Prolog

75 8 0
                                    

Hari pertama ospek jurusan, jam istirahat. Jeje mengangkat tas ransel hitamnya dengan sedikit kewalahan. Ia merapihkan anak rambutnya yang tidak terikat dengan rapih. Pita biru tua terikat apik pada pangkal rambut kuncir kudanya. Mahasiswa baru teknik industri berkumpul di halaman gedungnya dengan agak semerawut walau sudah sedikit dibentak oleh para panitia ospek.

Jeje berdecak kesal sambil duduk di salah satu kursi kayu tanpa senderan. Dalam batinnya ia mengeluh karena sedari jam lima pagi tadi ia sudah harus ada disini, dipaksa diam saat mendengar segala bentakan tanpa ada alasan apapun,  yang membuat telinganya gatal.

Masalahnya, ini masih jam istirahat dan sisa waktunya masih ada dua puluh menit lagi, tetapi kakak tingkatnya ini sudah mulai mondar- mandir memperhatikan adik- adiknya seolah elang yang sedang berburu.

Puan itu tidak berhasil menemukan Reyna, sahabatnya dari SMP yang kebetulan harus merantau di kota yang sama, bahkan masuk di jurusan yang sama. Ia hanya menggoyangkan kakinya yang mengenakan pantofel seraya mendengarkan kursi tua ini berdecit sesekali.

"Boleh duduk di sini?"

Jeje menengok, mendapati lelaki yang kala itu cepak, sesuai dengan aturan ospek lengkap dengan kacamata bulatnya. Ia tersenyum dan mengangguk, lalu menggeser sedikit tempat duduknya.

"Ini jam berapa ya?" tanya lelaki itu lagi. Jeje sedikit gelagapan, pasalnya ia tidak sedang menggunakan jam tangannya. Bahkan sekarang membuka ponselnya pun tak bisa. Dilarang.

"Eh, gak pakai jam tangan."

Lelaki itu mengangguk lalu berkata, "Tapi masih jam istirahat, kan? Kenapa udah dilihatin begini, sih?"

Jeje mengangguk setuju dan sedikit menyembunyikan senyumnya. Walau ia seorang ekstrovert, ia harus menjaga kesan pertamanya saat bertemu orang. Tuh, nyatanya tidak hanya dia yang berpikir seperti itu. Artinya, ia tidak aneh.

"Iya. Gak ngerti juga."

Lelaki itu lalu menengok ke arahnya. "Mark," ucapnya sambil menyodorkan tangan kanannya. Jeje tersenyum lagi dan dengan sedikit canggung menyalami lelaki itu.

"Jemma. Tapi panggil Jeje aja."

"Dari?"

"Dari?" Iya, Jeje mengulang pertanyaan Mark. Bukannya gugup karena bertemu seorang lelaki yang wajahnya, uhm, lumayan, uhm, tampan, tapi Jeje benar- benar tidak mengerti apa arti 'dari' dalam konteks ini. Ia merasa bodoh.

"Iya. Darimana asalnya?" ujar Mark menegaskan, tersadar bahwa pertanyaannya tadi cukup ambigu. Ia merasakan tangannya sedikit berkeringat tanpa alasan.

"Aaaah. Jakarta."

"What a coincidence. Bisa lah ya lo- gue- an?"

Jeje mengangguk. Itulah awalnya ia bisa bersahabat dengan lelaki bernama Mark Yehezkiel Mahesa, dan Jeje bersyukur. Tapi, bukan perempuan namanya kalau tidak, stalking, kan? Sampai kos ia langsung membuka instagram, berusaha mencari akun pria berkacamata yang tadi ia ketik.

Jeje tidak bisa menahan senyumnya yang mengembang saat berhasil menemukan akun dengan username mark.yehezekiel itu. Bukan apa- apa, ia hanya penasaran. Sangat penasaran. Usut punya usut, Mark itu lulusan salah satu sekolah menengah atas swasta yang isinya cowok semua, ia suka musik, dan Mark sudah punya pacar.

Hati Jeje sedikit tercubit, tapi apa alasannya? Mereka baru bertemu. Buru- buru Jeje menghilangkan perasaan aneh itu dan beralih ke aplikasi LINE-nya. Ia menautkan alis tebalnya saat melihat notif yang ada di layar.

mark added you as friend.

Mark? Mark yang tadi?

Mark

|jemma?
|eh jeje maksudnya
|yang tadi bukan sih?

iyaa bener|
kenapa?|

|gapapa sih
|takut salah aja

bener kok benerr|

|ganggu gak nih?

mau ngerjain tugas ospek|
yang tadi sii

|nah
|pengen nanya

Jeje lagi- lagi tersenyum. Ia tidak mengharapkan apapun. Ia hanya ingin berteman, mempunyai teman yang banyak pokoknya. Jiwa ekstrovertnya sudah meronta- ronta untuk bersosialisasi. Mark mungkin bisa jadi a good start, kan? Jeje dari dulu memang punya beberapa sahabat lelaki yang mampu menjadi tempat berceritanya. Menurutnya, berteman sama beberapa cowok itu asyik.

Little did they know, percakapan yang dimodali oleh keberanian Mark meski lewat aplikasi itu berujung persahabatan mereka hingga saat ini.

◐◐

starring

Mark Lee
as
Mark Yehezekiel Mahesa,

your favorite friend

YouasJemma Aurora Mahardina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You
as
Jemma Aurora Mahardina

YouasJemma Aurora Mahardina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◐◐

selamat datang di work baru aku! semoga kalian suka yaa, hehe. oh di work ini nggak semua cast aku namain lokal.. takutnya kalian susah ngafalinnya. cuma beberapa cast aja yang aku namain lokal dan gampang, kokk! oiyaa work ini juga based on my personal story.. a bit?? hehe. enjoyy!

tentang markTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang