Part. 1 Awal Kehancuran

992 86 16
                                    

●Selamat Membaca●Sedikit ada perubahan baca ulang ya✌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca
Sedikit ada perubahan baca ulang ya✌

■◇■◇■◇■◇■◇■◇■◇■◇■◇■◇■◇■

▪︎
▪︎

Siapa yang tidak mengenal keluarga Choi, keluarga yang terkenal dengan visual yang menawan, mantan aktris dan aktor yang sekarang beralih menjadi seorang pengusaha dan menata rumah tangga yang begitu harmonis yang sekarang sudah beranjak tahun ke 7 pernikahan mereka. Dikaruniai anak yang tidak kalah cantik dengan sang Eomma.

Walaupun sudah berhenti dengan kegiatan keartisannya keluarga ini masih menjadi sorotan media.  Seperti sekarang keluarga kecil ini sedang menemani sang anak untuk kegiatan sekolahnya. Banyak media yang menyoroti mereka terlihat sangat bahagia dan harmonis, membuat semua yang menyaksikan sangat iri.

"Benar benar keluarga visual, masih kecil saja sudah terlihat ia mewarisi gen orang tuanya."

"Kau benar, mereka seperti bukan manusia terlihat begitu menawan."

"Ditambah mereka sangat terlihat harmonis, aku benar benar iri."

Begitulah komentar para orang tua dari murid murid disana. Menyaksikan begitu dekatnya anak dengan sang ibu dan ayahnya. Tertawa bersama menikmati kemenangan mereka dalam lomba kekompakan.

Tetapi semua sirna begitu saja saat kehadiran sesosok bayi yang tergeletak didepan rumah mereka. Dengan sepucuk surat yang terselip disamping sang bayi. Bayi itu terlihat sangat cantik dengan kain berwarna pink yg melilit tubuhnya, iya terus menggeliat kekanan dan kekiri seperti merasa tak nyaman dengan cuaca sekarang.

Pikiran yang entah kemana ia alihkan melihat sepertinya sang bayi akan menangis, segera ia angkat dan membawa nya kedalam rumah. Sang suami yang melihat pun hanya bisa mengikuti sang istri masuk sedangkan sang anak terlihat kebingungan.

"Appa adik bayi itu siapa?."

"Kita masuk dulu ya sayang."

Sang anak pun hanya bisa mengikuti orang tuanya padahal masih banyak yang ingin iya tanyakan, wajar saja anak seumuran nya pasti keingin tahuan mereka sangat tinggi.

Ketika masuk iya malah melihat sang eomma yang menitihkan air matanya.

"Eomma kenapa menangis?."

Dengan cepat ia menghapus air matanya dan menyuruh sang anak untuk masuk ke kamar.

"Sayang kamu masuk kamar ya, kamu bersihin badan kamu, tunggu eomma panggil baru keluar ya?."

"Baik eomma."

Cup

Cup

Sudah kebiasaan dari mereka ketika meninggalkan satu sama lain harus menyempatkan dri untuk memberi kecupan walaupun hanya pergi kekamar.

I'M (not) FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang