Healing

249 34 17
                                    

Hari ini sudah hari ke-3 Felichia atau Fey dirawat. Kondisinya sudah sangat membaik, rencananya memang akan dipulangkan. Randy yang memang sengaja menjadi walinya selama dia rawat selalu memantau kondisi Fey. Tapi satu yang belum pulih, hati Fey. Tanpa Fey beri tahu pun Reno tahu Fey kepayahan menata hatinya.

Setiap ia masuk kamar Fey, Reno mendapati Fey selalu melamun menatap jendela. Hingga baru sadar setelah Reno menyentuh bahunya. Sorot matanya saat melamun kosong, lebih nampak sedih. Namun ketika tahu ada Reno atau orang lain disekitarnya, Fey berusaha sekuat tenaga menutupinya. Tersenyum lebar bahkan tertawa ketika orang lain membuat lelucon. Tapi Reno tahu itu hanya topeng belaka.

Reno mendatangi nurse stasion tempat Fey dirawat. Nampak seorang perawat yang Reno kenal dengan nama Dara tengah sibuk dengan komputer sedang perawat lain nampak sibuk mondar-mandir.

"Pagi Mbak Dara."

"Oh pagi Pak Reno, hasil laborat evaluasi Mbak Fey kemaren sore bagus kok, kata DPJP BLPL (boleh pulang) tapi tunggu visite ya," jelas Dara seraya melihat layar, membaca advice di rekam medis elektronik yang tengah ia buka.

"Ok, makasih ya, Mbak! Nanti kabari saya aja kalau misal udah visite pas saya lagi ke pasien juga," ujar Reno sambil menenteng snelinya.

"Ok, Pak!." Dara mengangguk dan tersenyum ramah.

"Saya ke kamar Fey dulu, mari Mbak," pamit Reno.

Reno melangkah menuju kamar Fey, sebelum masuk ia mengetuk pintu Fey dulu. Kebiasaannya saat mengunjungi pasien. Sesuai tebakannya Fey belum menyadari ada yang masuk. Fey menatap nanar jendela di sampingnya. Ia memeluk kedua kakinya, menumpukan kepalanya di lutut.

"Fey," panggil Reno sambil menepuk pelan kepala Fey.

"Oh." Fey mendongak menatap Reno. Ada bekas air mata di ujung mata Fey.

"Kenapa? Kamu nangis?"

"Eh, nggak kok." Fey sontak mengusap matanya cepat kemudian tersenyum.

"Masih nggak mau berbagi?" Pertanyaan Reno hanya dijawab senyuman oleh Fey. Reno tahu Fey masih enggan menjawab.

"Take your time, Fey! Tapi jangan terlalu lama hmm! Kamu berhak bahagia, meskipun tanpa dia. Mana Fey yang saya kenal?" Reno mengusap kepala Fey.

"Makasih ya, Pak," ucap Fey seraya tersenyum ke arah Reno.

"Nggak gratis! Imbalannya kamu harus sehat, Ok!" Fey tertawa mendengar jawaban Reno.

"Hasil labmu bagus, advice via telepon BLPL (boleh pulang) tapi tunggu visite." Fey mengangguk.

"Fey, jika kamu butuh teman bicara saya siap." Fey hanya menatap Reno, ia tersenyum lalu mengangguk.

Akhir-akhir ini memang Fey nampak lebih pendiam. Tak banyak berbicara. Reno paham asal dia masih bisa melihat senyumnya, meski bukan senyum yang biasa ia lihat dulu.

Reno mengenal Fey sejak ia di stase perina, lebih tepatnya saat tanpa sengaja tengah bertugas bersama sebagai pendamping sc (sectio caesaria). Dari situ Reno mulai memperhatikan Fey diam-diam. Memperhatikan setiap perubah ekspresi Fey. Mengamatinya dari jauh.

Reno mengagumi sosok Fey. Mungkin lebih tepat disebut cinta pada pandangan pertama. Hanya beberapa orang yang tahu kelakuan Reno yang selalu tertangkap basah sedang memandangi Fey dari jauh.

Reno tahu Fey menjalin hubungan dengan seorang tentara. Ia juga pernah berdebat panjang dengan Fey tentang sosok lelaki itu dulu. Mungkin sebenarnya ia cemburu, hingga Fey marah dengan ucapannya waktu itu.

"Eh, Fey! Pasien yang konsul respi mana?" Reno baru saja masuk ke ruang NICU seraya mengedarkan matanya menyisir inkubator yang berisi pasien.

It's Okay, Love! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang