0.9

19 6 0
                                    

"Good Morning," sapa Jeno dari ujung sambungan telepon yang cukup membuat Jeje kaget. Jeno? Telepon? Pagi- pagi?

"Why did you call me this early... Ini masih jam 7, Jeno," keluh Jeje yang sekarang baru aja sarapan bubur instan.

"Gue tau lo ada kelas jam delapan dua puluh. I'll pick you up at 8. Gue bawa motor. Tenang, udah ada helmnya," jawabnya. Ucapan Jeno itu sebenarnya sedikit membuat Jeje bingung. Sepertinya beberapa hari yang lalu mereka tidak begitu dekat... kenapa tiba- tiba begini?

✨✨
"Wih? Berdua?"

Suara familiar itu sedikit membuat Jeje yang baru turun dari motor Jeno sedikit gelagapan. Itu Mark. Parkir vespanya berdekatan dengan motor Kawasaski Jeno.

"Yoi," jawab Jeno santai.

"Tumben banget. Btw, Je. Sombong ya lo sekarang!" kata Mark sambil menyikut Jeje pelan. Jejenya cuma bisa geleng- geleng sambil masih berusaha buka helm. "Ah buka helm aja gak bisa. Sini, Je."

Baru saja Mark mau membuka kuncian helm Jeje, Jeno langsung meraih tangan Jeje. Iya, Jeno yang bukain akhirnya. "Helm gue. Emang agak macet kunciannya."

Mark mengendikkan bahunya. "Alright."

Mereka bertiga akhirnya berjalan menuju gedung teknik industri. Kebetulan kelas mereka ada di gedung yang sama. "Je. Lo gak mau main gitu?" tanyanya. Jeje udah pundung di dalam hati. Pengen rasanya ungkit- ungkit masalah Yeri, tapi ya udah. Biar Mark yang sadar sendiri aja. "Sibuk nih. Tunggu rangkaian OSPEKnya kelar ya, Mark."

Ketiga mahasiswa tingkat dua itu berhasil meraih atensi mahasiswa- mahasiswa baru yang melewati mereka. Berbagai sapaan dibalas, mengingat ketiganya memang cukup dikenal. Dua kakak galak dan satu kakak super baik.

"Oh! Kalian nanti ke taman kan? Sharing- sharing maba?" tanya Mark, dan keduanya mengangguk.

Tak berapa lama kemudian, ketiganya melihat Yeri di lobby gedung. Yeri memanggil Jeje dan melambai ke arahnya.

"Eh. Gue ke Yeri dulu, ya! Ntar ketemu di taman aja. Jen, ajakin Haechan sama Nana juga," ujarnya sembari pergi ke arah Yeri. Jeje hanya menatap nanar punggung Mark yang menjauh sambil membuang nafas panjang.

"Je. You gave me the first rule kemarin, kan? Can I give you a rule also?" tanya Jeno. Jeje menengok.

"Go on."

"Clear-in dulu masalah lo sama Mark, ya?"

✨✨

Jeje duduk di salah satu kursi taman, menunggu ada adik tingkat yang menghampirinya. Reyna dan Lia sudah duluan.

"Je. Udah makan?" tanya Mark yang tiba- tiba duduk di sebelahnya. Jeje hanya mengangguk dan menggeser posisi duduknya sedikit menjauhi Mark.

"Lo sakit? Diem aja anjir dari tadi pagi," tanyanya lagi. Kali ini Mark menempelkan telapak tangannya ke dahi Jeje, namun di tepis kawannya. "I am Fine."

"Just fine?"

"Just fine."

Mark menatap temannya heran. "You are not in a good mood, huh?"

"Lately? Yes."

Mark hanya mengangguk. Tiba- tiba ada adik tingkat yang menawari Mark untuk sharing- sharing. Mark tentu saja menerimanya. "Boleh banget! Je, mau ikut? Rame nih, ber enam merekanya."

"Gak deh. Gue sama Jeno. Nah, tuh dateng Nana. Na! Lo sama Mark tuh." Nana-nya sekarang lari- lari kecil ke arah Mark. Sedangkan Mark sekarang ngeliatin Jeje, karena merasa Jeje menjauh dari dia. Gak berapa lama kemudian, Jeno datang dengan jaket jeansnya. Ia berjalan tenang ke arah Jeje dan akhirnya duduk di sebelah perempuan itu.

tentang markTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang