Winter langsung memeluk Fay dengan pelukan hangat dan membuat Fay semakin merasa nyaman berada di dekatnya.
"Sudah selesai acara berpelukannya?"
Winter dan Fay dikejutkan dengan suara bariton yang tiba-tiba terdengar dari ujung pintu kamar Fay.
Winter lalu melepas pelukannya dan menoleh ke sumber suara.
Terlihat Frank yang kini sudah berjalan mendekati mereka.
"Dad!" Fay kegirangan melihat ayahnya dan seketika langsung berhambur ke dalam dekapan pria itu.
"Fay lapar? Dad sudah memasak." Ucap Frank pada putrinya.
"Oh really?!" Mata Fay berbinar mendengar Dadnya memasak.
"Of course, kapan Dad pernah berbohong?" Ucap Frank.
"Yeeeyy!!"
"Antar Fay turun dan panggilkan Farel juga." Ucap Frank pada pelayan yang ada di sana.
"Baik, Tuan." Ucap para pelayan.
"Mari Nona, Fay." Ucap salah satu pelayan mengajak Fay.
Fay pun dengan senang hati menerima uluran tangan dari maid tersebut untuk menggandeng tangannya.
Setelah semua pelayan pergi, tinggallah Frank dan Winter di kamar Fay.
"Mau kemana?" Tanya Frank ketika Winter sedang berjalan keluar.
"Bukankah tadi kau bilang sudah memasak? Berarti kita akan makan malam, bukan?" Ucap Winter.
Dengan sekali gerakan, Frank langsung menutup pintu kamar Fay dan menguncinya.
"Apa yang kau lakukan?! Kenapa ditutup?" Ujar Winter yang sudah memiliki firasat kurang enak.
Frank hanya menampilkan senyum smirk kepada Winter. Selanjutnya dia mulai mempersingkat jaraknya dengan Winter.
Merasa tak aman, Winter mencoba memundurkan dirinya perlahan hingga tak sadar dia sudah terpojok di sudut ruangan.
"A-Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Winter yang sudah panik, namun ia berusaha menguranginya agar tidak terlalu mencolok di hadapan Frank.
Frank tak membalas pertanyaan Winter. Dia langsung menarik tengkuk Winter dan bibirnya langsung menyapu bibir Winter.
Winter masih diam mematung. Dia tak cukup siap dengan gerakan Frank yang tiba-tiba.
Karena merasa Winter yang tak bergeming sekalipun, akhirnya Frank menggigit kecil bibir bawah Winter hingga akhirnya wanita itu membuka mulutnya.
Kesempatan itu tak Frank sia-siakan. Dia langsung memperdalam akses lidahnya untuk mengabsen satu persatu gigi dan membelit lidah Winter.
Merasa ini tidak beres, Winter langsung mencoba melepaskan ciuman tersebut dan mendorong dada Frank namun hasilnya nihil.
Lama-kelamaan Winter yang sudah kehilangan akal sehatnya pun menjadi terbuai dengan ciuman Frank.
Dia sudah tenang tak lagi memberontak. Perlahan ia pun mulai membalas ciuman panas Frank.
"Enghh." Tanpa disadari desahan pertama keluar dari mulut Winter disela-sela ciuman.
Mendengar itu, Frank tersenyum di tengah ciuman mereka.
Dia semakin memperdalam ciumannya dengan Winter.
Winter yang sudah terbuai pun hanya bisa membalas ciuman itu sebisanya karena dia benar-benar tidak cukup berpengalaman.
Walaupun dia adalah penulis novel romance, namun dia benar-benar belum pernah melakukan hubungan seks. Bahkan untuk berciuman pun dia pernah melakukannya dengan mantannya saja. Jadi dia tak cukup jago masalah praktek.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD STEPMOTHER
Romance⚠️Jika menemukan tanda 18+ di salah satu part, untuk yang belum cukup umur bisa langsung skip Mendapatkan laki-laki yang lebih tua darinya adalah cita-cita yang selama ini Winter (26 tahun) inginkan. Namun, untuk mencari seseorang yang pas bagi gadi...