Peluang yang terlewatkan [C O M P L E T E D ✓]

Sequel pt 3

"PAPAAAA!!"

"Apa lagi sih dek!?" sahut Minho. Padahal ini masih pagi dan hari libur, tapi rumah sudah penuh dengan teriakkan saja. 

'DAK DAK DAK DAK'

"ABANG SINI KAMU!! HEI JANGAN KABUR!!"

"Nggak mau, nggak mauu. Wleeee dasar pendek"

"ABAAAANG!!"

Dari lantai dua terdengar suara lari-lari, suara Jisung dan suara Miyoung entah apa yang sedang mereka lakukan. "Adik-adikmu kenapa lagi sih kak?" tanya Minho pada sang anak sulung yang baru bangun dan sedang teleponan di sofa.

"Hah? Apa pa?"

"Adik-adikmu kenapa lagi ribut-ribut pagi-pagi?" tanya Minho kembali. "Nggak tau, tadi waktu Jeongin di atas masih damai, belom perang" jawab Jeongin sambil mengangkat bahunya. "PAPA!! PAPA!! ABANG IZIN PERGI YA?!"

"Mau ke mana kamu pagi-pagi begini?"

"Ke rumah Chenle! boleh ya? Ya? Yaaa?"

"ABANG!!"

"Adek, ini masih pagi loh. Kenapa sih teriak-teriak?" tegur Minho pada anak bungsunya. "Si Abang noh pa! Gara-gara dia usil kagetin adek, lipbalm adek jadi jatoh! Sampai patah nih!" Adu Miyoung sambil menunjukkan lipbalmnya yang sudah patah sehingga hilang setengah.

"Astaga, princess ayah pagi-pagi udah ngamuk-ngamuk aja. Kan ayah bisa beliin yang baru sayang" sahut Chan sambil menutup koran yang sedang dibacanya. "Kan yang penting masih bisa dipakai dek. Kamu juga! Kenapa sih adiknya diusilin mulu?!" omel Minho pada Jisung. 

"Hehehe, habisnya seru pa" jawab Jisung sambil cengengesan. "Ayah, uang jajan bulanan mana yah? Jeongin ada janji sama calon mantu ayah nih" ujar Jeongin sambil menghampiri sang ayah.

"Nah, udah ayah duga. Pasti hari ini kalian pada nagihin uang jajan bulanan. Nih, punya kakak, punya abang sama punya dedek" Chan memberikan masing-masing satu amplop coklat yang lumayan tebal pada anak-anaknya.

Ketiganya langsung membukanya lalu menghitung jumlah uang jajan yang diberikan, soalnya uang jajan mereka diberikan perbulan. Chan dan Minho sengaja juga, biar anak-anak bisa belajar menghemat dan mengelola uang sendiri.