Langit malam kini tampak semakin menggelap, hingga pemandangan pegunungan indah yang sempat terlihat beberapa jam lalu menghilang. Namun rupanya hal itu sama sekali tidak membuat orang-orang merasa takut. Malah sebaliknya mereka mulai bersemangat, karena api unggun yang masing-masing mereka buat bisa melakukan dapat tugasnya. Suara canda dan tawa juga terdengar merata di sekeliling tempat perkemahan itu, seolah sedang berlomba dengan irama musik yang diputar. Disisi lain, seorang gadis mungil yang tengah mencoba menopang wajahnya dengan kedua tangan, merasakan dunia miliknya berputar sendiri.
Mungkin sudah sekitar satu jam lalu Jennie marah mendengar apa yang Wonwoo katakan padanya. Dia kemudian membeli 2 lusin bir kaleng pada pengurus perkemahan, dan mengajak orang-orang yang sebenarnya sama sekali tidak dia kenal untuk berbincang sambil minum bersama. Hal ini Jennie rasa cukup efektif untuk sementara meredam emosi, mengingat tidak ada yang mengenal siapa dia dan tentu saja dia bisa mengatakan apapun tanpa harus khawatir dengan akibat yang ditimbulkan.
"Pria itu makhluk yang sangat tidak tahu malu!"
"Mereka akan mengajak seseorang berkencan saat mereka butuh kasih sayang, tapi memutuskan hubungan itu seenaknya disaat mereka merasa bosan." beber gadis berambut ikal panjang kesal.
"Geurae, aku juga benar-benar ingin menghajar pria semacam itu!"
"Contohnya, baru sekitar 1 bulan lalu aku mengakhiri hubungan dengan mantan kekasihku setelah kita sudah berkencan cukup lama."
"Dan apa kalian bisa menebak apa alasannya? Dia mengatakan bahwa kita harus memiliki waktu untuk berpikir masing-masing ketika aku membahas tentang pernikahan." cerita gadis bermata sipit membuat tiga orang berbeda umur yang duduk tidak jauh darinya menghela nafas bersamaan. Sebagai perempuan mereka bisa memahami situasi tersebut.
"Itu pasti hanya alasan. Tidak mungkin pria hanya ingin berkencan dengan wanita tanpa membayangkan tentang pernikahan." pikir wanita berambut sebahu menggeleng.
"Matja! Matja!"
"Nah itu. Bukankah selama ini aku dan dia selalu memiliki waktu itu? Kenapa tiba-tiba dia menginginkan waktu untuk berpikir setelah kita membahas tentang pernikahan?"
Jennie yang mendengar curahan hati gadis di sampingnya ikut merasa kesal.
"Aku salut padamu, karena kau tidak menuntutnya."
"Jika itu aku, akan aku pastikan dia masuk penjara. Tak akan aku biarkan dia hanya membuatku menghabiskan waktu dan tanpa ada kejelasan, padahal di luar sana pasti ada yang lebih baik."
Kini adalah seorang pria berumur sekitar 35 tahun yang baru selesai memanggang daging entah sudah yang keberapa kali, tidak sengaja ikut mendengar perbincangan para wanita itu mengatur nafas. Setiap orang memiliki kepribadian berbeda, dan hal ini harus dimaklumi. Dulu dia juga pernah sakit hati hingga tidak percaya pada wanita, tapi kenyataannya sekarang dia sudah menikah dan memiliki seorang anak berusia 2 tahun.
"Eumm.. menurutku tidak semua laki-laki seperti apa yang kalian pikirkan. Beberapa ada yang diam-diam mulai menabung untuk menikah, ketika mereka masing-mulai berkencan. Aku dan istriku sudah menikah enam tahun lalu dan kami masih saling mencintai meski telat mendapatkan anak."
"Jadi jangan disama ratakan." ujar pria itu memeluk pinggang wanita sisi kanannya.
"Aigoo! Aku benar-benar iri pada kalian. Seandainya kekasihku juga seperti itu, bukan hanya bermain game saat kita jelas-jelas jarang bertemu."
![](https://img.wattpad.com/cover/164973340-288-k653606.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER LEVEL • Wonwoo x Jennie
Fiksi PenggemarKehidupan monotone Kim Jennie yang perlahan berubah semenjak bodyguard bernama Jeon Wonwoo muncul.