Part 7 (Kesalahpahaman)

5 1 4
                                    

Entah berapa lama Ara menangis sambil berjongkok, yang pasti kini Alwin tengah duduk di samping gadis itu.

Ara mengangkat kepalanya dan menghapus sisa air matanya di pipinya, sepertinya perasaannya sudah lebih baik. Ia menoleh ke samping dan terkejut karena Alwi masih ada di sana menemaninya.

"Alwin? Lo masih di sini?"

"Hmm, gimana? Sekarang udah lega?"

Tangan Alwin bergerak menghapus sisa air mata di pipi Ara membuatnya menegang seketika, jantungnya berdegup kencang.

"Ma--makasih, Al." Lidah Ara serasa kelu.

Alwin mengangguk dan tersenyum. Ia kemudian mengajak Ara ke kelas.

Sesampainya di kelas, Arya menatap tajam ke arah Alwin dan Ara. Namun, gadis itu mengalihkan pandangannya.

"Lo ke mana, sih? Lupa letak loker?" tanya Jay.

Ara tersenyum. "Lo baca pikiran gue aja, oke? Gue males cerita," sahut Ara sambil berlalu menuju kursinya.

Hamiz yang ada di samping Jay melongo mendengar hal itu, kemudian beralih menatap Jay.

"Bang, lo nggak berpikir gue bisa baca pikiran, 'kan?" ucap Jay seolah mengetahui maksud Hamiz menatapnya.

Hamiz tertawa garing, sebenarnya ia benar-benar memikirkan hal itu.
"Haha! Ya, enggak lah. Dia kenapa, sih?" elak partner duduk Jay itu.

"Nggak papa. Kayaknya ada sedikit masalah."

Hamiz menggeser dirinya mendekat ke arah Jay. "Sepertinya dia habis nangis, deh," ucap Hamiz berbisik.

Jay mengangguk mengiyakan.

***

Selesai makan siang, Ara dan Alwin memutuskan untuk berdiskusi mengenai penyusunan klub sepak bola.

Alwin mengajak Ara ke sebuah tempat penyimpanan barang tidak terpakai, tetapi barang-barang yang ada terlihat rapi juga ruangan tersebut bersih.

"Woah! Gue baru tau ada ruangan ini," ucap Ara setelah masuk ke ruangan tersebut.

"Ini ruang penyimpanan barang nggak kepake. Aku sering ke sini."

"Oh, pantas saja lo jarang keliatan." Ucapan Ara membuat Alwin menatapnya heran.

"Kamu sering nyariin?"

Ara membelalak terkejut, ucapannya sama saja mengatakan bahwa ia sering mencari keberadaan Alwin.

Gadis itu lantas tersenyum canggung.

"Ti--dak juga," ucapnya lirih. Ara menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Alwin tersenyum geli. "Aku cuma becanda, kok."

Becanda lo bikin jantungan, Alwin!

Ara mengikuti Alwin yang tengah duduk di atas meja.

"Al, apa di sini nggak ada kursi?" Ara melihat ke sekeliling, tetapi tidak menemukan tempat duduk tersebut.

"Iya, nggak ada. Maaf, ya," sahut Alwin lembut.

Oh, tidak! Jantungku!

"Oh, ya, tidak perlu khawatir, pakai ini!" Alwin memberikan blazer-nya pada Ara.

Ara berterima kasih kemudian mengikatkan lengan blazer itu di pinggangnya dan sedikit melompat duduk di meja tersebut.

"Jadi, pertama, untuk jadwal latihan, 1 jam setelah pulang sekolah dan 3 jam saat libur, sama kayak sebelumnya, gimana?" usul Ara, to the point dengan tujuan mereka ke tempat itu, yakni diskusi masalah klub.

A to A Series: AralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang