7. Apa.

506 75 10
                                    

Gaes, coba ke part sebelumnya deh, kali aja kamu belum vote 😆😁😄


***

Sinar mentari pagi yang menelusup melalui celah tirai jendela yang sedikit tersingkap menyentuh lembut wajah New. Membuatnya terjaga dan menggeliat. 

Bugh!! 

Tangan kanannya tak sengaja memukul wajah seseorang. 

"Aaagh…!" 

Orang itu mengerang sambil memegangi hidungnya— yang bisa dipastikan sakit. Meski memiliki wajah baby look, tangan New kuat sekali. Tubuhnya juga terbentuk melekuk indah dengan otot-otot yang menonjol kuat, hasil sering membantu ibunya mengangkat barang-barang berat. 

New membelalak kala melihat orang yang meringkuk di sampingnya adalah Tay. Ingatannya berputar cepat pada kejadian kemarin malam. Alasan apa yang membuatnya datang menemui Tay, juga bagaimana ia bisa berakhir di atas ranjang Tay. Tenang, tidak terjadi apa-apa semalam. New dan Tay hanya tidur di atas ranjang yang sama. Itu saja. 

Melihat Tay yang beringsut bangkit, New menarik selimut sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada; mode siaga. 

Tay mengangkat tangannya tinggi, sejurus kemudian berayun. 

New sudah menutup mata rapat-rapat, siap menerima pukulan balasan. Tapi, bukan pukulan yang ia dapatkan, melainkan usapan lembut di pucuk kepalanya. 

"Udah bangun? Nyenyak gak tidurnya?" Tay tersenyum simpul. Tanpa menunggu jawaban dari New, ia kembali rebah, ditariknya lagi selimut sampai tubuhnya tenggelam di dalamnya. Meninggalkan New yang diam membatu. Disentuhnya bekas usapan tangan Tay di atas helaian rambutnya. Lagi, dadanya berdebar— persis seperti kemarin. 

'Kenapa, sih, jantung? Jangan gak sopan, deh!' desak New lirih, dipukulnya dada itu dua kali. 

Disebabkan kesadarannya yang seratus persen terbentuk sempurna, New memutuskan untuk membasuh wajah saja, dan setelahnya ia berencana pamit pulang. Selepas menyelesaikan semua kegiatannya di kamar mandi, samar, New mencium wangi bawang yang ditumis dengan mentega. Pelan New menuruni anak tangga, menemukan Bunda Tay yang sedang mengolah bahan makanan di dapur. 

Kaget melihat seseorang muncul, Bunda Tay berseru, "Haduh, New. Bunda kaget kamu muncul tiba-tiba gitu." Jeda, "Tay pasti ngegame, ya?"

"Kak Tay, tadi udah bangun, tapi lanjut tidur lagi," ujar New sambil mendekat ke tempat Bunda berdiri. "Ada yang bisa New bantu, Bunda?"

Bunda Tay menghentikan kegiatan memotongnya. Diam sebentar— pandangannya terfokus pada cabai yang sedang diirisnya, dan kemudian tersenyum.

"Sini, sini, kalau mau bantu."

New cekatan sekali membantu Bunda Tay. Setiap tugas yang diberikan dilaksanakan dengan hati-hati. Tangan New amat terampil nan cekatan. Mencuci, memotong, menggoreng, semua dilakukan dengan baik, seolah memasak adalah kegiatan semudah membalikkan telapak tangan. Tidak ada kikuk yang terasa.

Setelah semua masakan matang dan dihidangkan, New berinisiatif membangunkan Tay. Tapi Bunda melarang. 

"Biarin Tay tidur lebih lama. Dia itu, gak tau kenapa susah banget tidur. Pernah, tuh, dua hari gak tidur. Kalau main game atau ngerjain tugas sampe pagi, maksimal jam 7 udah lari-lari lagi." Bunda tertawa sendiri atas kalimatnya. "Kita makan aja duluan."

New tertegun mendengar informasi ini. Rasanya ingin bertanya lebih lanjut tentang alasannya, tapi ia simpan kembali penasarannya. Rasanya tidak sopan mengorek kisah seseorang yang tak dekat dengannya. 

R E K A M (Taynew)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang