23-It Wasn't My Fault

70 14 6
                                    

Di mulmed/multimedia/di bagian atas halaman wattpad ini, ⬆️ udah aku siapin 1 lagi. Falling Like The Stars by James Arthur. Liriknya pas sih buat chapter ini. Enjoy!

Happy reading sweetheart 🔱.

***

23-It Wasn't My Fault

"Ze gue minta maaf."

Zero menoleh ke arah pintu di mana pintu ruangannya yang tadi tertutup kini terbuka dan menampilkan sosok Citra di sana.

"Gue tau gue salah. Gue udah mikirin kesalahan gue setiap saat. Dan akhirnya gue sadar. Gue sadar perubahan lo, gue sadar sifat lo, gue sadar."

"Gue minta maaf gak kasih tau dari awal lo bangun setelah koma itu. Gue takut kehilangan lo lagi," ujar Citra. Suaranya bergetar.

"Tiga tahun masa amnesia lo, gue bener-bener ga ngerasa jadi sahabat lo yang dari kecil selalu sama lo. Apalagi pas lo kenal Mega."

"Terus lo koma, bangun dengan kondisi sembuh dari amnesia. Gue pikir itu kesempatan gue buat rebut lo... dari Mega."

"Gue tau sebelum amnesia, pas kita SMP, lo suka sama gue. Gue juga suka sama lo. Sayang gue terlalu gengsi buat bilang. Gue ga nyangka lo bakal kecelakaan gitu dan kehilangan ingatan."

"Sampe saat ini gue ngomong depan lo, gue masih suka sama lo, Ze. Makanya gue bohong soal amnesia itu. Gue mau lo sembuh dan hanya inget tentang gue, bukan Mega!"

"Cit lo parah, sih." Zero menggelengkan kepalanya.

"Gue naruh kepercayaan besar di lo. Gue yakin sama lo. Tapi nyatanya lo justru gini," lanjut Zero.

"Ya mau gimana lagi. Udah kejadian," ujar cowok itu membenahi selimutnya.

"Maafin gue,"

"Gampang kalo soal maaf, mah. Tinggal ngomong gue udah maafin lo, terus beres," balas Zero.

"Maaf, Ze," punya Citra memejamkan mata seraya menunduk.

Zero diam tidak membalas, dia memperhatikan Citra yang berpakaian rapi.

"Lo mau pergi?" tanyanya.

Citra mengangguk tanpa mengangkat kepalanya.

"Angkat kepala lo, muka gue bukan di lantai."

"Iya."

"Kemana?"

"Bandara."

"Ngapain?"

"Gue dipaksa bokap tinggal di rumah istri barunya di Perth," jawab Citra.

"Terus lo ninggalin gue gitu?" tanya Zero tak terima.

"Gue stay di sini juga ga ada guna," ujar Citra.

"Lo serius?" tanya Zero lagi.

"Gue udah cukup berdosa selama ini ngelawan bokap. Untuk yang kali ini ... kayaknya gak bisa."

"Hari kemarin itu, pas kita berantem, itu seharusnya jadi hari terakhir gue di sini. Makanya gue seseneng itu pas pintu kamar lo kebuka, apalagi tepat banget gue mau ngecek," ujar Citra memperlihatkan senyumnya.

"Gue marah pas infus lo ketarik, gue takut lo kenapa-kenapa. Gue gak mau ninggalin lo pas lo sakit," ujarnya.

"Saat itu lo bahkan gak pamit sama gue, Cit," ujar Zero setelah merasakan rasa bersalah menyerangnya.

"Gue mau, Ze!" Tiba-tiba Citra emosional.

"Tapi gue liat lo sama Mega lagi pelukan gitu."

Zero memalingkan wajahnya dengan aura panas yang menguasainya.

ALPHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang