Hampir di Lecehkan

49 32 13
                                    

Aku merutuk, saat melihat jam di ponselku menunjukan jam 8.30 malam. Bunda sudah mewanti-wanti agar tidak pulang malam.

"Sebentar aja, Bun. Enggak sampai satu jam, Rasti sudah balik," ucapku padanya sambil mengenakan sepatu kets putih, melangkah keluar rumah.

"Ngeyel, kok, awas saja kalau sampai pulang malam, enggak bakal bunda bukain pintu!" Ancam Bunda saat aku ijin pergi keluar.

Nyatanya, karena bertemu dengan salah satu teman sekolah. Membuatku lupa waktu hingga baru menyadari hari sudah beranjak malam.

Membuatku memberanikan diri melewati lorong-lorong gelap, menuju kampung tempatku tinggal.

Kupercepat langkah kaki, melewati jalan pintas. Jika lewat lorong panjang diantara ruko-ruko,  tak sampai 15 menit akan tiba di jalan kampung.

Saat siang hari, jalanan ini ramai dengan para karyawan yang bekerja di ruko-ruko, ternyata berbeda saat malam hari. Jalanan ini tampak sepi dan gelap, membuatku sedikit takut.

Lorong-lorong ini tampak menyeramkan, kesunyian menemani langkahku. Deru nafas satu-satunya suara yang terdengar. Sesekali terlihat kucing sedang berjalan dan tikus berlari menjauhiku.

Krompyang!!

Membuatku terlonjak kaget, aku memperhatikan disalah satu sisi gedung terdengar langkah kaki membuatku menahan nafas.

"Meeoong!!"

Terdengar suara kucing berkelahi atau kawin, entahlah. Aku menghembuskan nafas lega.

"Ternyata cuma kucing," gumamku pelan, melihat 2 ekor kucing berwarna hitam dan orange berkejar kejaran, menjauh hilang di telan kegelapan malam.

Kulanjutkan langkah kaki, mengingat-ingat lorong menuju kampung. Kegelapan ini membuatku menjadi tak tau arah. Menyesal pun tiada guna, tak akan bisa mengembalikan waktu yang sudah terlewati.

Dalam hening, kucoba mengira-ngira jalan mana yang harus kulewati, ketakutan mulai merasuki. Saat tak kutemukan jalan kembali.

Tap! Tap! Tap!

Terdengat langkah kaki mendekat, membuatku lega. Ternyata ada orang lewat, kuhentikan langkah kaki dengan senyum mengembang. Berusaha bersikap ramah pada orang yang mungkin mau menolongku menemukan jalan pulang.

"Halo, cantik, mau kemana?" Sontak membuat dadaku mencelus, senyum memudar dari bibir.

Telihat pria berambut acak-acakan berpakain preman tersenyum muncul dari salah satu gang yang tidak disinari lampu, bau alkohol menguar menusuk hidung.

"Mau kemana, cantik? Temani mas dulu sebentar," godanya, melangkah menghampiriku  dengan semponyongan. Firasatku mulai tak enak, pria ini memancarkan aura menakutkan. Aura yang membuatku merasa tak nyaman.

Aku melirik kekanan kekiri, berharap ada orang lewat yang dapat menolongku. Nihil, tak ada satupun orang disepanjang lorong gelap, membuatku menyesal melewati jalan ini.

"Sss...saya buru-buru, Mas. Ditunggu bunda dirumah," gagapku ketakutan.

Detak jantungku meningkat, peluh membasahi dahi. Kupercepat langkah, berharap pria mabuk itu tak mengikuti, harapan tinggal harapan. Pria mabuk itu mengikuti langkahku dan terus menggodaku.

"Ayolah gadis kecil, temani babang ganteng! Hangatkan tubuh abang, dengan tubuh indahmu," pintanya menggoyangkan pinggul maju mundur,  dengan mulut yang menguar bau alkohol, membuatku makin ketakutan.

"Mm--maaf, saya harus pergi!" seruku.

Sontak aku berlari, menjauh secepat yang kubisa.

"Tunggu! Jangan lari! Kita bersenang-senang dulu!" teriaknya mengejarku, aku semakin ketakutan dibuatnya.

Hingga Akhir WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang