar, ini semua gara-gara aku ...."

Yoongi melepas pelukannya, ia memandang sang kekasih lembut. "Tidak, Mei, kamu tidak bersalah, justru lelaki itulah yang tidak tahu diri."

Mei menggeleng kecil. "Tidak, Gi. Ak–"

Yoongi meletakan telunjuknya di depan mulut Meilisia. "Kamu hanya boleh merasa bersalah, jika memang melakukan kesalahan, Mei."

"Tapi ak—"

"Sudah, jangan bahas soal ini lagi okey."

Di lain kesempatan.

Ketika Yoongi melihat Hoseok berjalan sendiri membelakanginya, pemuda itu menyusul  Hoseok. Setelah Hoseok berada di dekatnya, Yoongi menggunakan sebelah tangannya untuk menarik sebelah pundak Hoseok. Yoongi meninju wajah Hoseok saat Lelaki itu menengadahkan. Hoseok sampai terhuyung.

Darah segar keluar dari sudut bibir Hoseok. Melihat lelaki itu limbung, Yoongi menggunakan kesempatan ini untuk membawa tubuh Hoseok ke tembok sekolah dan menguncinya. Ia menarik kedua kerah Hoseok murka.

"Apa yang kau katakan pada Meilisia, Bangsat!!" makinya sambil menghentak-hentakan tubuh Hoseok ke tembok sekolah.

Hoseok terkekeh kecil. "Menurutmu, apa yang aku katakan pada wanita itu," kata lelaki itu seolah mengejek Yoongi.

"Sialan!" Yoongi kembali melayangkan tinjunya pada wajah Hoseok hingga hidungnya lelaki itu berdarah. "Apa kesalahanku padamu, hah?" lanjut Yoongi lirih.

Ketika merasa genggaman tangan Yoongi melemah Hoseok pun membalik keadaan hingga kini Yoongilah yang ia kunci. "Aku tidak pernah melakukan hal seperti yang kau tuduhkan itu, Gi."

"Jangan berbohong kau, Penghianat!"

"Bukan aku, tapi kau! Kita telah berjuang mendapat restu, untuk mengejar mimpi kita dan hanya karena satu gadis kau mengancurkan itu semua." Air mata Hoseok tanpa sadar jatuh. Hatinya begitu sakit saat orang yang ia anggap sebagai saudara, mengatainya penghianat.

Yoongi berdecih. "Aku melihat pesan yang kau kirimkan pada Meilisia."

Hoseok terdiam. Bagaimana bisa Yoongi membaca pesan yang bahkan tidak pernah ia tulis. Yoongi kembali membalik keadaan. "Sekarang bagaimana caramu untuk membantah lagi!"

Sope (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang