surat kertas biru

2 0 0
                                    


"Hayo ngapain?" Dita mencurigai Riko

" Gue cuma kasihan aja sama Syla, "

"Emangnya Syla kenapa sampe harus dikasihani."

"Gue barusan nguping ada anak-anak gosipin dia kalo dia nggak suka sama Vier."

" Cuma manfaatin Vier gitu?"

"Iya, bisa jadi."

" Eh, asal Lo tau ya dia itu cinta banget sama Vier."

" Gue nggak tau makanya gue cari tau."

"Syla itu belajar masak demi bawain Vier makanan agar nggak ada yang ngira kalo dia itu cuma manfaatin Vier."

"Jadi makanan kemaren itu,"

"Iya makanan yang dibuat Syla dibantu sama Dara tapi karna selalu gagal Syla memutuskan untuk membawa apa yang dia bisa. Dara pun merasa putus asa karna susahnya ngajarin Syla."

"Trus."

" Trus Vier boong kalau makanan Syla enak padahal Syla mau Vier jujur."

"Kan dia udah jujur."

"Iya, abis kita plototin."

" Udah jadi gitu doang?"

"Apa maksudnya gitu doang?"

"Ya jangan-jangan emang Syla cuma kasihan aja sama Vier, Trus karna kalian maksain dia buat suka sama Vier. Gue kasihan lah sama Vier sebagai sahabatnya."

"Lo gila apa? Liat Syla ninggalin kami demi bisa jalan sama Vier."

"Nggak juga. Kan kalian aja yang sok ninggalin Syla membiarkan dia gitu."

Dita terdiam ia menyadari ada perkataan Riko yang benar.

" Udah, gue cuma mau tau aja. Jadi rahasia in ini." Riko menatap mata Dita dalam lalu meninggalkannya.

"Riko " sahut Dita pelan.

Meski selalu  berdebat dengan Riko tapi Dita senang dengan itu, dimana Riko hanya menatap Dita saat bicara.

***

Dikelas Vier membuka surat yang dititipkan Hana pada Ifan untuknya itu.

Surat itu benar dari ketua OSIS. Perintah untuk mencalonkan diri sebagai wakil OSIS tahun ajaran baru ini yang diusulkan langsung oleh kepala sekolah.

" Bro, apaan isinya?" Ifan mendekat saat tau Vier membuka suratnya. Vier membiarkan Ifan membaca langsung dan dia sangat bersemangat.

"Wah, hebat langsung diusulkan kepala sekolah, Lo bisa duduk langsung."

"Apaan sih, nggak ah males. Capek."

"Eh, Lo nggak boleh gitu. Ntar gue tanya Syla." Ifan membawa suratnya berlari kekelas sebelah tempat syla berada.

"Woi, ah. " Vier turut mengejar Ifan

Dikelas Syla tampak belum ada guru yang mengajar, Ifan berlari sambil berteriak menghampiri Syla.

Syla hanya menoleh dengan datar.

"Nih." Ifan menyerahkan suratnya pada Syla. Syla menerima nya dan menariknya saat seketika vier mencoba untuk mengambilnya dari tangan Syla.

Vier terjatuh karna ingin menjangkau suratnya tapi Syla jauh lebih gesit dalam hal menghindar.

Syla membuka surat dan membacanya dengan ekspresi biasa saja ia memberikan pada yang lainnya yang juga ikut penasaran.

Vier yang hanya bisa menahan sakit karna terjatuh berusaha berdiri.

Semua orang memuji Vier dan mendukungnya. Vier menunggu jawaban dari syla.

" Ntaran aja," Syla mengambil suratnya dan memasukannya kedalam kantong.

" Loh kok entaran sih?" Ifan dan lainya juga ikut menuntut.

"Oi, ada bapak." Riko membuat suasana kalan kabut. Semuanya mencari posisi yang benar.

Vier dan Ifan tidak sempat keluar ia bersembunyi dibalik kursi agar tidak terlihat.

" Siang semuanya!"

