Him

130 16 17
                                    

Reno menatap sosok laki-laki di hadapannya. Lelaki itu kali ini tak menggunakan atribut yang menunjukkan bahwa ia adalah sosok abdi negara. Sejak sosok di depannya ini meminta waktunya sejenak untuk duduk berdua, ia hanya terdiam.

"Apa yang ingin anda bicarakan?" Akhirnya Reno yang memecah keheningan.

Ya, beberapa saat yang lalu waktu ia baru tiba di loby apartemen bermaksud mengambil beberapa surat penting. Ia mendapati sosok lelaki yang ia tahu adalah mantan kekasih Fey telah menunggunya.

"Calon suaminya Fey?" sapa sosok itu.

"Ya? Ada apa? Ketemu Fey? Sayangnya dia lagi dinas malam," jelas Reno singkat.

"Oh, tidak. Saya bermaksud bertemu dengan anda. Bisa saya meminta waktunya?" Reno terdiam sebentar, berpikir. Ia pun akhirnya mengangguk.

"Baik, di cafe sebelah saja. Saya nanti nyusul, saya ambil barang saya dulu di atas."

"Baik, saya tunggu."

"Benar anda calonnya Fey?" tanya sosok lelaki bernama Henry ini membuyarkan ingatan Reno.

"Ya, ada apa?"

"Sejak kapan?" Reno berdecih kesal mendengar pertanyaan sosok tentara di depannya ini.

"Untuk apa anda tahu? Yang jelas setelah kalian berpisah," jawab Reno tegas. Henry mendesah pelan.

"Jujur saya masih mencintai Fey," ucap Henry setelah terjeda beberapa detik. Reno hanya tersenyum sinis di balik maskernya saat mendengar ucapan sosok dihadapannya.

"Sudah terlambat. Kami akan segera menikah. Jadi silakan jauhi Fey. Seperti saat anda meninggalkannya."

Tak ada respon dari Henry. Lelaki itu hanya mengepalkan tangannya. Kecewa dengan dirinya sendiri.

"Bisakah saya bertemu dengan Fey?"

"Untuk apa? Seperti yang anda dengar sendiri kemarin, calon istri saya enggan melihat anda."

"Terakhir ini saja. Saya ingin mengucapkan permintaan maaf sekaligus berpamitan." Reno terdiam. Ia mengamati sosok abdi negara di depannya. Bisa ia tangkap kesungguhan di mata lelaki itu.

"Baik, tunggu kabar dari saya saja untuk waktunya. Saya permisi." Reno pun bangkit dari duduknya lalu meninggalkan lelaki itu.

***
Fey baru saja keluar dari ruang Isolasi, keringat akibat penggunaan hazmat membasahi bajunya. Pemakaian masker berlapis yang digunakannya juga meninggalkan bekas kemerahan di hidung dan pipinya. Padahal sebelumnya ia sudah menggunakan plester di batang hidung agar tak membekas tapi sama saja.

"Ntar juga hilang," ucapnya pada dirinya sendiri di depan cermin sebelum ia beranjak masuk ke kamar mandi.

Sebelum melangkah ke kamar mandi ia bisa melihat ponselnya berdering. Ada nama Reno di sana. Tapi ia biarkan karena baru akan memegang benda itu setelah membersihkan diri dan berganti dengan pakaian yang bersih.

Tak perlu mandi lulur jika menggunakan kamar mandi rumah sakit, ada rekannya yang menunggu dirinya di ruang anteroom.

Fey baru keluar kamar mandi saat mendapati sosok Reno ada di ruang istirahat.

"Mengundang gosip lho kalau bapak di sini," ucap Fey .

"Salah sendiri, pesanku nggak dijawab."

"Baru keluar dari isolasi Bapak Reno yang terhormat," ucap Fey sambil bercermin, ia menggunakan maskernya kembali.

"Henry nemuin aku kemarin." Fey membalikkan badannya saat nama mantan kekasihnya disebut.

"Ngapain?"

It's Okay, Love! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang