Melihat Alwin hanya diam, Ara menepuk pundak cowok itu membuat sang empu terkesiap dan sontak menoleh.
"Al, kenapa?"
"Hah? Nggak, kok, ayo kita pergi!"
Alwin berbalik dan melangkah dengan gontai. Ara menurut saja tidak berani bertanya lebih lanjut, memilih untuk menebak apa yang ada di pikiran cowok itu dari ekspresi wajahnya.
Dia liat apa, sih, kok ekspresinya sampe gitu? batin Ara.
"Eh?!" Ara menarik lengan Alwin karena cowok itu hampir saja menabrak tempat sampah.
Ara berdiri di hadapan Alwin, tatapan cowok itu kosong bahkan tidak bereaksi dengan kejadian barusan.
"Al, kenapa? Sini cerita!" ucap Ara khawatir.
Masih memegang lengan Alwin, Ara menggoyangkan tangan cowok itu.
"Ra!" Setelah sepersekian detik tidak merespons ucapan Ara, akhirnya Alwin bersuara.
"Hmm, ada apa?" Butuh waktu sekian detik lagi menunggu jawaban Alwin.
"Misal kamu bertemu seseorang lagi setelah sekian lama, apa yang bakal kamu lakuin?"
Ara mengernyit tidak paham dengan pertanyaan Alwin.
"Emangnya lo ketemu siapa, Al?"
"Seseorang yang aku sukai dulu." Ucapan Alwin terdengar jelas di telinga Ara seiring hujan mereda.
Mendengar itu dari mulut Alwin menohok perasaan Ara, lidah gadis itu menjadi kelu, pikirannya menjadi kosong. Namun, ia buru-buru menyadarkan dirinya, bukan saatnya untuk terbawa perasaan.
"Ah, jadi itu ... trus, lo masih suka dia sampe sekarang?" Ara merasakan tenggorokannya kering setelah menanyakan hal itu.
Mendengar pertanyaan Ara, Alwin langsung menunduk, walaupun tidak menjawab secara langsung, tapi dari ekspresi cowok itu, Ara sepertinya mengetahui jawabannya.
"Ara!" panggil Jay dari depan ruang klub lukis bersama Tio, sepertinya keduanya baru selesai dari kegiatan mereka.
Ara sontak menoleh ke arah sumber suara dan hanya tersenyum tipis ke arah Jay.
"Woah---" seru Tio tertahan melihat Ara masih memegang lengan Alwin.
Ara langsung tersadar dan melepaskan tangannya.
"Gila! Sepertinya---aw!" Tio menghentikan ucapannya karena Jay memukul lengannya. Jay tahu suasana Ara dan Alwin sedang tidak kondusif.
"Kami ganggu, ya? Maaf, kalau gitu---"
"Nggak, kok!" Ara langsung memotong ucapan Jay. "Al, kita bicara nanti aja, gue---"
"Kak!" teriak Alwin begitu melihat Riana keluar dari ruang klub melukis, bergegas mengejar perempuan itu, tidak memedulikan ucapan Ara sama sekali.
Jay dan Tio melongo karena tak tahu yang tengah terjadi ditambah yang sekarang terjadi adalah Alwin memeluk guru mereka itu. Untung saja, suasana di sekitar sana cukup sepi karena murid lain sudah bergegas pulang karena hujan reda.
Ara merasakan dadanya tiba-tiba sesak dan matanya memanas melihat adegan tersebut. Tidak hanya Ara, Jay yang selalu mengagumi sang guru pun mematung tak percaya. Namun, ia mencoba mengendalikan perasaannya karena saat ini Ara lebih penting.
Ara memegang tangan Jay, lalu berkata dengan pelan, "Jeff, bisa kita pulang sekarang?"
Jay sangat mengerti bagaimana perasaan sahabatnya itu sekarang, ia langsung mengiyakan dan membawa Ara cepat-cepat pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
A to A Series: Aral
Teen FictionAraninda, seorang gadis 17 tahun yang begitu mengagumi Alwin Prasetya. Sudah setahun lebih Ara nge-bucin Alwin, sejak punya pacar sampai putus dengan pacarnya. Seiring berjalannya waktu, Ara mulai bingung, apakah perasaannya hanya rasa kagum atau le...