19. Surprise

518 73 51
                                    

Happy reading!

--JEKA--

Pulang cepat ketika ujian menjadi hal favorit Jeka. Namun, tidak dengan hari ini. Cowok itu sekarang justru terlihat malas-malasan dan banyak pikiran.

Seminggu lalu, sepulangnya ia dari sekolah saat hari pertama ujian, ia mendapat kabar dari Papanya jika Evan sudah sadar dari koma. Tidak ada amnesia atau hal buruk lainnya. Kondisinya baik. Sejak saat itu pula harusnya ia sudah menjenguk Evan dengan Papa, tetapi Jeka memilih menghindar dengan alasan sedang ujian.

Sesungguhnya Jeka tidak ingin datang saat itu karena ia tidak ingin bertemu dengan geng Alexis. Pikirnya, pasti geng Alexis akan disana saat mendapat kabar Evan siuman. Alasan berikutnya, karena Jeka bingung ia harus bereaksi bagaimana ketika menjenguk Evan. Apa yang harus ia lakukan? Kata apa yang cocok ia ucapkan? Ia takut bertingkah salah yang akan memperburuk suasana.

Dan tibalah saat ini. Sesuai janjinya dengan Papa seminggu yang lalu, Jeka harus datang menjenguk Evan ketika ujiannya sudah berakhir. Beruntungnya ia tidak harus kesana sendirian, karena Papa akan menemaninya.

"Ayo!"

Jeka tersentak dari lamunannya. Kepalanya ia tolehkan ke Papa yang barusan berucap.

Papa mengernyit. "Jangan menghindar lagi kamu. Kamu pikir Papa nggak tau kalo seminggu yang lalu kamu cuma nyari alasan doang?"

Jeka meringis pelan. Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri Papa. "Su'udzon aja, ih, sama anak sendiri."

"Su'udzon apanya? Fakta ya!"

"Iya-iya. Ayo!" Jeka menarik lengan Papanya keluar rumah.

"Naik apa nih?" Tanya Jeka saat sudah sampai di garasi.

"Motor kamu. Tapi kamu yang nyetir, Papa males nyetir soalnya."

"Idih, yaudah naik mobil aja. Bisa nyender."

"Nggak mau, orang Papa maunya naik motor kok kamu ngatur-ngatur!" Ketus Papa.

"Ya Allah, orang tua. Kan enak Pa, adem, bisa nyender lagi." Kata Jeka mencoba memberi pengertian.

"Apasi kamu. Papa maunya angin alami. Ac mah apaan? Nggak alami."

"Oh gitu. Kalo nanti Ac di kamar Papa nggak nyala, berarti itu ulah Jeka, ya. Papa jangan marah." Kata Jeka dengan seringai jahil di bibirnya.

Papa menatap Jeka datar. "Beli lagilah! Nggak usah sok miskin gitu."

Jeka mendengus malas. "Sombong banget! Diambil Allah baru tau rasa."

Papa terkekeh pelan. "Astaghfirullah.. udah ayo berangkat."

Pada akhirnya Jeka menuruti kemauan Papanya untuk menaiki motor.

--JEKA--

Jeka mendadak gugup ketika motor yang dikendarainya sudah mencapai parkiran rumah sakit. Cowok itu berusaha merilekskan tubuhnya dengan menarik dan menghembuskan nafasnya perlahan. Papa merotasikan matanya malas melihat tingkah Jeka. Sebenarnya Papa tahu kenapa Jeka gugup seperti itu, hanya saja, menurutnya Jeka terlalu berlebihan.

JEKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang