24. Bonus Chapter Part Dua

761 74 153
                                    

Play mulmed ya, chingu!

Happy reading!

--JEKA--

"WELCOME BALIIIII." Theo merentangkan kedua tangannya ke udara sembari berteriak kencang.

Di samping cowok itu ada Bima yang berlarian senang lalu berhenti di depan Jeka yang sedang mengamati luasnya Bandara Internasional Ngurah Rai. Bima memutar-mutarkan tubuhnya.

Lain halnya dengan Jimmy. Pemuda dengan tinggi badan yang lebih pendek dari sahabat-sahabatnya itu terlihat menyenderkan tubuhnya pada Agus. Mukanya pucat, tubuhnya lemas. Ia mengalami mabuk pesawat. Selama perjalanan dari Jakarta ke Bali, dirinya muntah-muntah dan sakit kepala. Bersyukur ia memiliki teman seperti Agus yang siap memijatnya.

"Orang kaya norak ya si Jimmy." Jeka terkekeh pelan.

"Nah, iya, mobil BMW, motor Honda Gold Wing 1800, hape iPhone, jam tangan rolex, outfit jutaan, tapi mabok pesawat. Ckck." Ledek Yonu.

"Kehidupan mewahnya kan dari orang tua, ya wajarlah." Timpal Gino.

"Aslinya mah si Jimmy melarat."

"Bangke! Bener juga, mana ada holkay minta hotspot." Umpat Theo, ia teringat jika dirinya seringkali menjadi korban permintaan hotspot oleh Jimmy.

Jimmy hanya mendengus, jika saja dirinya tidak lemas, sudah dapat dipastikan ia akan membalas ucapan mereka.

Pyarr!

Dua belas kepala itu langsung menengok ke sumber suara, Bima berhenti memutar tubuhnya, dan Theo pula sudah menurunkan tangannya untuk menghampiri sahabat-sahabatnya.

"Oke, seperti biasa. Juna dengan julukan dewa perusaknya." Ujar Jeka, ia merangkul pundak Juna yang tengah memandang malang handphonenya.

Yang lainnya tertawa kencang.

"Padahal itu baru seminggu yang lalu. Ck!" Kata Jey, diakhiri tawa olehnya.

"Perasaan tiap lo beli hape nggak pernah awet dah. Nggak pernah gitu lebih dari dua bulan." Jino menggeleng prihatin.

"Sabar ya, Bang Jun." Yonu menepuk pundak Juna menyemangati.

Tara melirik Yonu sinis. "Lo nggak jauh beda sama Bang Juna. Nggak usah sok!"

Kai tertawa. "Fighting, Bang Yon!"

"Guys!" Panggil Juna, ia berusaha mengembalikan fokus mereka. Pemuda itu juga sudah mengambil handphonenya.

"Dah, dah, ayo!" Agus mengibaskan tangannya pelan, lalu ia berlalu lebih dahulu.

"Let's go!"

--JEKA--

"Ada yang bisa ngerok kagak?" Tanya Agus, ia memapah Jimmy memasuki Vila. Koper miliknya dan milik Jimmy dibawa oleh Juna dan Bima.

"Gue bisa, Bang. Kenapa?" Ujar Obin.

Agus melirik Obin, lalu ia membaringkan Jimmy di sofa. "Nih, lo kerokin dia."

JEKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang