"Fey... Fey!" Lesti mengejar Fey yang berjalan di koridor rumah sakit. Tak ada respon, Lesti hanya berdecak kesal dan mengejar Fey.
"Heh!" Lesti pun berjalan sejajar dengan Fey setelah menepuk bahu Fey.
"Eh?" Fey segera menoleh ke arah sosok yang barusan menepuknya. "Lesti?"
"Aku udah teriak-teriak manggil namamu, eh kamu malah gak nengok-nengok." Lesti berdecak kesal
"Hehe, pake earphone nih," Fey menunjukkan telinganya yang menggunakan airpod.
"Sehat? Katanya sakit?"
"Alhamdulillah udah sembuh kok, disuruh istirahat aja kemaren hehe." Fey menoleh ke koridor berlawanan, ada sedikit keramaian dan beberapa orang berseragam non medis serta 2 orang menggunakan hazmat.
"Eh? Ada pasien corona? Uda masuk Jawa Tengah?" Lesti turut menghentikan langkah.
"Simulasi kok, itu yang jadi pasien si Sinta ruang bedah kelas?" Lesti menajamkan mata ke arah yang ditunjuk oleh Fey.
"Eh iya, oh persiapan?" Fey mengiyakan perkataan Lesti.
"Rumah sakit kita jelas rujukan covid ya?"
"Jelas Les, rujukan nasional kok kita. Ya, siap-siap aja siapa tahu ditunjuk jadi perawat covid."
"Takut Fey, takut gak mampu laksan."
"Bisa kok, ada workshopnya nanti kata temenku," Fey menepuk bahu Lesti. Lesti menggaguk, mengiyakan.
"Aku duluan ya, Fey. Bye!!" Lesti berlari kecil mendahului Fey lalu melambaikan tangan menuju arah pintu keluar.
"Hemm," Fey pun balas lambaikan tangannya.
***
"Fey, materi pelatihan disetor maksimal besok ya!" Suara Mbak Isna membuyarkan konsentrasi Fey yang tengah menghitung cairan pasien."Mbakkk, aku jadi lupa sampai mana?" Rengek Fey protes. Mbak Isna yang telah mengganggu hanya terkekeh.
"Sorry-sorry, materi uda siap?"
"Udah kok, tinggal kirim ke Mbak Gita!"
"Aku juga udah, tinggal kirim nanti pulang kerja. Kamu jadi ngisi dua jam pelajaran?"
"Hooh mbak, jadi." Fey pun mengambil spidol untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Pembimbing?" Fey hanya mengangguk.
"Jangan galak-galak nanti pas ngajar!" Fey tertawa.
"Beda dong mbak metodeku ngajar ke peserta pelatihan sama mahasiswa." Fey terkekeh, mengingat dia di mata mahasiswa perawat yang tengah praktek klinik dikenal galak.
Mbak Isna ingin menanyakan lagi namun ponsel Fey berdering.
"Eh, aku nerima telepon dulu ya mbak. Omku tumben telepon."Isna mengangguk, ia hanya melihat punggung Fey lalu menghilang dari balik pintu.
Beberapa menit kemudian Fey kembali keruangan. Raut cemas dan khawatir terlihat di jelas di wajahnya.
"Fey? Kenapa?" Isna pun mencoba bertanya.
"Oh, tanteku mau rujuk sini mbak. Aku tadi habis telepon bagian IGD yang mengurus rujukan. Katanya mau bantu. Nanti nunggu info dari Mbaknya admin."
"Lha sakit apa?"
"CKD (Cronic Kidney Deaseas/gagal ginjal) mbak, udah berat sih. Nggak mau HD (cuci darah) mbak. Ini uda di ICU dari rumah sakit daerahnya."
"Innalillahi, syafakillah ya Fey." Fey hanya mengangguk dengan wajah sendunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay, Love!
RomanceFelichia atau sering dipanggil Fey perawat neonatal intensif care unit (NICU) yang tengah bangkit tertatih dari hatinya yang terluka. Luka ini lebih dalam dibanding saat ia batal menikah. Hidupnya terporos dirumah sakit dan rumah sakit. Diiringi den...