Chapter 5 : Haruskah?
•••
Roda brangkar terdengar bergesekan dengan lantai dingin rumah sakit. Di atasnya, ada seorang remaja sudah tak sadarkan diri sejak dibawa ke rumah sakit. Darah pun ikut mengotori baju dan area hidung serta mulutnya.
"Maaf, kalian hanya bisa mengantarnya sampai sini." ucap dokter Yuda.
Setelahnya ia langsung masuk ke dalam emergency room karena kondisi Kei yang tidak bisa di katakan baik.
"Tuhan, selamatkan Kei." bi Asih merapatkan kedua tangan dan menaruhnya di depan dada.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Kali ini tembok rumah sakit menjadi sasaran empuk pukulan Gavin. Tak peduli tangannya berdarah, ia lalu menyandarkan tubuhnya di tembok.
Agam yang terlihat tenang tapi siapa tau ia juga cemas. Bagaimana tidak, Adrian membawa Kei yang sudah setengah sadar. Yang lebih membuat mereka khawatir adalah Kei yang lagi-lagi memuntahkan darah saat dalam perjalanan ke rumah sakit.
Sedangkan Kenan dan Ifan menemani Xavier dirumah. Mereka takut Xavier akan berbuat macam-macam. Adrian terus bergumam Kei baik-baik aja untuk menenangkan dirinya sendiri, tak bisa bohong ia pun sangat takut.
Di rumah— Kenan dan Ifan sedang menenangkan Xavier yang sedari tadi mengamuk. Xavier melempar semua barang yang ada dikamarnya membuat benda itu berjatuhan, pecahan kaca terdengar jelas di kamar dan sekarang kamar Xavier sudah seperti kapal pecah.
"Bang, stop!" peringat Ifan.
Kenan berdecak, ia lalu mengambil bingkai yang menunjukan foto Xavier dan Kei yang sedang tersenyum lebar. Kenan melempar bingkai itu di depan Xavier yang mana membuat sang empu seketika terdiam begitupun dengan Ifan. Xavier memandang kosong foto yang pecah di hadapannya.
"Bang, stop bohongin diri lo sendiri." ucap Kenan lirih. Jujur, ia sangat lelah melihat Xavier yang menutupi fakta bahwa ia sangat menyayangi Kei. Ia juga lelah melihat malaikat kecil itu terus berjuang tanpa henti agar Xavier kembali menyayanginya.
"Kita tau lo sayang sama Kei, kita tau bang. Lo belum bisa ngalahin ego, lo juga belum bisa ikhlasin bunda sama ayah pradipta." Kenan lalu berjalan menghampiri Xavier. "Bunda sama ayah Pradipta udah tenang. Lo gak bisa kaya gini terus. Ada Kei, dia butuh lo sebagai abangnya, dia butuh lo buat berjuang sama-sama."
Ifan mengalihkan pandangannya saat kristal bening meluncur bebas dari pelupuk mata. "Kei juga gak mau kalo ayah sama bunda Pradipta pergi tapi ini udah takdir mereka. Lo harus terima." ucapnya sambil memegang bahu Xavier namun di sentak kasar oleh sang empu.
"Bunda sama ayah gak bakal pergi kalo Kei gak ngerengek buat mereka balik ke Indo hari itu. Ini salah dia, INI SALAH KEI!" nafas Xavier memburu membuat Kenan langsung memeluk tubuh Xavier, ia tau Xavier juga tengah hancur. "LEPAS BANGSAT! LEPASIN GUE!"
"Bang, bang Vier lo harus tenang." Ifan yang menyaksikan terisak. Saat itu pula tangisan Xavier pecah. Ia jatuh terduduk dengan Kenan yang masih memeluknya.
"Gue masih gak rela mereka pergi, gue masih butuh mereka..." isakan Xavier membuat Kenan menitikan air mata.
"Gue tau, gue tau, bang. Tapi inget, bunda sama ayah Pradipta nitip Kei buat lo jaga." ucapan Kenan menampar telak batin Xavier.
Benar, masih ada Kei yang membutuhkannya. Kenan terus memeluk Xavier yang sedang hancur itu, membisikan kata-kata penenang agar Xavier bisa meredam emosinya. Setelah 5 menit, Kenan lalu membawa Xavier duduk ditepi ranjang lalu Ifan membawakan segelas air.
KAMU SEDANG MEMBACA
K E I
FanfictionKei yang hatinya sekuat batu karang, akan tetap berjuang demi meyakinkan sang kakak yang menaruh benci tak berujung padanya. Walaupun kesempatan hidup yang tuhan beri semakin menipis. "Kei cape, kak." "Kalo Kei pergi, nanti kakak sendiri." Mereka...