Chapter 1 : Sekolah
•••
"Bi Asih, Kei berangkat ya." ucap Kei setelah selesai memakai sepatunya.
Bi Asih mengangguk. "Iya, jangan makan sembarangan, ya. Bibi udah masukin bekel sama obatnya."
"Kak Vier udah berangkat?" tanya Kei.
Bi Asih tersenyum. "Masnya semalem nggak pulang. Tidur di penthouse."
Xavier memang jarang pulang. Ia akan pulang hanya untuk mengambil keperluan atau berkas yang ada dirumah, Itu pun jika penting.
Kei tersenyum, senyum yang belakangan ini sudah terlihat sangat berubah. "Kei berangkat. Ingetin juga kak Vier buat makan."
"Iya, nanti bibi bilangin." jawab bi Asih
Kei mengangguk lalu mencium tangan bi Asih dan berpamitan. Sedangkan bi Asih mencium pucuk kepala Kei. Bi Asih terus memperhatikan anak yang sudah 15 tahun ini ia jaga. Ia sangat menyayangi Kei dan sudah menganggap Kei seperti anaknya sendiri.
Setelah kepergian nyonya dan tuan besarnya 2 tahun lalu, bi Asih lah yang sepenuhnya mengurus Kei. Xavier bahkan tidak peduli. Walau ia tau— adiknya sedang sekarat.
Kei melambaikan tangan ketika sudah masuk ke dalam mobil. Sudah biasa, ia akan diantar jemput oleh mang Jajang. Bi Asih membalas lambayan tangan Kei, tersenyum kala melihat senyum palsu itu.
"Lindungi dia, tuhan."
•••
Sedangkan di tempat lain,
Xavier sedang berada di cafetaria kampus bersama teman 1 kampus sekaligus teman sepergenganya. Siapa lagi kalau bukan Agam, Ifan, dan Kenan. Tentu ia juga banyak memiliki teman lain di tempat balapan dan club.
"Lo gak pulang lagi, bang?" tanya Ifan.
Xavier menggeleng membuat ketiganya menghela nafas. "Vier, lo harus bisa nerima Kei. Kejadian 2 tahun lalu itu udah takdir." ucap Agam selaku yang tertua.
Xavier memandang malas ketiganya. "Nggak usah bahas dia, bisa kan? Dan kejadian 2 tahun lalu itu tetep salah Kei." ucapnya, Xavier lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Xavier tetep Xavier, gak akan bisa berubah. Kecuali penyesalan." ucap Kenan sambil memperhatikan punggung Xavier yang mulai menghilang.
"Bang Agam, lo udah cek kondisi Kei?" tanya Ifan. "Hm, tadi kata Adrian Kei udah sekolah. Dia juga keliatan udah mendingan." jawab Agam.
"Iya, tapi kita gatau apa yang Kei sembunyiin." timpal Kenan.
Ketiganya diam tak membalas, mereka juga sangat menyayangi Kei. Melihat bagaimana wajah polos itu selalu berusaha senyum agar dianggap baik-baik saja. Mereka juga sudah mengetahui kalau Kei sedang sakit.
Jam istirahat,
Adrian dan Gavin hanya diam di kelas menemani Kei. Seperti biasa mereka selalu menemani Kei makan di kelas. Selalu ada orang suruhan yang mengantar makanan Gavin dan Adrian.
"Lo gapapa?" tanya Adrian khawatir. Bagaimana tidak, wajah Kei sudah pucat dengan bibir bergetar menahan sakit.
"Nggak papa.." jawab Kei.
"Jangan bohong, lo kaya nahan sakit."
Kei menggeleng, ia berusaha tersenyum kepada dua temannya itu. "Nggak i-ini cuma sakit, sedikit."
KAMU SEDANG MEMBACA
K E I
FanfictionKei yang hatinya sekuat batu karang, akan tetap berjuang demi meyakinkan sang kakak yang menaruh benci tak berujung padanya. Walaupun kesempatan hidup yang tuhan beri semakin menipis. "Kei cape, kak." "Kalo Kei pergi, nanti kakak sendiri." Mereka...