9. First Secret

762 101 3
                                    

Ruangan kerja yang separuhnya diisi oleh rak buku, tampak sangat rapi seperti biasa. Cahaya matahari yang juga masuk lewat jendela, membuat beberapa tanaman yang tumbuh di dalam pot kecil kembali segar. Terlihat pria paruh baya yang sedang memeriksa lembaran kertas ditangannya sesekali terbatuk. Mungkin sudah sekitar satu minggu lalu dia bekerja di rumah, karena merasa tidak sehat.




"Predir, sudah waktunya anda minum obat." ujar Sekretaris Jang yang tidak asing masuk ke ruangan sambil membawa segelas air putih dan beberpa pil di dalam wadah kecil.





Pria berambut uban itu mengangguk sekilas lalu meminum obatnya meski dia sudah bosan. Ya, dia mau tak mau harus mengkonsumsi obat yang terasa pahit itu sejak Dokter mengatakan ada yang bermasalah dengan jantungnya.


"Sudah setua ini aku terus merasakan pahit, sekalipun memakan-makanan manis, pasti aku juga akan merasakan pahit lagi."

"Bukan seharusnya aku pergi ke taman bermain?" candanya terkekeh.




"Andai Nona Jennie sudah menikah, Presdir tentu bisa pergi ke sana dengan cucu anda."




"Kau benar juga."

"Tapi dia terlalu sibuk pada pekerjaannya, tidak mungkin dia memiliki pikiran untuk segera menikah."



"Geureundae, saya mendapat laporan jika baru-baru ada hacker yang mencoba meretas data saham di KIEL."



"Benarkah? Apa kau sudah mengetahui siapa yang membayarnya?"

"Berani sekali mereka mengusik perusahaanku."





Sekretaris Jang mengambil langkah lebih dekat karena ada sesuatu yang tidak bisa dia katakan begitu saja. Terlebih ada beberapa pelayan dan penjaga di luar ruangan. Maklum saja, rumah itu hanya dihuni oleh pasangan yang sudah lanjut usia, maka perlu perhatian khusus.

"Orang yang saya percaya mendapatkan informasi jika putra dari salah satu perusahaan yang dulu kita kalahkan sekarang sedang berada di Seoul."

"Tapi karena tidak begitu tahu putra siapa dan pemilik perusahaan yang mana, sepertinya dia perlu diwaspadai."





Predir Kim menganggukan kepala setuju. Dia tidak boleh membiarkan sebuah tunas tumbuh dari pohon yang sudah lama roboh dan lapuk.

"Cari tahu terus siapa dia dan apa yang dia lakukan sekarang. Tidak masalah jika dia menjalani hidup seperti orang biasa, tapi aku tidak akan diam sama jika dia berada di sekitarku."












Sebenarnya dia tidak terlalu buruk, tapi sifat dan sikapnya yang mirip bongkahan es dan patung hidup sangat sulit ditebak.

Beberapa menit lalu dia masih baik padaku, tapi beberapa menit kemudian dia seperti orang asing tidak aku kenal.

Jennie sengaja bersedekap, sesekali ia mencuri pandang ke arah pria yang memiliki bentuk mata mirip rubah yang bersandar di tembok sambil memejamkan mata. Jika dipikirkan lagi pria itu cukup tampan, meski tidak melakukan apapun. Gadis itu juga baru menyadari betapa bidang dada bodyguardnya ketika memperhatikan Wonwoo hanya mengenakan t-shirt. Tentu hal itu terlihat berbeda karena setahu dia, Wonwoo hanya memakai kemeja putih dan setelan jas seperti saat mereka menginap di luar kota.


"Apa kau marah karena aku memecahkan telur di kepalamu? Jika tidak terima kau bisa membalasnya."

"Atau kau mau aku antar ke Rumah Sakit untuk periksa?" tanya Jennie sedikit mencondongkan badannya ke arah Wonwoo. Rupanya dia agak sedikit kekanakan, tidak seperti seorang CEO sombong tempo hati.



ANOTHER LEVEL • Wonwoo x JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang