6. Kegilaan Aurel

27 9 0
                                    

"Aku maunya dimandiin," ucap Aurel tanpa dosa.

Aku melotot saat mendengar ungkapan gila nya. Cobaan apalagi ini? Ya walaupun dia orang gila, tapi kalau secantik ini. Diriku tak bisa menjamin akan mampu menahan hasrat sebagai laki-laki normal.

"Hei ... dengarkan aku!" Dia menatapku dengan tatapan poppy eyes yang sangat menggemaskan.

Aku pun mengusap rambut kecoklatan itu dengan gemas.

"Mau jalan-jalan dengan ku?"

"Ya aku mau. Kita mau jalan-jalan kemana?" Tanyanya semangat.

Dia terlihat sangat bahagia. Sungguh aku menyukai senyum manisnya yang tampak natural.

"Kita akan ke taman. Pasti menyenangkan," ucapku kembali.

"Come on... ( Ayo...)," ucap Aurel sambil menarik lengan ku. Namun aku menahan nya. Kemudian menariknya untuk duduk di ranjang yang didominasi warna ungu yang anggun.

"Aurel, kalau mau jalan-jalan. Kamu harus mandi dulu, supaya cantik," ucapku membujuknya seperti sedang membujuk anak kecil.

"Iya... aku mau mandi." Aurel bangkit lalu mulai membuka kancing kemejanya satu persatu. Tanpa sadar aku terpaku menatap benda kenyal yang mengintip di balik bra hitamnya.

Ah... hal itu membuatku frustasi. Aku bisa melihat dengan jelas belahan dadanya yang menggoda iman.

Aku segera menggeleng kuat untuk membersikan otakku yang terpapar polusi. Sungguh kotor sekali otak ini. Bagaimana mungkin aku bisa bernafsu melihat orang yang tidak waras.

"Astagfirullah hal adzim..."

"No Aurel... stop it... hentikan!!! Buka bajunya di kamar mandi, jangan di sini!!!" ucapku sedikit berteriak, agar dia hanya fokus pada ku. Aku panik melihat tubuhnya. 

"Kan mau dimandiin kakak ... aku maunya di mandiin kakak. Ayo bukain baju aku!" ucapnya merengek seperti anak kecil yang manja. Bahkan dia merentangkan tangannya. Hingga kemeja itu semakin melebar. Aku tak sanggup lagi. Aku ingin segera melarikan diri. Aku takut imanku pergi dan aku malah menyerang wanita ini.

"Hah..." Aku kembali menghela nafas berat 

"Ini gila. Jika terus berlama-lama di sini, bisa-bisa aku yang menjadi tidak waras." Aku kembali membatin.

"Aurel kan mau pergi sama Kakak. Kakak juga harus mandi. Aurel mandi sendiri ya?" aku tetap berusaha membujuk, tak mungkin aku memandikannya. Itu terlalu ekstrim.

"Aku maunya mandi bareng aja sama Kakak ... kamar mandi aku kan luas." ucapnya kembali tanpa dosa.

Haduuh???

Bukan masalah sempit atau luas, masalahnya adalah aku pria normal. Tak mungkin aku sanggup menahan hasrat, jika aku melihat wanita dewasa yang cantik naked di hadapan ku. Pakai pakaian lengkap saja tubuhnya terlihat seksi.

Apalagi?

Ah sudahlah!!!

Membayangkan hal itu membuat tubuh bagian bawahku kembali ereksi. Aku merasa sesak di bawah sana. Sakit dan ngilu karena terhimpit celana yang ku gunakan. Yang harus aku lakukan saat ini adalah aku harus bisa membujuknya untuk mandi sendiri.

"Ok ... kita ke dapur dulu yuk, Kakak haus ... mau minum." Aku berusaha mengalihkan pembicaraan. Aku harus segera menjauh dari wanita berbahaya ini. 

"Kakak takut hantu?" tanyanya dengan nada polos.

Aku sudah kehabisan kata-kata, dan hanya bisa memijat pelipis ku. Sungguh sudah kehabisan akal. Ternyata pikiran orang gila itu luar biasa.

"Iya Kakak takut hantu. Ayo temani kakak," ucapku asal agar dia tak banyak bertanya hal yang aneh. Lalu menggandeng tangan nya menuju dapur.

Metamorfosa cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang