Part 2 (Dreams Come True)

3 1 4
                                    

Laki-laki tampan dengan tatapan tajam itu berjalan ke arah Ara, jantung gadis itu sudah tak berdetak normal lagi.

Jay yang paham dengan situasi yang dihadapi sahabatnya itu langsung beranjak membawakan ransel Ara.

"Bang Alwin, lo mau duduk di sini? Kebetulan banget Ara pengen jadi partner duduk lo."

Ara langsung membelalak terkejut dan protes ke arah Jay tanpa suara.
Alwin pun menoleh ke arah Ara mendengar ucapan Jay. Gadis itu langsung mengatup mulutnya rapat-rapat.

"Bener begitu?" tanya Alwin dengan nada lembut.

"Apa? Ah, nggak, itu maksud gue …." Ara merutuki dirinya sendiri yang tak pernah bisa dengan benar jika ada Alwin.

Namun, akhirnya ia berkata, "Ya, anggap aja gitu." Ara menunduk malu setengah mati, ia duduk di kursinya dengan lemas.

Jay menahan tawanya, ia mencari kursi sebagai tempat duduknya yang baru.

Ara mengeluarkan ponselnya dari blazer dan mengetik pesan dengan kesal.

[Jeff, i'll kill you!]

Di tempat duduknya, Jay terkikik geli membaca pesan tersebut dan sengaja mengabaikannya. Tak lama kemudian, terdengar suara ribut-ribut dari luar.

"Hai, gaes!" sapa seorang murid laki-laki dengan ceria, namanya Tio. Tidak ada orang lain di kelas selain Alwin, Jay, dan Ara.

"Sister! Sekarang kita sekelas?" ucapnya berbinar menghampiri Ara. Ara tersenyum dan mengangguk. Ia dan Tio tos sambil berseru heboh.

"Ah, ya, hari ini gue melewatkan kejadian menarik. Ah, sayang banget!" Tio berucap dengan ekspresi menyesal yang dibuat-buat. Ara menyipit curiga.

"Kejadian menarik apaan?"

Tio memamerkan ponselnya. Bukan, tetapi sebuah artikel di web sekolah khusus para murid.

Ara merebut ponsel tersebut, ia membelalak terkejut melihat fotonya dan Arya saat kejadian tadi terpampang jelas dengan judul artikel, 'Tom and Jerry melakukan adegan romantis.'

Ara menggertakkan giginya kesal, meremas ponsel Tio. Sang pemilik ponsel langsung merebut ponselnya kembali sebelum terjadi kemungkinan terburuk, yaitu dilempar ke lantai.

"Apa yang terjadi, sih? Apa mungkin kalian akan kembali ... hmpppt!" Ara buru-buru membekap mulut Tio sebelum cowok itu mengatakan yang tidak-tidak.

"Jangan ngadi-ngadi, Tio!" Ara menatap tajam Tio, lalaki itu mengangguk patuh, Ara melepaskan tangannya.

Ara menghela napas menenangkan dirinya. "Apa Yuna di kelas ini juga?" Tio mengangguk sebagai jawaban.

"Bagus. Gue nggak perlu repot-repot mencarinya," ucap Ara geram.

Akhirnya, tak lama kemudian perempuan berambut panjang bernama Yuna tersebut datang.

"Yun!" panggil Ara. Yuna gelagapan melihat Ara melotot ke arahnya.

"Ke sini cepet!"

"Hai, Ra! Long time no see!" sapa Yuna dengan senyum dipaksakan. Ia duduk di samping Tio dan menghadap Ara.

"Lo yang nulis artikel tentang gue dan Arya, 'kan?"

Yuna menangkup kedua tangannya di depan dada. "Ra, gue minta maaf! Gue  nggak bermaksud apa pun, kok," ucap Yuna sungguh-sungguh.

"Gue hanya bosan karena klub kami tidak lagi mendapat perhatian," lirih Yuna, Ara menghela napas. Gadis itu kemudian terkekeh.

"Oke deh, gue maafin, kok. Gue cuma terbawa emosi aja karena cowok tengik itu. Maafin gue juga."

A to A Series: AralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang