- Trailer -
Malam mulai larut dengan langit yang semakin gelap. Terlihat seorang gadis manis dan berambut cokelat panjang mengadahkan wajahnya ke atas melihat hamparan langit luas yang dipenuhi oleh ribuan bintang dari ruang kerjanya yang sebagian hanya tertutup kaca. Gadis itu kemudian menghela nafas panjang. Dia memukul pelan bahunya dan perlahan menguap kecil. Kedua matanya sudah terasa berat untuk mengamati tumpukan kertas-kertas yang penuh dengan laporan keuangan di mejanya. Banyak juga proposal dan berkas-berkas yang harus dia periksa dan dia tanda tangani karena ada rapat dengan para pemegang saham besok pagi.
Gadis berparas manis itu tidak lain adalah Kim Jennie. Dia adalah anak perempuan satu-satunya keluarga Kim dari KIEL group. Terlahir dari latar belakang keluarga yang sempurna tentu membuat Jennie hidup dengan segala kemewahan. Pakaian dari designer terkenal, mobil pribadi dengan merek ternama dan lulusan dari universitas terkemuka di Amerika.
Tentu saja Jennie tidak akan mungkin mendapatkan semua itu jika dia hanya seorang gadis yang lahir dari keluarga yang sederhana. Dan inilah yang menjadi alasan utama jika gadis itu sangat disegani banyak orang. Terlebih setelah dia diangkat menjadi CEO KIEL menggantikan ayahnya sejak dua tahun yang lalu. Gadis itu begitu berkerja keras agar perusahaan yang dipimpinnya dapat berjalan seperti perusahaan dimasa pimpinan kakeknya. Bahkan karena terlalu obsesi kerja, dia sekarang mulai mencoba mengalihkan semua barang murah dan tidak bermutu di pasaran, lalu mengembangkan sendiri taktik penjualan barang-barang bermerek dari KIEL.
Ah.. kenapa rasanya mengantuk sekali? Masih banyak laporan baru yang belum kuperiksa. keluh Jennie memijat kepalanya pelan. Tangan mungil itu mencoba meraih cangkir berwarna biru tua dan menyesap pelan isinya. Dingin, kepulan asap dari cairan hitam di cangkir itu sepertinya sudah mengilang sejak seperempat jam lalu.
Jennie kembali mengarahkan pandangannya pada benda-benda langit yang tengah berkelip. Di malam seindah ini rasanya begitu sunyi ketika menyadari hanya tinggal seorang diri. Namun begitulah Kim Jennie, dia sudah biasa menjalankan harinya tanpa ada teman bicara. Bahkan pembantu yang bertugas membersihkan apartment mewah dan luasnya hanya akan datang ketika Jennie sudah berangkat ke perusahaan.
"Kau belum tidur?"
"Cucu kesayangan nenek sepertinya berkerja terlalu keras."
Gadis itu terkesiap mendengar suara dari arah belakang. Itu suara lembut milik seorang wanita berumur dan berdandan glamour yang sangat dia hafal. Jennie juga terkadang heran kenapa neneknya masih seperti itu. Apa ini Cheongdam-dong style?
"Aku belum mengantuk, halmoni." jawabnya tersenyum simpul.
Wanita yang tidak lain adalah Lim Ji Young–nenek Jennie–mendekati gadis manis itu, dia langsung duduk di kursi yang berada tepat di samping meja kerja cucu kesayangannya.
Jiyoung memandang raut wajah Jennie yang terlihat lesu.
"Kau sudah mengatuk, tapi kau tetap sibuk kerja. Kenapa tidak tidur saja?"
Jennie menggeleng.
"Tidak halmoni, laporan ini harus aku selesaikan malam ini juga. Aku tidak betah melihat tumpukan kertas di meja kerjaku."
"Harusnya kau kau menikah saja. Setelah sibuk seperti sekarang kau pasti tidak akan memikirkannya."
"Kalau sudah jodoh pasti akan datang sendiri padaku entah kapanpun itu. Jadi cucumu ini hanya akan menunggu."
Nenek cantik itu tersenyum kecil.
"Hmm. Kalau begitu lanjutkan pekerjaanmu. Halmoni hanya akan mengingatkan kalau kakekmu akan memberikan sebuah kejutan besok."
💎💎💎
Seorang pria berkacamata tebal yang menggendong tas punggungnya sedang berdiri di ujung koridor sendirian. Dia tidak peduli dengan para siswa lain yang terkekeh saat mendengar apa yang dia hafalkan. Jujur saja, sejak tadi malam dia berlatih untuk mengungkapkan sesuatu, tapi beberapa menit kemudian lupa karena terlalu gugup.
"Ak-aku.. Eumm sepertinya aku--"
"Aku suka.. Ani. Maksudku selama ini aku tertarik padamu."
"Kenapa sulit sekali menggabungkan aku, suka dan kamu?" runtuk pria itu menginjak-injakan kaki ke tanah karena kesal.
Gadis cantik yang ditunggu pria itu akhirnya berjalan mendekat. Bisa dilihat para siswa yang tadinya hanya berjalan pergi tak berkedip sedikitpun ketika gadis itu melangkah melewatinya. Tak jarang juga dari mereka yang sengaja mengikuti karena ingin disapa.
"Minggir. Kau menghalang jalanku." ucap gadis berambut poni itu melirik si pria culun sambil bersedekap. Dan aneh sekali bukannya langsung pergi, pria itu malah tak bergeser sesentipun.
"Ah.. kau tidak mau minggir? OK. Lanjutkan saja yang kau lakukan." tambahnya menunduk sekilas layaknya memberi hormat pada orang terlantar yang tidak punya rumah.
Pria itu menarik nafas lebih dalam.
"Chakkaman!" seru pria itu memberanikan dirinya mengangkat tangan kanan. Gadis yang merasa dipanggil menoleh kembali ke belakang.
"An-annyeong!"
Drrrt.. Drrrt.. Drrrt.. ponsel berwarna hitam yang terletak di bawah bantal bergetar panjang. Sepertinya ada sebuah panggilan penting masuk. Mengingat ini masih pukul 2 dini hari, pria yang tidur dengan bertelanjang dada perlahan menggeliat karena benda pipih itu terus saja bergetar.
"Yeoboseyo?" suara beratnya terdengar serak.
"Cek e-mail dan rekeningmu. Seorang client sudah menyewamu menjadi bodyguardnya. Ini benar-benar tawaran yang bagus. Dia Bahkan sudah membayarmu lebih dulu." ucap orang di ujung sana santai tanpa berpikir bahwa yang menerima teleponnya sedang sangat mengantuk.
"Ne. Besok aku cek."
"Aku serius cek e-mailmu."
"Ne. Aku tutup telponnya."
"Yak! Jeon! Jeon Wonwoo!"
Pria tampan yang samar-samar mendengar namanya disebut tidak peduli dan langsung menutup panggilan. Belakangan ini dia sangat lelah karena harus berkerja lembur sebagai tim pemasaran di sebuah perusahaan yang memproduksi barang elektronik dan pakaian.
"Kenapa aku memimpikannya lagi?" tanya pria itu entah pada siapa sambil menghela nafas pelan.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/164973340-288-k653606.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER LEVEL • Wonwoo x Jennie
FanfictionKehidupan monotone Kim Jennie yang perlahan berubah semenjak bodyguard bernama Jeon Wonwoo muncul.