36-Alpha Di Hidup Omega

57 12 0
                                    

36-Alpha Di Hidup Omega

"Jadi setelah lulus lo bakalan masih di sana?"

"Iya."

Jawaban yang terdengar yakin itu nyatanya berbalik dengan perasaan Mega. Jujur saja pertanyaan Prama barusan menggoyahkan imannya. Bukan sekali Prama menanyakan hal itu, bukankah artinya Prama seakan tak yakin pada pilihannya?

Mega juga merasa tak yakin. Jauh dari rumah membuatnya rindu suasana setiap pagi, siang, sore lalu berakhir di malam. Tapi di Palangkaraya, Mega sudah mengikrarkan janji akan menjadi dirinya yang lebih baik. Melupakan Alpha, dan sukses, lalu kembali ke Jakarta dengan keberhasilannya.

"Lo yakin akan secepat itu dapet kerjaan?"

Ah, ya, Prama tau tujuan Mega bertahan di sini karena ingin bekerja. Mencukupi kebutuhan sehari-hari lalu membayar uang yang sudah dikeluarkan Aero untuknya.

"Mungkin gue bisa kerja sambil kuliah?" ujar Mega ragu.

"Biayanya gak sedikit Meg."

"Ongkos lo ke tempat kerja belom. Makanan lo tiap hari. Kebutuhan, dan masih banyak lagi Meg."

Mega tertawa pelan mendengar kalimat Prama. Rasanya seperti menjadi orang dewasa. Sayangnya Mega tak mungkin bisa dewasa secepat itu.

"Kok ketawa?" Prama ikut tertawa lalu bertanya.

"Lucu aja. Kalo dulu pusingin tugas yang numpuk, sekarang mikirin duit buat hidup, mikirin masa depan, mikirin— ah banyak!" jawab Mega entah mengapa ingin menangis.

Beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru membuat Mega agak berbeda. Mega tak merasa sehumoris dulu, seringan, dan selepas dulu.

"Makanya pulang aja. Tenang, gue yang jagain kalo ada Alpha."

"Gak bisa. Masih ada yang harus gue kerjain di sini. Lagian gue ke sini bukan cuma untuk sekolah, lulus, pengangguran demi lupain Alpha."

"Ya udah. Tapi terus kabarin gue sama Butha. Wajib!"

"Semangat Mega. Kita-kita selalu tunggu lo."

Begitu panggilan berakhir Mega langsung meneteskan air matanya. Dukungan dari sekitarnya yang seakan sangat percaya Mega akan berhasil membuat Mega takut akan mengecewakan mereka.

***

"Selamat pagiiii semuanyaaaa!"

"Selamat datang selamat berbahagia—"

"Nggak gitu Malih, ini acara kelulusan bukan nikahan kucing lo sama monyet kebun binatang," sela pembawa acara satunya pada seorang cowok yang temannya dalam acara kelulusan kali ini.

2 pembawa acara yang satunya perempuan itu merupakan murid yang pada hari ini pula merayakan kelulusan mereka.

Perlu kalian ketahui, acara ini sepenuhnya dipegang oleh murid-murid yang lulus hari ini. Mulai dari hal kecil hingga hal besarnya. Diatur oleh murid-murid SMA Negara 37 kelas 3.

"Acara kelulusan? Wah akhirnya perjuangan kita terbayar hari ini, ya! Tapi, tapi, Sel, berarti kita semakin dekat dengan perpisahan dong?" balas Figo pada Niessel, teman pembawa acaranya.

"Bener banget, nih! Huhu, kenyataan yang menyakitkan!"

Figo lalu mendekat dan menepuk-nepuk pundak Niessel.

"Eh, Sel, tuh ada apaan sih? Kok rame banget?" Figo menunjuk rombongan yang memasuki ruangan.

"Itu tuh, mereka yang akan menjadikan kelulusan sekaligus perpisahan ini berkesan manis dan unforgettable bingits!"

ALPHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang