Part 6
Pertemuan dengan BellaMobil yang aku tumpangi melaju kencang. Sesekali kulihat Bagas melirik ke arahku.
"Maura, sebenarnya ada apa, sih?" tanya Bagas terlihat penasaran.
Aku bingung mau jawab apa. Tidak mungkin aku berbohong pada Bagas. Mau tak mau aku harus menceritakan kejadian sebenarnya. Jantungku masih berdegup kencang karena tadi berlari cepat. Kuatur napas, biar sedikit rileks. Bagas hanya diam memandangku. Mungkin dia paham kalau aku butuh rileksasi sebentar.
"Emmm ... tadi, Pak Rizal ngundang aku dinner, dia bilang syukuran kecil-kecilan gitu deh. Ya aku percaya dong, sama sekali gak ada curiga karena memang pak Rizal gak pernah menunjukkan sikap yang aneh selama ini. Ternyata, itu cuma alasan aja."
"Maksud kamu gimana? Kamu tadi lagi dinner di kafe itu?"
"Iya, aku pikir kamu dan yg lain juga pasti datang. Ternyata cuma berdua aja dinnernya."
"Lagian kamu kenapa gak tanya aku dulu, telpon atau WA gitu. Coba kalo kamu WA, mungkin kejadiannya gak akan seperti ini."
"Ya aku gak kepikiran ...."
"Eh, tapi ada hikmahnya juga sih, kita jadi bertemu kan? Sudah lama lho kita gak ketemu. Kamu juga gak ada kabar. Gak kangen, apa?"
"Kangen?"
"Iya, kan kita udah lama gak ketemu, masa kamu gak kangen? Aku aja kangen sama kamu."
Aku tidak salah dengar 'kan? Kali ini nada bicaranya berbeda, tak seperti biasanya. Raut wajahnya tampak serius, terlihat lebih cool. Duuhhh mikir apa sih aku, tapi memang benar sih.
"Yes, berhasil," ucap Bagas sambil mengepal telapak tangan kirinya di dada.
"Berhasil apa?"
"Berhasil mengubah suasana hati kamu, sampai akhirnya kamu tersenyum."
"Eh, emang aku senyum, ya?"
"Kamu lucu, Ra." Bagas tertawa.
"Apanya yang lucu?" tanpa sadar aku pun ikut tertawa.
"Tuh kan, pipi kamu merah." Tawanya makin lepas.
Ah, masa sih? Jadi malu ih, aku.
"Wajah kamu dari tadi tuh tegang tau, gak? eh, setelah aku bilang kangen, kamu malah diam terus senyum-senyum sendiri."
Refleks aku menutup wajah, malu sekali rasanya. Aku sampai tidak sadar kalau tadi senyum-senyum sendiri.
"Udah, gak usah malu gitu." Bagas mengulum senyum, pandangannya tetap fokus ke jalan.
"Emang tadi kelihatan tegang banget, ya?"
Bagas menghela napas panjang."Iya, makanya aku berusaha menghibur kamu, biar kamu rileks. Tapi aku beneran kangen kok, kita kan berteman. Beberapa bulan gak ketemu, wajarlah kalau aku kangen."
Tuh kan, dia hanya menganggap aku teman. Aku saja yang terlalu berharap lebih.
"Kok diam? Mau lanjut cerita gak? Tujuan pak Rizal apa, ngajak kamu dinner?"
"Emmm dia minta aku jadi istri keduanya, Makanya aku langsung kabur aja."
"Apa? Maksud kamu, dia mau poligami, gitu?"
Aku hanya mengangguk. Jawabanku berhasil membuat Bagas terkejut. Ekspresi wajahnya terlihat lucu, tanpa sadar membuatku tertawa. Yes, satu sama."Wahhh, bisa jadi hot gosip di infotainment nih." Bagas malah meledekku.
"Kamu tuh, ya ... bukannya apa kek gitu, malah ngeledek."

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Sang Penulis
RomanceBlurb: Bagai ditimpa durian runtuh, seorang sutradara melamar novel Maura untuk difilmkan. Lebih dari itu, ternyata pemeran utama dari project tersebut adalah Bagas, aktor yang selama ini sangat diidolakannya. Terlibat dalam satu project yang sama...