17. Erick

450 74 68
                                    

Happy reading!

--JEKA--

Erick menghembuskan nafasnya kasar sebelum tangannya membuka pintu di depannya. Matanya terpejam ketika merasakan hawa dingin dari dalam rumah tersebut.

"Inget pulang juga kamu?"

Tanpa perlu repot-repot menoleh, Erick sudah tahu siapa orang yang akan menyambutnya seperti itu ketika ia memasuki rumahnya.

Langkah pelannya menghampiri orang tersebut. Erick meraih jemari orang itu, lalu menciumnya dengan sayang. "Assalamualaikum, Bunda."

Orang yang dipanggilnya Bunda tersebut tersenyum kecil. Beliau mengusap lembut puncak kepala Erick.

"Udah nggak sayang Bunda kamu? Baru pulang sekarang, heh?"

Erick nyengir lebar. "Dih, sok tau anda, orang tua."

Bunda mendelik. "Ngomong apa kamu, hah?!"

"Bunda keknya perlu ke tht deh, ayo aku anter."

PLAKK.

Bukannya marah karena baru saja ditampar oleh Bundanya, Erick justru terbahak riang. Baginya tamparan Bunda tidak ada rasanya sama sekali.

"Nggak sopan banget kamu, ya. Ihh! Bikin Bunda kesel aja bisanya.." Gerutu Bunda.

Erick semakin terbahak, tangannya bergerak menyubit gemas pipi Bunda. "Ihh, gemesnya Bundaku."

Senyuman ikut terbit di bibir Bunda. "Udah makan belum kamu?"

Erick menggeleng dengan bibir mengerucut lucu.

"Ayo! Mau makan apa, Bunda masakin khusus buat kamu."

--JEKA--

"Masalah apa lagi yang baru kamu buat? Kamu sadar nggak dampaknya sekarang ke siapa?"

Genggaman sendok yang dipegang Erick semakin mengerat. Pemuda itu menatap datar meja makan di depannya. Ketika sedang asik-asiknya menikmati nasi goreng buatan Bunda, sosok yang dipanggilnya Ayah itu tiba-tiba muncul dan langsung melenyapkan nafsu makan Erick.

"Erick, Ayah tahu kamu dengar. Lihat dan jawab Ayah!"

Erick menoleh dengan tatapan datarnya.

"Kamu nggak kasihan Bundamu ini yang nungguin kamu tiap malem saat kamu belum pulang? Ayah minta kamu berhenti, kamu bisa ngelakuin hal lain, misalnya dateng ke do--."

"Ayah pikir aku nggak capek?! Ayah pikir aku mau kayak gini?! Ayah pikir aku nggak sedih pas tau dia yang jadi korban?! Aku juga capek, Yah! Aku nggak mau kayak gini!" Erick bangkit dari duduknya. Ia menatap Ayahnya dengan mata berkaca-kaca.

Ayah menarik nafas pelan. "Ayah tau Erick. Maka dari itu, mau ya?"

Erick menggeleng. "Nggak sebelum aku bales orang yang buat aku kek gini!"

Bunda mendekat. Beliau mengusap bahu Erick sembari tersenyum lembut. "Kalo kamu mau bales orang itu, lalu kenapa kamu nyari masalah sama orang yang nggak bersalah, hm?"

JEKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang