Chapter 2 : Tidak Baik, Tapi Tidak Buruk
•••
Malam sudah tiba,
Kei sedang tidur dengan Bi Asih yang menemaninya. Sejak kambuhnya di sekolah, Gavin dan Adrian langsung mengantar Kei pulang yang mana membuat bi Asih cemas. Diluar dugaan mereka, sore tadi Kei memuntahkan darah dan terus merancau memanggil Xavier.
Bi Asih yang kelimpungan langsung menelfon dokter pribadi agar segera ke rumah dan 30 menit lalu Gavin dan Adrian baru pulang itu juga karena paksaan bi Asih. Kei merancau memanggil Xavier, dahinya berkerut menandakan ia merasakan sakit. Kepalanya sesekali mendongak menghirup oksigen padahal ia memakai selang.
Bi Asih dengan telaten menghapus keringatnya, sedari sore ia tidak bisa menghentikan cairan bening yang terus menerobos pertahanannya. Kalau sudah seperti ini, bi Asih tidak akan pernah tidur dan akan menjaga Kei semalaman. Bukan sekali dua kali ia melihat Kei harus berjuang dengan rasa sakit, dan tidak pernah sekalipun ia melihat Xavier yang menemani sang adik melawan rasa sakit itu.
"Kei kuat. Suatu hari nanti pasti mas Vier sayang sama Kei."
•••
Adrian dan Gavin tiba di Strike Eagle. Tempat yang khusus dibuat oleh Xavier untuk tempat nongkrong. Disini tidak hanya ada teman Xavier, ada anak funk, badboy, tukang mabuk dan temannya yang lain. Walau Adrian dan Gavin seumuran dengan Kei, tapi mereka sama persis seperti Xavier. Sama dalam sifat dan jago bela diri.
Gavin dan Adrian mendudukan tubuh mereka di sofa sebelah Ifan. "Baru pulang, dek?" tanya Ifan.
Adik? Ya, Gavin adalah adik dari Ifan dan Kenan. Gavin mengangguk lalu menyandarkan kepalanya di kepala sofa dan memejamkan mata.
"Lo telat banget pulangnya, pasti balapan." timpal Kenan. Gavin mendengus, tapi ia tak berniat menjawab sama sekali. "Kita abis mastiin Kei baik-baik aja, tadi dia kambuh." jawab Adrian.
"Kei kambuh?" tanya Agam khawatir dan Adrian mengangguk.
Adrian lalu melirik Xavier yang sama sekali tak mengeluarkan suara dan ekspresi. "Bang Vier, lo harus temui Kei. Dia butuh lo." ucapnya.
"Gue gak peduli." jawabnya acuh.
"Ikutin kata hati, bukan ego bang. Jangan sampe penyesalan bakal dateng kalo Kei udah nyusul bunda sama ayah Pradipta." jawab Adrian kesal.
Xavier tertawa hambar. "Biarin aja, biar dia nyusul bunda sama ayah biar gue bisa bebas." Gavin mengepalkan tangan. Baru ia akan memukul Xavier namun Kenan menggeleng dan menahan tangannya.
"Shit the fucking up. Kalo Kei pergi lo bakal nyesel sampe jadi gila." gumam Gavin yang masih bisa di dengar oleh Ifan dan Kenan. Mereka tau seberapa sayang Gavin dan Adrian terhadap Kei.
"Kalo Kei sampe nyerah lo bakal jadi orang pertama yang gue abisin. Xavier Putra Pradipta." ucap dingin Adrian.
Sama seperti Gavin, baru ia akan memukul Xavier namun Agam menyuruhnya untuk duduk. "Tenang, Ian. Kadi gimana sekarang kondisi Kei?" tanya Agam, ia khawatir sekaligus meredam amarah Adrian.
Adrian menghela nafas. "Gak baik, tadi dia muntah."
Agam tersenyum sendu. "Yaudah, kamu tenang aja. Besok abang bakal bawa Kei buat check-up."
KAMU SEDANG MEMBACA
K E I
FanfictionKei yang hatinya sekuat batu karang, akan tetap berjuang demi meyakinkan sang kakak yang menaruh benci tak berujung padanya. Walaupun kesempatan hidup yang tuhan beri semakin menipis. "Kei cape, kak." "Kalo Kei pergi, nanti kakak sendiri." Mereka...