Part 3
Bagas Adi PratamaMataku tetap terjaga padahal waktu sudah menunjukan pukul 23.35. Biarpun sudah dipejamkan tetap saja rasa kantuk belum juga datang. Masih kepikiran kejadian tadi ditambah puisi yang dia kirim. Entah itu puisi atau apa, aku tak mengerti. Apa pun itu, belum tentu dia yang buat. Masa iya orang aneh seperti dia bisa bikin puisi. Huufffttt kenapa aku jadi kepikiran dia?
Bagas Adi Pratama. Seorang aktor tampan yang mirip oppa Korea, banyak digandrungi para penggemarnya kaum hawa dari bebagai kalangan. Ya, aku sampai begitu hapal karena tiap hari selalu update berita tentang dia melalui media sosial. Pun aku, termasuk dari salah satu penggemarnya yang ... fanatik? Oh, no. Memang, sih, banyak foto dia yang kusimpan dalam galeri ponsel.
Aku terpesona dengan aktingnya di berbagai film yang ia perankan. Aku begitu mengagumi sosok Arkan, tokoh yang ia perankan dalam salah satu film yang belum lama tayang di bioskop. Karakter yang sangat cocok dengan wajah tampannya. Berbanding terbalik dengan sifat aslinya. Apa dia semenyebalkan seperti itu? Ah, Bagas. Kamu ... membuatku semakin penasaran. Sudah ah, aku harus tidur.
*
Sayup-sayup terdengar suara azan Subuh. Aku bergegas bangun dan beranjak ke kamar mandi. Kulihat Audrey dan Renata masih terlelap dalam mimpi. Selesai salat, kusempatkan untuk tilawah Qur'an walau hanya selembar, sengaja kukeraskan suara agar mereka terbangun. Namun, usahaku gagal. Alarm di ponsel mereka pun tidak mempan. Aku masih tidak enak mau membangunkan. Bagaimana, ya? Mereka biasa bangun jam berapa sih? Sudah hampir jam setengah enam tapi masih nyenyak sekali tidurnya. Akhirnya suara dering ponsel Renata berhasil membuat mereka terbangun.
"Ngapain sih nelpon subuh-subuh gini?" tanya Renata masih dengan mata terpejam dan suara khas orang baru bangun tidur.
Klik! Renata mengakhiri percakapannya dengan seseorang entah siapa.
"Eh, Kak Maura udah bangun, emang jam berapa sih?" tanya Renata sambil melihat layar ponselnya.
Audrey pun masih bermalas-malasan di kasur. Mungkin memang mereka sangat lelah shooting seharian sampai malam.
"Udah jam enam, ya udah saya ke bawah duluan ya," ucapku sambil berjalan ke luar kamar, menuju tangga.
Oya, aku teringat belum mengganti wallpaper ponselku. Buru-buru kukeluarkan dari saku dan segera diganti dengan foto buku novelku. Sekarang aman.
"Hai, Ra, sini gabung. Kita sarapan bareng," ajak pak Rizal yang sedang sarapan dengan kru film.
"Iya, Pak, makasih," ucapku sambil menuju meja makan. Hhmmm menunya bikin selera nih, nasi goreng bakso. Ada telor ceplok, kerupuk. Buahnya pisang dan apel. Ada teh manis juga. Lengkap sekali. Sepertinya enak minum yang hangat dulu. Oke, teh manis pilihan pertama.
"Lho, kok cuma minum teh, emang gak laper?" tanya Pak Rizal.
"Nanti, Pak, pengen yang manis hangat dulu, hehee," jawabku sambil membawa segelas teh.
"Nasi gorengnya enak lho, tuh kan pada nambah," ucap Pak Rizal sambil menunjuk beberapa kru film yang menuju meja makan.
Aku cuma senyum-senyum melihat kelakuan mereka yang berebut centong nasi. Sudah jam segini semua artis belum ada yang kelihatan satu pun. Tidak perlu menunggu mereka, perutku sudah mulai keroncongan. Aku kembali menuju meja, menyendok nasi goreng ke piring dan mengambil semua lauk serta kerupuk."Ehm ehm, wah udah pada makan aja nih, jangan dihabisin ya," ucap seseorang yang sedang berjalan menuruni tangga. Siapa lagi kalau bukan Bagas.
"Hai, Ra, enak nih kayaknya. Renata sama Audrey mana?" tanya Rian sambil menyendok nasi goreng ke piringnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Sang Penulis
RomanceBlurb: Bagai ditimpa durian runtuh, seorang sutradara melamar novel Maura untuk difilmkan. Lebih dari itu, ternyata pemeran utama dari project tersebut adalah Bagas, aktor yang selama ini sangat diidolakannya. Terlibat dalam satu project yang sama...