Aku tidak boleh menangis, ini bukan saat yang tepat untuk terlihat lemah.
Benar.. bagaimanapun aku harus mencari cara untuk membuat dia berhenti menyalahkan kakek.
Aku harus mencari tahu secara diam-diam, sehingga aku bisa menemukan banyak bukti tanpa harus dicurigai. batin gadis berwajah manis itu berkali-kali mengibaskan telapak tangan. Ia mencoba menahan cairan bening yang menggenang di pelupuk matanya agar tidak terjatuh.
Tentu hal ini sangat mengejutkan baginya. Dalam hati dia masih tidak percaya jika bodyguard yang dia pikir benar-benar melindunginya, ternyata hanya menggunakan Jennie sebagai tameng agar tidak diamati oleh Kakeknya.
Wonwoo mungkin ingin bermain seperti ini, maka aku juga harus perlahan mengikutinya. Dengan begitu akan terlihat siapa yang salah. kali ini Jennie buru-buru memalingkan wajah ketika menyadari sosok bertubuh jangkung berjalan ke dapur. Pria itu sepertinya baru selesai mandi, terlihat dari rambutnya yang setengah basah.
"Aigoo.. anda hanya makan itu?"
"Bukankah sudah saya katakan tadi jika ada makanan yang bisa anda panaskan." ujar Wonwoo melihat ramyeon cup yang isinya tinggal setengah.
"Ini bukan apartemenku, rasanya terlalu lancang untuk melakukan itu."
"Kalau begitu saya akan memanaskan untuk anda."
Gadis berwajah manis menggeleng pelan.
"Tidak perlu."
"Aku sudah kenyang dengan ini." ujar Jennie kembali meraih sumpit yang sempat ia letakan di meja.
"Benarkah? Kalau begitu saya yang makan." pria berkulit putih pucat itu dengan santainya mendekati microwave begitu dia mengambil mandu dari lemari pendingin.
Jennie yang hanya memandangi punggung lebar milik bodyguardnya tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. Kepala dan hati entah tertinggal dimana, sehingga dia tidak bisa merangkai kalimat. Ya! Sekalipun Jennie sekarang sangat penasaran, bukan berarti dia bisa langsung menanyakan pertanyaan yang mungkin akan terdengar seperti dia sudah mengetahui apa yang sedang Wonwoo lakukan di belakangnya.
"Apa anda sesuatu yang ingin anda katakan?" suara berat Wonwoo terdengar setelah mendengar beberapa suara detingan dari sumpit yang Jennie pegang.
"Eoh.. saat ini Kakek sedang tidak enak badan, lalu Ayahku mungkin sudah sembunyi di suatu tempat agar tidak bertanggung jawab dengan yang KIEL hadapi sekarang."
"Sebagai satu-satunya orang menanggung semua ini, aku tidak tahu harus berbuat apa. Bisakah kau memberiku saran?"
Pria yang diajak bicara mengernyit dahi sebelum akhirnya membalikan badan.
"Anda yakin meminta saran pada saya?"
"Bukankah anda tidak suka jika saya ikut campur dalam pekerjaan anda?"
"Ani.. bukan tidak suka, tapi kau sendiri yang membuat peraturan tertulis dalam kontraknya itu."
"Selain itu aku juga yakin kalau kau tidak sebodoh itu meski hanya seorang bodyguard."
Pria yang merasa ucapan Jennie ada benarnya mengangguk pelan.
"Jika saya adalah pemimpin perusahaan lain, saya juga akan melakukan hal seperti ini ketika ada saingan yang ingin bergerak lebih cepat dari dari saya."

KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER LEVEL • Wonwoo x Jennie
FanfictionKehidupan monotone Kim Jennie yang perlahan berubah semenjak bodyguard bernama Jeon Wonwoo muncul.