18. Skizofrenia

36 5 2
                                    

 

Aku segera menunduk untuk meraih handuk yang tidak sengaja terlepas dengan tangan gemetar.
Ahhh ... Aku malu sekali. Saat itu pula Aurel melakukan hal yang sama dengan ku dan kepala kami terantuk.

"Awww..." Aku mendengar suara Aurel mengaduh. Tapi aku tak sanggup menatap wajah nya. Aku sungguh malu. Memanfaatkan kesempatan yang ada, aku segera meraih handuk dan berlari ke walk in closed lagi. Dan menutup pintu dengan keras.

BRAAKK...

"Hubby. Please wait! Suamiku... Tunggu." Aku mendengar suara Aurel menahan ku, tapi aku tak peduli. Aku tak pernah memperlihatkan aset ku pada siapa pun. Dan hari ini ... Aurel melihat semuanya.

Aku bersandar ke pintu kamar mandi. Seperti anak perawan saja, debaran jantungku sungguh sangat berlebihan sebagai seorang pria. Harusnya tadi aku memeluk Aurel dan melakukan nya. Tapi aku malah dengan bodohnya berlari ke walk in closed.

Tok... Tok... Tok...

Aurel mengetuk pintu kamar mandi.

"Hubby..." Ucapnya. Sedangkan aku berdeham untuk menetralkan jantungku. Menelan ludah ku yang terasa seperti duri dalam-dalam.

"Ya..." Ini bukan suaraku. Kenapa suara ku jadi serak begini?

"Ini Cream Aloe Vera nya kan belum selesai aku oles ke tubuh mu. Kamu malah kabur. Ada apa sih?" Aku hanya bisa melongo mendengar ungkapan nya. Jadi tadi dia bukan sedang membelai tubuhku secara seduktif? Tapi sedang mengoleskan Cream Aloe Vera untuk ku.

Ahhh ... Kenapa otakku jadi kotor begini?

Aku memukuli kepala ku berkali-kali. Sungguh malu dengan otak mesum ku. Sejak kapan aku jadi mesum begini? Seperti nya harus segera di ruqiah.

Aku pun segera berwudhu dan kembali ke walk ini closed untuk mengambil Koko dan sarung. Sebentar lagi saatnya Sholat Zuhur. Aku keluar dengan sarung dan Koko bernuansa biru gelap. Lalu melirik ke arah Aurel yang duduk di ranjang kami.

"Kok udah pakai Koko dan sarung? Kan Sholat Zuhur nya masih setengah jam lagi." Ucap Aurel.

"Mau ngaji dulu." Jawabku singkat.

"Ok aku juga mau duduk dekat Kakak. Aku suka dengar kakak ngaji apalagi yang ada Tukaziban tukaziban nya. Aku suka." Ucapnya antusias.

"Owh... Itu surah Ar-Rohman. Ok... sana wudhu! Kakak akan siapkan sajadah dan mukena untuk mu."

"Terima kasih." Ucap istriku sambil bergerak mendekati wajah nya ke wajah ku. Aku tau apa rencana nya. Dia terbiasa berterima kasih sambil mencium pipi ku. Aku pun mundur.

"Jangan ya? Nanti kakak batal wudhu nya. Let's go... I'm waiting..."

"Okay..."

Aku segera menggelar sajadah untuk kami sholat. Juga menyiapkan mukena istriku. Aku tersenyum melihat mukena ini. Karena ini adalah satu-satunya benda yang aku bawa saat menikahi nya. Aku bersyukur bisa mengajak Aurel untuk beribadah bersama. Walaupun... Sejak saat itu aku jadi tidak pernah berjamaah di masjid lagi.
Aku rasa Aurel lebih butuh bimbingan dari ku. Dan aku akan membimbingnya seumur hidup ku. Sebagai seorang suami yang Sholeh. Aku akan terus berusaha.

"Bismillahirrahmanirrahiim... Ar-rahmaan... Allamal-qur'aan"
Aku memulai bacaan Al-Qur'an ku setelah Aurel duduk di samping ku. Dia terus tersenyum menatap ku. Aku bahagia. Dia terus menatap ku sampai aku selesai membaca Surat Ar-Rohman.

"Aku selalu suka saat Kakak baca ayat suci Al-Qur'an. Hatiku jadi tenang. dan merasa bergetar." Ucap Aurel.

"Alhamdulillah... Allah SWT berfirman... Orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hati mereka. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanan mereka. Dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka. (QS. Al-Anfal: 2).. itu artinya istriku termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman.. Aamiin.."

Metamorfosa cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang