Tiga.

128 6 0
                                    

Yoongi menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia teringat perkataan sang ayah.

"Jika eomma-mu masih hidup, apa kau yakin dia akan setuju dengan pilihanmu?"

Yoongi mengerang kesal, ia memang tidak bisa yakin seratus persen jika mendiang ibunya menyetujui pilihannya. Namun, bukankah orang tua seharusnya orang tua hanya mementingkan kebahagiaan sang anak. Dan Yoongi bahagia jika kelak, ia bisa menjadi rapper internasional.

****

Hoseok telah memakai seragam sekolahnya untuk sekolah. Meja makan yang terletak tak jauh dari tangga, membuat lelaki dengan tinggi 170 itu, dapat melihat sang ayah sedang duduk untuk memulai sarapan.

Setelah menghela napas berat, Hoseok menuruni tangga. Setelah sampai di bawah. Ayah Hoseok angkat bicara. "Mau kemana kamu?"

Hoseok memandang ayahnya malas. "Appa bisa melihat aku, menggunakan seragam 'kan?" sarkasnya mencibir.

"Ayo Hoseok, sarapan dulu, sebelum sekolah," kata Nyonya Jung.

"Tidak usah Eomma, aku sarapan di kantin sekolah saja."

Ketika Hoseok hendak melangkah, Tuan Jung menahan anaknya. "Kau tidak perlu sekolah hari ini. Appa telah meminta izin."

"Apa?" tanya Hoseok tak paham. Biasanya sang ayahlah yang paling tidak mau jika ia absen, tapi sekarang.

Ayah Hoseok berdehem sebelum memulai pembicaraan. "Hari ini kau akan melihat asrama di sekolah barumu."

Hoseok mengerutkan keningnya. "Aku tidak mau pindah, ke sekolah asrama Appa!" tekannya tegas.

"Keputusan Appa sudah bulat. Kau pikir Appa main-main dengan ancaman Appa waktu itu?!"

Rasa sakit tidak terlawan, itulah yang tengah dirasakan Hoseok. "Appa!"

"Berhenti bicara dan ganti baju. Setelah sarapan ini kita akan pergi."

Hoseok menghentakan kakinya, lalu melangkah menaiki tangga untuk kembali ke kamarnya.

Setelah terdengar suara bantingan pintu yang sangat keras, ibu Hoseok memandang suaminya. "Oppa, kenapa tidak, kau dukung saja keinginan Hoseok?"

"Orang tua mana yang ingin anak mereka, bercita-cita menjadi berandal? Jika cita-cita anak kita menjadi seorang Presiden, wakil rakyat, tentu aku akan mendukungnya."

"Ta–"

"Stop dan jangan membantah!"

Ibu Hoseok hanya bisa menghela napas. Suaminya memang keras kepala, dia hanya bisa setuju kalau menurutnya itu sesuatu yang benar.

Sarapan di rumah keluarga Jung pun  selesai dan Tuan Jung meninggalkan meja makan. Nyonya Jung  membereskan sisa makan mereka termasuk mencuci piring dan alat makan lainnya.

Tengah mencuci piring, terdengar suara bel rumah mereka. Nyonya Jung  membersihkan tangannya, dari sisa sabun, lalu pergi membukakan pintu. Ia melihat kawan anaknya, Min Yoongi.

"Selamat pagi, Bibi. Apa Hoseoknya ada?"

"Ah, sayang sekali, tapi Hoseok sedang sakit, jadi, dia tidak bisa masuk sekolah hari ini," karang ibu Hoseok. Ia tidak mungkin bilang yang sebenarnya atau Yoongi akan merasa bersalah.

"Oh begitu, ya." Raut kecewa jelas tampak di wajah Yoongi.

"Maaf, Yoongi-ah," kata ibu Hoseok.

Yoongi tersenyum. "Tidak apa-apa, Bi. Kalau begitu aku pergi dulu."

"Hati-hati, ya."

Yoongi berjalan menuju sekolahnya yang tidak terlalu jauh.

****

Sope (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang