11. First Heartbeat

743 101 11
                                    

Ini gila..

Niatku datang kesini hanya untuk mengantarkan pesanan, tapi sekarang aku malah merawatnya. Dia perlu bersikap baik padaku setelah dia sembuh besok.



Pria jangkung yang berkali-kali memeras dan menempelkan handuk basah di dahi Jennie akhirnya bisa duduk di karpet bawah. Ia kemudian meluruskan kedua kakinya yang hampir kram, lalu merapikan gulungan lengan kemejanya hingga batas siku yang tidak sejajar. Benar, selama berkerja dia selalu berdiri dan tidak banyak waktu untuk duduk atau beristirahat. Selain itu dia harus terlihat bersemangat ketika menawarkan barang baru, sehingga tidak hanya fisik yang lelah tapi mentalnya juga.


Jam yang tergantung di dinding sudah menunjukan pukul 2 dini hari. Langit malam yang semakin larut perlahan menjadi menggelap. Tanpa harus ditebak warna itu juga akan kembali berganti beberapa jam lagi. Terlihat Wonwoo yang tadinya memaksakan diri untuk terjaga, kini perlahan bersandar pada tepi tempat tidur dan memejamkan matanya. Jelas, ini bisa disebut dia sedang menginap di rumah orang lain. Dan biasanya dia sama sekali tidak bisa tidur di tempat yang tidak familiar untuknya kecuali kamar hotel, tapi nyatanya saat ini pria tampan itu sudah terlelap.



Tidak jauh beda dengan gadis berambut panjang kecoklatan. Tanpa sadar Jennie meraih telapak tangan pria yang tidur di sampingnya itu dan menggenggamnya sembari tersenyum simpul di pulau mimpi. Beruntung mereka berdua sedang tidak dalam keadaan sadar dan jika salah satu saja terbangun karena hal itu, maka mereka pasti akan menjadi canggung pada satu sama lain.




Bib! Bib! Bib! Bib! bunyi alarm dari ponsel berwarna putih yang ada di bawah bantal samar-samar terdengar. Tampak seorang gadis berwajah manis yang rambutnya sedikit berantakan merasa benda itu miliknya dengan malas menggeliat mencoba mematikannya, sebelum alarm susulan kembali berbunyi.




Mwo?

Apa tidak salah? Ini sudah pagi?

"Ommo.. apa semalam hujan deras hingga atapnya bo--" ujar Jennie yang bingung menginyikirkan handuk basah di atas kepalanya. Ia kemudian mengedarkan pandang, lalu mendadak mengerjapkan mata ketika melihat pemandangan bangun tidur yang menurutnya sangat langka.

Ini bukan pertama kalinya dia dan pria berkulit putih pucat itu berdua di pagi buta, tapi dari sudut pandangnya sekarang dia bisa melihat keseluruhan rambut bagian atas Wonwoo, jembatan hidung pria itu, hingga bulu mata yang ternyata lebih panjang dari dugaannya. Jika pria itu menjadi seorang aktor atau public figure, pasti dia akan memiliki banyak penggemar wanita!



Pria berkulit putih pucat yang menggeliat perlahan membuka mata, merasakan ruangan yang setengahnya tertutup gorden tipis itu terlihat lebih terang. Ini pasti sudah pagi, padahal rasanya dia baru tertidur beberapa menit lalu. Wonwoo kemudian meluruskan posisi duduknya dan merenggangkan kedua tangan, namun ia mengeryit karena ada seseorang yang seolah sedang menahannya.




"Eoh.. jangan salah paham."

"Aku tadi ingin membangukanmu, tapi kau malah memegang tanganku." cerita karangan Jennie sekenanya dimulai. Dia tidak ingin tertuduh menjadi gadis yang mencari kesempatan dalam kesempitan.




"Ah.. joseonghamnida."

"Apa sekarang anda sudah merasa lebih baik?" pria yang tetap tampan meski baru bangun itu beranjak. Dia sengaja mmelakukanya karena tidak ingin membuat Jennie malu. Ya, gadis itulah yang mengandeng dan memanggilnya dengan sebutan "Eomma" beberapa kali. Hanya saja ini agak lancang kalau dia tega mengatakan itu dengan jelas. Apalagi dia tahu, bahwa niat Ibu Jennie adalah membunuh putrinya sendiri



ANOTHER LEVEL • Wonwoo x JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang