Bab 7
Misi Pertama[Maura, saya belum selesai bicara semalam. Apa saya harus datang ke rumahmu ya?]
[Maura!]
[Tolong jawab telepon saya]
[Ok, besok saya ke rumah kamu]
Deretan WA semalam, yang baru kubaca pagi ini. Pak Rizal tidak boleh datang ke rumah. Segera kubalas WA nya.
[Jangan ke rumah saya, Pak. Saya aja yang ke rumah Bapak, saya minta alamat lengkapnya]
Tidak sampai lima menit, WA ku dibalas. Foresque Residence daerah Ragunan. Lumayan jauh dari sini. Lt 3? Lantai tiga, kan, maksudnya? Berarti bukan perumahan dong. Emmm apartemen. Jadi, Pak Rizal tinggal di sebuah apartemen.
Sebenarnya aku masih ragu untuk datang. Tiba-tiba aku teringat Bagas, apa aku minta tolong ditemani dia, ya?
[Bagas]
Eh tapi tak perlulah aku minta tolong, yang ada aku diledekin mulu nanti. Mumpung belum dibaca, aku hapus saja. Tidak lama kemudian ada pesan masuk.
[Kenapa dihapus?]
Apa perlu dibalas? Sepertinya tak perlu, nanti malah jadi panjang.
[Gimana masalah kamu dengan Pak Rizal?]
Okelah aku balas saja. Bagaimanapun juga, dia sudah menolongku. Sudah terlanjur tahu masalah ini.[Aku mau ke rumahnya hari ini. Aku sudah dapat alamat rumahnya]
[Baguslah, lebih cepat lebih baik. Kamu berani sendirian? Perlu aku temani gak? Atau aku antar, gimana?]
[Gak perlu, makasih. Aku bisa sendiri naik ojol pasti ketemu alamatnya]
[Ya hati-hati aja, tetangga sebelah rumah Pak Rizal melihara an**ng lho. Sering banget tuh kalo ada orang lewat menggonggong terus disamperin]
[Ah masa? Tapi kan gak mungkin ke luar pagar]
[Iya sih, tapi an**ngnya galak lho. Di Pondok Indah banyak banget anjing. Ada juga yang berkeliaran]
[Pondok Indah? Bukannya di daerah Ragunan, ya? Apartemen Foresque Residence, 'kan rumahnya pak Rizal?]
[Bukan. Rumah Pak Rizal di Pondok Indah]
[Mungkin itu rumah dia yang lain]
[Ra, aku curiga. Takutnya kamu dikerjain pak Rizal]
[Maksud kamu?]
Bukannya dibalas, dia malah telepon aku.
"Ra, aku gak tau Pak Rizal pindah rumah atau apa. Yang jelas, Foresque Residence itu apartement. Aku curiga dia hanya tinggal sendiri di sana. Kamu paham, kan maksudku?"
"I-iya aku paham. Terus aku harus gimana?"
Bagas bilang kalau dia mau menemaniku nanti. Aku ikuti saja dulu permainan Pak Rizal. Kebetulan Bagas memang sengaja mengosongkan jadwalnya seminggu ini. Rencananya mau menemani Kak Bella selama di Jakarta. Dia rela menggantikan waktu untuk Kak Bella hanya karena mau membantuku? Dia peduli denganku? Kenapa semuanya jadi begini? Aarrgghh, begitu banyak pertanyaan di kepala, membuatku pusing.
Ok, sekarang aku harus bersiap, sebentar lagi Bagas datang menjemputku. Ya Allah, semoga semua berjalan lancar, aamiin.
*
"Kamu kok diam aja?" tanya Bagas, memecah keheningan.
"Emmm kamu juga dari tadi diam."
"Aku lagi berpikir, strategi apa yang harus kita jalani nanti di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Sang Penulis
RomanceBlurb: Bagai ditimpa durian runtuh, seorang sutradara melamar novel Maura untuk difilmkan. Lebih dari itu, ternyata pemeran utama dari project tersebut adalah Bagas, aktor yang selama ini sangat diidolakannya. Terlibat dalam satu project yang sama...