7. Ujian

24 9 1
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi reader.
Apa kabar semuanya.
Jangan lupa tap bintang dan follow akun baru aku ya.

Selesai mandi, aku melaksanakan Sholat Ashar terlebih dahulu. Lalu aku duduk di ruang tamu menunggu Aurel. Aku sudah berjanji akan mengajak Aurel pergi jalan-jalan dan membeli apapun yang gadis itu inginkan. Sayup-sayup aku  mendengar suara langkah kaki seseorang yang berjalan di tangga. Aku pun menoleh lalu tersenyum manis sambil memperbaiki kerah kemejaku saat melihat Aurel.

Aurel melompat riang, sambil berpose genit. Nampaknya dia sangat bahagia akan pergi jalan-jalan. Apakah selama ini tak ada yang mengajaknya pergi jalan-jalan?

Orang gila nya cantik banget.. aku hanya bisa membatin

Aku terpaku menatap seksinya gadis dihadapanku. Mataku fokus menatap bahu mulus Aurel yang terekspos. Karena saat ini Aurel mengenakan kaos berkerah sabrina yang memamerkan bahu dan tulang selangkanya.

"Astaghfirullah hal adziim.." aku beristighfar saat menyadari dosa yang telah ku perbuat. Aku pria normal, wajar jika aku memandang sesuatu yang indah pada tubuh wanita itu. Aku harus melakukan sesuatu agar tidak terus menerus menabung dosa.

Aurel berlari lalu memeluk lenganku. Jantungku semakin menggila saat merasakan gundukan kenyal yang menyentuh lenganku. Baru aku berfikir agar tidak menabung dosa lagi. Kini aku malah kembali berdosa.

"Ayo ... katanya mau jalan-jalan..." ucap gadis itu manja.

"Kamu punya jaket? Kita mau naik motor, jadi kamu harus pakai jaket supaya tidak sakit." ucapku membujuk gadis itu. Entah mengapa aku tidak suka Aurel mengumbar aurat pada khalayak umum.

"Aku ga mau. Ayo jalan-jalan aja..." ucap Aurel bermanja-manja di lenganku.

"Yaudah yuk, tapi kakak ke kamar  dulu sebentar ya? Ada yang ketinggalan."

Aurel pun mengangguk. Dan aku segera berlari ke kamar. Mengambil sweater berwarna putih dan segera kembali menemui Aurel yang sedang duduk manis menungguku.

Aku membuka resleting sweater itu lalu memakaikannya pada tubuh Aurel. Tak lupa aku kembali menarik resleting hingga menutupi lehernya.

"Tuh kan cantik." ucapku. Padahal dia pakai apapun akan selalu tampak cantik. Jujur, sebenarnya dia lebih cantik saat tadi mengenakan kaos putih dengan kerah yang mengekspose bahu nya. Tapi rasanya tidak rela jika ada yang melihat kesempurnaan kulitnya.

"Terimakasih Kakak. Aku suka sweater nya. Buat aku boleh?"

"Tentu saja. Kamu cantik, sweater ini untuk mu."

"Terima kasih kakak." Aurel memeluk lenganku dengan lembut, dan sikapnya membuatku sesak nafas. Kami pun pergi menuju taman bermain. Agak aneh memang jika kami pergi kemari. Karena yang biasanya datang ke tempat ini adalah orang tua bersama anak-anak mereka yang asik bermain. Tapi tak apalah. Selama gadis ini bahagia.

Aku berharap dia segera sembuh dan segera sadar.

Aku menemani nya bermain ayunan, biang lala, dan terakhir aku mengajaknya naik kuda. Aku sengaja memilih kuda lokal yang tak terlalu besar agar Aurel mudah untuk menaikinya.

Kini aku berjalan dengan tali kuda yang ku pegang. Berjalan dengan santai menikmati semilir angin. Sambil terus memandu kuda agar mengikuti langkahku. Sedangkan Aurel duduk tenang sambil bernyanyi lagu anak-anak kesukaannya. Dia terus tersenyum bahagia. Jika seperti ini. Aku merasa optimis gadis ini akan segera sembuh dari skizofrenia nya.

"Kakak, katanya kakak mau beliin aku  es krim dan gulali?" Aurel memecahkan lamunan ku.

"Iya, Kakak ingat kok, ini Kakak mau ke arah sana. Di sana ada gulali." aku menunjuk ke arah keramaian.

Metamorfosa cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang