Pertemuan dan Takdir

26 2 1
                                    

"Cinta datang dengan tanpa disengaja membuat semua orang berusaha untuk mendapatkannya."

Mentari pagi ini memihak pada beberapa remaja pria yang sedang sibuk memindahkan barang dari bak mobil. Terik mentari memberi semangat padanya dan dua sahabat yang bertingkah lucu serta mengundang tawa, mereka bahagia karna Vier memilih untuk bersekolah ditempat yang sama dengan mereka.

Kosan itu milik ibunya Riko sahabat Vier, letaknya dilantai dua, tangga yang yang penuh dengan hiasan  bunga menjalar hijau menyejukkan mata.

"Bro, jangan terpesona dengan ini segeralah berberes barangmu masih sangat banyak! " Seru Riko dari kejauhan.

"Okey bos,"

Sementara Ifan sibuk memilih barang yang lebih ringan untuk dibawa sekaligus.

Namanya Xavier Aldernav siswa baru di SMA harapan, dia terlambat masuk sekolah seminggu karna harus memilih tempat yang bagus namun berujung pada saran sahabatnya untuk bersekolah disana. Vier pria remaja yang tampan, dengan rambut hitam dilengkapi poni yang hampir menutupi mata, matanya yang kecoklatan, pipi mulus serta bibir tipis  merah muda membuat dia terlihat sempurna.

...

Bruk.....

"Aduh,"

Semua kardus yang hendak dibawa Vier brantakan ditepi jalan saat hendak menyebrang, Vier menabrak seorang gadis yang hendak melintas disamping Vier. Vier panik karna gadis itu terlihat marah namun sangat dingin tapi seketika waktu berhenti bagi Vier wajah yang baru ia lihat ini memikat pandangan namun tidak lama ia sadar  dan dia juga panik karna barangnya berserakan di jalan yang akan menggangu pengguna jalan lainya hingga Vier lebih fokus untuk menepikan barannya ke tempat yang aman. Serta dibantu dua sahabatnya sesekali ia memandang punggung gadis yang perlahan menjauh dan menghilang.

Gadis cantik itu sangat cuek dan tidak peduli bahkan dia tidak terniat untuk membantu Vier yang kesulitan membereskan barangbawaannya.

"Lo kenapa?"  Tanya Riko yang lagi-lagi membuyarkan lamunannya.

"Nggak, cuma capek aja." Sambil tersenyum licik.

"Aa ... Mau banget kami biarin Lo istirahat, emang ini semua barang siapa? Enak benerlo." Ifan menambahkan membela Riko yang terlihat ingin mengumpat.

Mereka tertawa terbahak-bahak karna itu.

.....

Kring. Kring kring

"Hallo .."
"Lo gila. Bangun, udah jam berapa nih?
Suara Riko yang keras keluar dari ponsel Vier seperti hendak menerkam Vier.

Vier melihat jam dan kaget karna hanya beberapa menit lagi ia akan telat. Vier bergegas mencuci muka, gosok gigi dan memakai baju tanpa mandi merapikan rambutnya dengan tangan dan berlari menuju sekolahan.

"Ah ...  Coba aja ada ibu, nggak akan telat nih."

Ini pertama kalinya bagi Vier tinggal sendirian dimana dia terbiasa dibangunkan sang ibu saat akan pergi sekolah serta sarapan yang telah disiapkan dan Vier hanya tinggal menikmatinya saja namun sekarang dia harus lebih mandiri lagi.

...

Riko dan Ifan terlihat menunggu Vier di depan gerbang sekolah, Vier berada di sebrang jalan menunggu lampu hijau berubah menjadi merah, dia belum terlambat untungnya dia tidak mandi dulu jadi ia masih bisa mengejar waktu.

Lampu berubah merah, kendaraan behenti dan membiarkan kami melintas, seperti semut bukan hanya Vier yang terlambat tetapi juga beberapa siswa lainnya. Vier bergegas menuju sebrang tanpa menghiraukan siapapun tiba-tiba Vier menabrak seorang  gadis yang sedang berjalan santai dihadapannya yang hampir terjungkal, dengan sigap Vier menahan tangan gadis itu untuk tidak terjatuh.