"Siang pak,"

"Ada aroma yang familiar sepertinya. Silahkan keluar yang bukan anak A"

Wah sindiran keras Ifan pun berdiri disusul Vier
"Maaf pak." Kompak mereka berlari keluar.

***

"Sialan, aroma familiar. Yang bukan kelas A keluar." Ifan mengumpat." Dia kira sehina itu kelas B."
Vier hanya tersenyum. Lalu masuk kekelas . Mereka menyadari jika kelas B jarang sekali belajar bahkan gurunya pun malas untuk mengajar.

Kelas yang sedikit ribut dibandingkan c dan d entah kenapa kelas B ini berbeda. Sudah seperti kelas E saja.

Kelas mereka sering sekali ditegur karna ribut.

"Eh, kelas ini beruntung karna punya Lo." Seru Ifan pada Vier.

"Kenapa?"

"Udah Pinter, ganteng, kaya lagi. Hahah" Tawa Ifan membuat yang lainya menatap Vier dengan seksama.

" Gue saranin Lo ambil jabatan Wakil OSIS itu."

" Ha, apaan wakil OSIS, Vier." Sontak yang lainya kaget mendengar itu.

"Kalian setuju kan?"

"Setuju banget lah."

****

Pulang sekolah Vier menjemput Syla dan tampak Syla meminta yang lain untuk pulang bersama karna ia ingin pergi bersama Vier. Riko melihat itu langsung pergi meninggalkan kelas disusul Ifan.

Diperjalanan Syla mengajak Vier pergi ke pantai dengan pakaian seragam masih melekat.

Sampainya di pantai mereka tidak bicara sedikitpun bahkan Vier tidak memulai pembicaraan seketika mereka hening.

Syla duduk membiarkan tubuhnya duduk dengan beralaskan pasir disusul oleh Vier.

Mereka menatap matahari yang sudah mulai condong ke barat namun masih Isa merasakan panas ya siang itu.

"Yang." Vier mencoba membuka pembicaraan." Kalo kamu nggak boleh aku nggak akan mau kok." Lanjutnya.

" Aku seneng kok kalo kamu jadi wakil OSIS." Jawab Syla Tampa menatap Vier.

" Trus kenapa nggak jawab tadi. Dan kalo aku jadi wakil OSIS aku akan sangat sibuk. Gimana dong?"

" Iya, kamu akan sangat sibuk."

" Yaudah nggak usah ya."

"Kenapa nggak usah? Aku kan bisa bantuin kamu."

"Maksudnya?"

" Kamu lupa kalo aku bagian dari OSIS. Walau cuma ketus divisi acara setidaknya kita  sama-sama di osis."

"Oh iya aku lupa." Vier cengengesan karna melupakan kalau Syla juga bagian dari OSiS.

"Yaudah tunggu sini." Vier pergi meninggalkan Syla

Syla memastikan Vier sudah benar- benar jauh, ia membuka surat dari ketua OSIS lalu ia mengambil potongan kertas kecil yang sepertinya belum dibaca oleh Vier.

Kertas berwarna biru hanya selebar dua jari bertuliskan

Hana
0819........
Call me of you like me
Iove you❣️

Kertas itu diremas oleh Syla lalu ia berlari kearah pantai dan membuangnya di dalam ombak. Rok Syla basah karna ia terlalu masuk kedalam air dan sedikit di siram ombak yang menghantam ya.

Vier membawa dua kelapa muda terkejut melihat Syla seketika berlari dan berhenti di tepian pantai. Vier hampir panik ia hendak melemparkan kelapa yang ia pegang dan mengejar syla. Tapi ia urungkan Karan menyadari Syla tidak benar-benar masuk kedalam laut.

"Yang. Ngapain?" Panggil Vier. "Nih, minum ini seger ." Vier mengangkat kelapa agar terlihat oleh Syla.

Syla mengangguk lalu melangkah mendekati Vier.

Kertas biru itu terlihat sudah basah dan tulisannya pun memudar.

Surat kecil yang menakutkan.

REVOLUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang