Fey sangat kehilangan sosok budhe yang menyayanginya. Ia menatap nanar saat jenazah sang budhe dimasukkan ke dalam keranda. Masih dengan mata sembabnya ia mengurus administrasi sang budhe walaupun pada akhirnya Reno yang mengambil alih.
"Mari Mbak Fey!" Ajak Mbak Indah, petugas forensik yang malam itu bertugas menjemput jenazah budhenya. Fey mengangguk, ia mengikuti keranda bersama pakdhe beserta sepupunya yang baru saja tiba, menuju kamar jenazah. Reno masih mengikuti Fey sejak kejadian berpelukan didepan kamar inap tadi. Gadis itu memilih mengalihkan pandangan jika tanpa sengaja melihat ke arah Reno, pipinya merona mengingat kejadian tadi.
"Bapak jaga?" Tanya Fey pada Reno yang mengiringi langkahnya.
"Nggak, aku tadinya mau pulang terus denger code blue makanya langsung kesini," jelas Reno.
"Oh, Bapak pulang aja sana! Udah mau diantar ke rumah kok jenazah almarhum, pemakaman akan dilaksanakan besok di Solo," Fey menjelaskan pada Reno sepanjang jalan. Lelaki yang masih mengenakan kemeja yang sama sejak pagi hanya mengernyit mendengar gadis keras kepala ini menyuruhnya pulang.
"Kamu ngusir saya?"
"Eh nggak gitu, kan bapak udah dari pagi jaga stase. Ini udah dini hari lho, besok masih stase kan." Fey menjelaskan dengan sedikit salah tingkah.
"Aku nemenin kamu lho ini, nanti pas balik jalan sendiri dari kamar jenazah emang berani? Udah jam 02.00 ini." Reno melihat smart watch ditangannya.
"Eh!" Fey yang awalnya ingin menjawab hanya memilih mengurungkannya, ia mengangguk.
Waktu sudah menunjukan pukul 03.00, jenazah budhenya Fey sudah dibawa ambulance menuju rumahnya. Fey dan Reno berjalan beriringan menuju ruangan gadis disisinya. Ia akan menyusul ke rumah budhe nanti setelah selesai shift.
"Sana masuk! Aku pulang dulu masih ada 3 jam buat istirahat," pamit Reno.
"Harusnya tadi Bapak pulang, kan lumayan kalau pulangnya tad..," Fey menghentikan ucapannya tiba-tiba karena mendadak Reno mendekatkan wajahnya.
"Ngeyel!" Reno menjentikan jarinya di dahi Fey, Fey pun meringis menahan nyeri. "Masuk Fey, aku nggak papa! Udah biasa kok, sampai ketemu besok," Reno menepuk ujung kepala Fey sebelum meninggalkan gadis itu, sedang yang di tinggalkan hanya bengong menatap punggung Reno yang perlahan menghilang.
Ia tersenyum, mengusap pipinya yang mendadak panas sebelum kemudian menempelkan jarinya di finger print untuk membuka pintu ruangan.
Satu bulan berlalu begitu saja. Sejak kejadian berpelukan itu, mereka menjadi cukup dekat. Reno bahkan terang-terangan menggoda Fey saat bertemu tanpa sengaja diruangan sewaktu ia visite pasien. Beberapa rekan kerja Fey juga sering menggodanya saat berita kedekatan mereka berdua santer terdengar. Dokter penanggung jawab pun, Dr Alex juga turut menggoda mereka, baik pada Reno ataupun Fey. Padahal Reno tahu, yang paling semangat menyuruh dia mendekati gadis itu justru dr Alex sendiri lah.
Tahun 2020 sudah memasuki bulan Maret, sejak diumumkannya pandemi masuk Indonesia kebiasaan Fey dan rekan-rekan berubah total. Kegiatan pendidikan di rumah sakit dihentikan, pelatihan yang masih terlaksana diharapkan segera diselesaikan dan peserta dipulangkan segera ke rumah sakit asal. Beberapa mahasiswa sudah ditarik oleh kampus masing-masing. Mahasiswa perawat yang praktek serta coass ditarik kampus masing-masing, mereka tidak boleh melanjutkan praktek di rumah sakit, yang tersisa hanya mahasiswa ppds (program pendidikan dokter spesialis) tentu saja dengan peraturan lebih ketat dari biasanya.
"Mbak Fey, siap dinas di isolasi?" Tanya Tika seraya menyerahkan copy-an SK yang baru saja dibagi.
"Siap tidak siap harus siap Tik." Fey tersenyum, menerima surat tersebut dan memasukkan ke dalam loker.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay, Love!
RomanceFelichia atau sering dipanggil Fey perawat neonatal intensif care unit (NICU) yang tengah bangkit tertatih dari hatinya yang terluka. Luka ini lebih dalam dibanding saat ia batal menikah. Hidupnya terporos dirumah sakit dan rumah sakit. Diiringi den...