Lagi -lagi gadis yang ia temui kemaren dengan wajah dingin melepas tangan Vier lalu pergi seolah tidak terjadi apapun tidak ada kata yang terlontar namun Vier tau ia mulai menyukai gadis itu apalagi sekarang Vier tau gadis itu Satu sekolah dengannya.
Vier terdiam membatu melirik gadis itu dengan seksama meski perlahan menghilang .

"Oi, Vier mau mati Lo?" Riko memukul kepala Vier untuk menyadarkannya dan menyeret Vier kepinggir jalan.

"Aduh, gila Lo. Sakit goblok!" Vier menggosok- gosok kepalanya untuk mengurangi rasa sakit.

Ifan penasaran kenapa Vier sampai ngelamun di tengah jalan didalam keramaian, Vier pun bercerita jika dia tidak sengaja  bertemu dengan  gadis  yang ia tabrak kemaren.

Mereka pun mengejek Vier yang sudah mulai menaruh hati pada gadis yang sama sekali tidak ia kenal.

"Ah, udahlah Lo nggak kenal juga'kan?"

"Iya,benertu, tapi dari pada ngurusin itu   mending kita ke kantor nanyain Lo dikelas mana."

" Bener tuh,.  Tapi kalo aku bertemu dengannya lagi berarti dia takdir aku." Vier dengan sigapnya meletakan tangan di dadanya.

"Eh, Lo buat malu. Pake aku aku lagi." Riko dan Ifan menertawakan Vier yang mulai bucin.

....

Vier berada dikelas Ifan sementara Riko di kelas sebelah, Ifan dan Riko sudah sekolah dari seminggu yang lalu sementara Vier ini kali pertamanya disekolah itu. Jadi sudah biasa bagi Ifan dan Riko tentang SMA itu.

Jam pelajaran berlangsung dengan perkenalan dari Vier sebagai kebiasaan murid baru, lalu berlangsung pada materi. Vier mendapat tempat duduk dipojok belakang didekat jendela yang mengarah pada lapangan sepak bola,

"Sekolah ini luar biasa." Seru Vier kagum.

Jam istirahat berbunyi Vier dan Ifan menuju kelas Riko untuk pergi ke kantin bersama, kelasnya yang berada disebelah membuat Vier bersemangat untuk menjemput sahabatnya itu.

Riko pria tampan yang memiliki rambu berwarna kream, poni menutup  mata kirinya dengan wajah yang mulus dan hampir mirip dengan Vier itulah sebabnya mereka seperti anak kembar namun beda ayah dan beda ibu.

"Riko ... " Dengan semangat namun seketika terdiam Vier mematung menatap gadis yang sedang berbincang dengan gadis lainya  itu memikat pandangan Vier hingga tidak ingin lepas dari pesonanya.

"Hei, Lo kenapa?" Tanya Ifan pad avier yang merasa ada yang aneh dari Vier.

Riko yang tadi sedang  merebahkan kepalanya dimeja pun melirik Arah pandangan Vier. Dan Riko mendapati gadis berambut pendek dengan wajah datarnya juga melihat keanehan Vier.

Perlahan Vier melangkah tapi bukan maju melainkan mundur, perlahan dan bersembunyi disisi pintu agar tidak terlihat oleh hadir itu, sebenarnya Vier ingin sekali menanyakan namanya, serta banyak yang ingin ia tanyakan tapi karna kesan pertamanya tidak baik, bahkan Vier tidak meminta maaf karna kesalahan nya pada gadis itu.

Ifan dan Riko menyusul Vier dan membawanya kekantin.

"Lo kenapa?"

"Ia kok aneh gitu, oh atau jangan-jangan."

" Jangan-jangan apa?" Tanya Vier.

Dengan kompak Sahabatnya itu menebak jika Gadis itu yang ditabrak oleh Vier tadi pagi saat dipenyebrangan jalan.


REVOLUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang