4. Papa Alle

749 101 49
                                    

Happy reading!

--JEKA--

"Jeka Alleiro." Panggil Bu Anita. Sudah dua hari semenjak ulangan harian fisika, sekarang tiba saatnya penyerahan hasil ulangan tersebut.

Jeka berdoa dalam hati semoga nilai ulangannya kali ini bisa di atas kkm meski ia sendiri tidak yakin.

Dengan langkah pelan, Jeka menghampiri Bu Anita dan mengambil hasil kerjanya. Ia tersenyum kaku membalas senyuman menenangkan Bu Anita. Seolah sudah terbiasa dengan hal tersebut mengingat Bu Anita juga wali kelas Jeka, yang berarti beliau sering diminta Papanya untuk memberikan data-data nilainya. Jeka ingin menyembunyikan samsaknya sekarang juga, namun itu tidak akan berhasil. Demi apapun, Papa Jeka sangat amat tahu karakter anaknya.

Jadi, bisa ditebak sebelum Jeka pulang, Papanya pasti sudah menyita samsak sehidup sematinya tersebut. Sebenarnya, bisa saja Jeka membeli samsak baru, tapi Jeka tidak mau, sebab samsak miliknya itu merupakan pemberian Mamanya yang sudah berpulang ke pangkuan Tuhan.

"Belajar lebih rajin, ya." Ucap Bu Anita. Jeka meringis pelan.

"Makasih, Bu." Jawabnya, kemudian kembali ke bangkunya.

Sesampainya di bangku, Jeka dicecar pertanyaan oleh sahabat-sahabatnya. Ia menghembuskan nafas kasar seolah pasrah.

"Gimana, Jek?" Tanya Jimmy.

"Dapet berapa lo? Awas aja kalo tinggian elo." Timpal Theo.

"Emang kenapa kalo tinggian Jeka?" Tanya Jey.

Theo menoleh. "Ya nggak terimalah gue! Diakan nyontek gue." Katanya ngegas.

"Halah, lo juga nyontek dari gue." Balas Jey, sewot.

Theo nyengir. Ia sekarang menatap Jeka yang sedari tadi diam. Telunjuknya mencolek pelan lengan Jeka. "Ngape lo? Kayak banyak pikiran."

"Lah, emang dia bisa mikir?" Tanya Jimmy dengan muka tanpa dosa.

"Sialan." Umpat Jeka.

Jey, Theo, dan Jimmy malah tertawa.

Jey berdehem pelan. "Diancem apalagi sama Papa lo?"

Muka Jeka semakin terlihat keruh. Ia merengek kecil. "Samsak."

Bukannya prihatin, ketiga cowok itu justru menertawakan Jeka.

"Oh kasihan oh kasihan." Nyanyi Theo.

"Aduh kasihan." Sahut Jimmy dan Jey, diakhiri tawa meledek.

Jeka mendengus. "Salah apa gue punya temen kek gini?" Tanyanya dramatis.

"Emangnya dapet berapa si lo?" Tanya Jey setelah tawanya berhenti.

Jeka terdiam. Ia langsung menatap kertas di tangannya tersebut. "Gue juga belum tau si."

Jimmy dan Jey memutar matanya jengah.

"Salah apa gue punya temen bego gini." Kata Theo tak kalah dramatis dari Jeka tadi. Cowok yang disindir justru nyengir polos dan melihat nilai ulangannya.

JEKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang