1.8

14 3 0
                                    

"Oh Jisung tuh 2002 ya? Dua tahun di bawah kita dong," kata Jeje waktu ngeliat formulir pendaftaran himpunan mahasiswa. Kebetulan, Reyna ini dititipin sama sekretaris himpunan periode baru yaitu Kak Sakura beberapa formulir, jadi bisa liat- liat.

"Iya deh kalo gak salah dia masuk sekolahnya kecepetan," kata Reyna yang juga masih ngisi formulir pendaftaran. Jeje ngangguk. "Ooh kebalikannya Mark, masuk sekolahnya telat."

Pekan ujian akhir semester sudah selesai hari ini. Rencananya, Jeje sama temen- temennya akan pulang besok naik kereta api. Sebenernya mau naik pesawat, tapi kasian gitu Lia sama Naren ke Bandungnya cuma berdua. Terus, kalau sudah akhir semester gini, himpunan biasanya open recruitment buat periode baru.

"Je, ini gue nyari Kak Sakura dulu. Udah selesai gue isi formulirnya," ujar Reyna sambil merapihkan setumpuk kertas di hadapannya.

"Oke. Gue tunggu di sini ya."

Reyna berjalan menyusuri pelataran gedung jurusan menuju gedung fakultas. Sekretariat UKM ada di sana semua, tepatnya di lantai lima.

"Kak. Ini punyaku sama yang angkatan baru beberapa," kata Reyna ke Sakura yang kebetulan lagi liat- liat formulir yang lain.

"Eh iya, thank you Rey. By the way kamu kenal Jeno gak ya?"

"Jeno Adriel maksudnya?"

.
.

Reyna beberapa kali menelepon Jeno, tapi tidak diangkat. Sakura bilang, Jeno belum mengumpulkan formulir, padahal hari ini hari terakhir pengumpulan. Ia akhirnya duduk di bench pelataran jurusan, mencoba menelepon temannya itu lagi, namun gagal karena yang ia cari baru saja lewat di hadapnnya.

"JENO!"

Sayangnya Jeno nggak nengok. Jeno malah berjalan lurus ke arah fakultas tetangga, fakultas hukum. Reyna bingung dong... ngapain coba dia ke FH? Apa lupa fakultas??? Ya udah, diikutinlah sama Reyna sampai ke bagian parkiran belakang FH. Gedung FH tuh gede banget dan megah banget. Untung Reyna gak nyasar.

Reyna masih ngeliatin Jeno yang berdiri di parkiran seolah menunggu seseorang, dan bener aja. Seorang cewek dateng dan wajahnya familiar.

"Win..ter?" gumam Reyna pelan. Ia familiar dengan wajah itu. Secepatnya ia membuka ponsel dan menelfon Jeje.

"Je. Lo pulang duluan deh, gue masih nungguin Kak Sakura," katanya singkat.

"Kak Jeno.. Mama sama Papa hari ini di Malang lagi, sekalian liburan," kata Winter. Jeno cuma mematung.

"Besok aku pulang, Winter."

"Malem ini gak mau ketemu Kak?"

Setelahnya, Jeno tampak gusar. "Listen, I never agree buat perjodohan atau apalah ini. Aku gak pernah tertarik. Aku juga belom packing baju buat besok pulang," jelasnya panjang lebar.

Reyna langsung menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara.

JENO. DIJODOHIN. SAMA. WINTER.

That's the tea for today. Reyna rasanya mau ngamuk banget sekarang ke Jeno.

"Kak Jeno. Please help me.."

Jeno di depannya hanya membuang napas secara kasar sambil mengusak bagian belakang rambutnya.

"I'll text you later," ujar Jeno sambil meninggalkan Winter sendiri. Reyna dengan perasaan yang menggebu- gebu terus mengikuti Jeno hingga ke depan gedung fakultas.

"JENO!" panggilnya sambil berlari kecil, berusaha menyusul Jeno yang berjarak beberapa meter di depan.

"Rey? Lo.. darimana?" kata Jeno sedikit terkaget.

tentang markTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang