Chapter 3 : Apalagi?
•••
Xavier pulang ke rumah setelah memenangkan balapan. Ia pulang hanya untuk mengambil flashdish berisi data kantor.
"Kakak." ucap senang Kei ketika melihat Xavier.
Xavier tak memperdulikan sang adik, ia melanjutkan langkahnya untuk ke kamar. Wajah senang Kei berubah sendu. Tak lama Xavier kembali turun dan Kei yang melihat lantas langsung menghampiri sang kakak.
"Kak Vier mau kemana?" tanyanya, walau ia sudah tau apa jawabannya.
"Bukan urusan lo."
"Ka Vier, tidur disini aja ya?"
Xavier berbalik memandang sinis Kei. "Gak sudi."
"Kakak, Kei mohon." ucap Kei lirih.
"Gue gak sudi deket-deket sama pembunuh kaya lo." sarkasnya.
"M-maaf." Xavier lalu menghentikan langkahnya. "K-Kei minta maaf kak, Kei juga gak mau bunda sama ayah pergi."
Xavier menggeram marah. "Maaf kata lo? Emang kata maaf bisa bikin bunda sama ayah, hah? NGGAK KAN?! Coba waktu itu lo gak ngerengek minta bunda sama ayah buat pulang, MUNGKIN HARI ITU MEREKA GAK AKAN NAIK PESAWAT ITU KEI!"
Xavier membentak Kei membuat nafasnya memburu. Air mata berlomba-lomba turun dari pelupuk matanya. "M-maaf, kak hiks."
Xavier tertawa hambar, tak bisa dipungkiri matanya juga sudah berkaca-kaca. "Gue bosen denger kata maaf dari lo. Mendingan lo jangan muncul di depan muka gue atau lebih baik pergi sana." Ucapnya lalu pergi begitu saja.
Kei terduduk sambil meremas dadanya. Rasa sakit di tubuhnya bahkan tak terasa sekarang, dadanya sesak karena perkataan Xavier. Bi Asih yang sedari tadi memperhatikan tak bisa menahannya, ia langsung berlari turun memeluk tubuh ringkih itu.
"Nggak usah di masukin hati omongan mas Vier. Mungkin masnya lagi mabuk." ucapnya, ia memeluk semakin erat tubuh bergetar itu.
Kei menggeleng pelan dipelukan bi Asih. "Hiks kak Vier bener, i-ini salah Kei bi, hiks."
Bi Asih dengan cepat menggeleng. "Bukan, ini bukan salah Kei."
"K-kei juga mau nyusul bunda sama ayah, t-tapi nanti kakak sendiri hiks." runtuh sudah pertahanan bi Asih, ia semakin mempererat pelukannya. "Nggak, nggak sayang. Kalo Kei nyusul bunda sama ayah Pradipta, Kei berati nggak sayang bibi?"
"Kei sayang bibi." lirihnya. Bi Asih tersenyum lembut, ia lalu mencium pucuk kepala sang empu. Mengusap punggungnya dan membiarkan anak itu tenang. 5 menit bi Asih membiarkan posisinya sambil meneluk Kei, Kei sudah agak tenang walaupun ia masih sesegukan.
"Bi Asih." ucap Kei lirih. "Hm?" gumam bi Asih sambil terus mengelap kening Kei yang terus berkeringat.
"Kalo Kei nyusul bunda sama ayah, kak Vier bakal seneng ya?"
Entah sudah tetesan keberapa air mata jatuh dari wanita berusia 30 tahun itu, sebisa mungkin ia menetralkan suaranya.
"Kalo Kei pergi, nanti mas Vier nya sendiri. Dengerin bibi ya, mas Vier itu bukannya benci sama Kei tapi butuh waktu. Mas Vier butuh waktu buat nerima semuanya."
"Waktu dua tahun emang gak cukup ya buat kak Vier nerima semuanya?"
Bi Asih lalu mengusap surai Kei. "Kei mau berjuang lagi kan biar mas Vier nya sayang sama Kei?" tanyanya. Kei mengangguk membuat bi Asih tersenyum. "Iya, kita berjuang sama-sama ya. Kei ngga sendiri, ada bibi, mas Agam, Adrian, Gavin, Ifan, Kenan. Banyak yang sayang sama Kei."
KAMU SEDANG MEMBACA
K E I
FanfictionKei yang hatinya sekuat batu karang, akan tetap berjuang demi meyakinkan sang kakak yang menaruh benci tak berujung padanya. Walaupun kesempatan hidup yang tuhan beri semakin menipis. "Kei cape, kak." "Kalo Kei pergi, nanti kakak sendiri." Mereka...