New menepati janjinya, di Hari Rabu ia sudah bergabung dengan Arm dan Gun lagi di rumah kesayangan mereka.
"Kamu tadi sama siapa? Lama banget diem di dalem mobilnya?" ujar Gun penasaran. Ia tahu jika ada mobil yang berhenti di depan pagar, tapi sepertinya bukan tamu rumahnya. Dan tanpa disangka, dua puluh menit kemudian New lah yang keluar dari mobil hitam itu.
"Tay," jawab New ringan.
Tangan Gun berayun menggapai lengan New, "Tay siapa?"
"Tay Tawan. Siapa lagi?"
"Eh, yakin?"
"Yakin. Emang kenapa?" New balik melempar tanya.
"Tay kan gak nyupir. Bukan, lebih tepatnya, sedang tidak menyupir," tekan Gun di setiap kata pada kalimatnya, "Apa sih, intinya, setahu aku Tay lagi gak bisa nyupir."
Sebenarnya New tahu itu. Tapi belum tahu akan alasan apa dibalik keengganan Tay untuk menyetir mobil. Dan lebih tidak tahu kenapa malam ini ia memberanikan diri mengendarai mobil yang baru kali itu New lihat bentuknya.
"Ya... buktinya aku di sini, Tay yang jemput." New hanya mengedikkan bahu.
Dalam hati New mengakui, bahwa dirinya juga merasa resah saat Tay bersikeras menjemputnya di stasiun saat ia kembali. Dua hari sebelumnya, Tay pulang mendahului karena ia memang pergi tanpa izin. Hampir semua orang mencarinya; Bunda, Off, Arm, Gun, juga Namtan. Niat Tay yang akan pulang bersama New diurungkan. Semua orang menyuruhnya kembali dengan berbagai alasan. Bunda dan Namtan yang khawatir, Off yang kewalahan karena tugas kelompok mereka, dan Arm yang takut jika Tay hanya akan mengganggu jika berlama-lama tinggal di rumah New. Akhirnya atas paksaan dari New, Tay memenuhi permintaan semua orang yang mencarinya, namun dengan syarat, jika New kembali, ia harus mau dijemput. Dan tak ada yang bisa New lakukan selain mengiyakan.
Tadi, mata New bisa langsung menangkap sosok Tay yang mencolok dengan kemeja warna kuning dengan celana panjang sewarna roti mocca di keramaian stasiun pada malam hari. Tangan Tay melambai-lambai pada New saat pandangan mereka bertemu, senyum lebar juga hadir di wajahnya, kakinya melompat-lompat kecil, girang.
"Udah lama?" tanya New.
"Hmm... satu setengah jam," jawab Tay lirih.
Mata New membola mendengar jawaban Tay.
"Ngapain? Kan udah aku bilang keretanya sampe jam delapan." New sedikit berteriak, ia tahu menunggu adalah hal yang sangat membosankan.
"Gak pa-pa. Aku yang mau ini. Biar aku aja yang nunggu, kamu jangan," tawa Tay mengudara, membubuhi kelakar dalam kalimatnya.
New hanya geleng-geleng kepala. Manusia di depannya ini jika sudah punya kemauan, sulit sekali dilarang.
Tanpa menunggu lama, Tay meraih jemari kanan New yang bebas dan menggenggamnya erat, kemudian menariknya agar New mengikuti langkahnya; yang ternyata menuju tempat parkir.
"Kita gak ke depan?" tanya New sembari menunjuk pintu gerbang utama stasiun.
"Enggak, aku bawa mobil."
Langkah New terhenti yang mengakibatkan ayunan kaki Tay tertahan.
"Beneran?"
"Bener dong. Masa aku bohong." Tay kembali menarik tangan New. "Taraaaaa....." kedua tangan Tay terlentang saat ia berhasil berdiri di sebelah mobil berwarna hitam, ada nada bangga dalam suaranya, "Ini mobil hasil pinjam dari Bunda, sih," ucapnya sambil membukakan pintu untuk New.
![](https://img.wattpad.com/cover/232691858-288-k451462.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
R E K A M (Taynew)
FanfictionAku adalah kerikil, kecil, kerdil, dan bahkan terlupa eksistensinya Sedangkan kau adalah Surya, bercahaya, memberi kehangatan serta selalu dinanti kemunculannya Jika bersanding denganmu hanya sekedar angan belaka, maka izinkan aku tetap mengagumimu...