'New, ini Tay, save ya. WAJIB.'
Lama, New memandang layar gawainya. Masih tak percaya bahwa orang yang beberapa jam lalu ia beri nomornya benar-benar menyapa. Setelah menekan 'save', New membuka room chat lain, membalas pesan yang masuk, ada dari ibunya, Bhumi, beberapa teman kelas yang menanyakan tugas, dan terakhir dari Kak Alice. Salah satu chat yang New anggap penting, kemudian dia membuat janji temu dengannya; esok hari, di kantin fakultas Sastra, jam sepuluh pagi.
Ting...
Sebuah pesan masuk lagi. Dari Tay Tawan.
'Tidur, udah malem, jangan main hp terus...'
New terdiam sesaat, melihat jam dinding di salah satu sudut kamar; pukul sebelas lebih lima menit. Pesan pertama dari Tay memang belum dibalas karena ia hanya melakukan apa yang lelaki itu perintahkan; menyimpan nomornya dalam daftar nomor telepon. New hanya merasa canggung berkirim pesan dengan Tay, itu saja.
Setelah lama hanya diam, akhirnya New membalas.
'Iya... kamu juga kak, istirahat. Good night.'
Setelah mengirim kalimat yang ia rasa panjang, New membisukan gawainya, melemparnya begitu saja ke ujung tilam. Tiba-tiba jantungnya berdegup cepat sekali, seolah ia telah mengitari lapangan delapan kali. Demi menenangkan debaran di dada, New membenamkan wajahnya ke dalam bantal; kakinya juga dijejak-jejakan ke udara. Padahal ia hanya mengirim sebuah pesan, seperti yang ia lakukan pada Bhumi, pada Gun, pada Kak Arm, tapi kenapa rasanya berbeda kala ia membalas pesan dari Tay.
'Aku tadi mbalesnya wajar, kan?' batinnya kemudian setelah jantungnya yang berisik sedikit lebih tenang. Diliriknya lagi gawai yang kini diam tak bersuara. 'Tau, ah, tidur aja. Kalau salah besok pas ketemu pasti dia marah-marah kayak biasanya.' Kemudian matanya dipaksa pejam, tanpa tahu jika seseorang membalas lagi pesannya.
*
Tay geram, pesannya diabaikan, padahal pesan singkat itu sudah dibaca, dan status di bawah namanya tertulis 'online'.
Empat puluh lima menit, dan masih belum ada balasan. Tay akhirnya mengirim pesan lagi. Lama, masih tak ada tanda-tanda pesannya akan mendapat respon.
Bosan menunggu, Tay meletakkan gawainya, melepas harap bahwa pesannya akan berbalas. Tiga langkah ia meninggalkan kasurnya, gawai hitam itu berdering sekali, tanda satu pesan masuk. Sekali hentakan, Tay berbalik, meraih benda persegi panjang itu cepat. Pesan dari New. Tay bersorak girang dalam hati. Dipejamkan kedua matanya, bahagia dan penasaran lebur jadi satu. Semenit kemudia pelan-pelan matanya dibuka guna membaca rentetan kata dari New.
'Iya... kamu juga kak, istirahat. Good night.'
Tay merebahkan tubuh di atas kasur pegas itu, gawainya ia tempelkan di dada. Bahagia menyeruak cepat. Bibirnya mengulas senyum terlebar. Ada getar-getar bungah yang mengalir di pembuluh darahnya. Dilihat lagi layar gawainya. Lelaki itu membalas pesannya, dengan kalimat manis yang tak pernah Tay duga.
Akhirnya malam ini Tay bisa tidur nyenyak tanpa dihantui penasaran.
'Good night'
Balas Tay cepat.
*
New sudah duduk di salah satu pojok kantin Fakultas Sastra. Lima belas menit lebih cepat dari janji temunya. Fakultas ini terlihat hijau dan asri. Dari pintu masuk fakultas, New sudah disambut oleh tanaman merambat yang menaungi bangku-bangku besi yang biasa digunakan mahasiswa berdiskusi. Di tengah-tengah gedung berlantai empat ini masih diberi ruang kosong yang ditumbuhi dua pohon besar yang ditemani rumput jepang, mereka hidup berdampingan. Ada beberapa lingkaran mahasiswa di sana, duduk bersama, entah sedang mengerjakan tugas atau hanya sekedar berkelakar.

KAMU SEDANG MEMBACA
R E K A M (Taynew)
FanfictionAku adalah kerikil, kecil, kerdil, dan bahkan terlupa eksistensinya Sedangkan kau adalah Surya, bercahaya, memberi kehangatan serta selalu dinanti kemunculannya Jika bersanding denganmu hanya sekedar angan belaka, maka izinkan aku tetap mengagumimu...