"um... Apa yang sedang kakak lakukan?"
Eren yang sedang berjongkok di tanah langsung menoleh ketika merasa dirinya di ajak berbicara.
"Oh levi! Sejak kapan kamu di sini?"
Eren berdiri dan memutar tubuh menjadi berhadapan dengan bocah kecil itu.
"Aku baru saja datang tadi, memangnya kakak sedang apa sampai tidak menyadari keberadaan ku?"
Tanya levi sambil mengintip ke lubang yang berada di belakang eren.
"Ah, aku sedang menanam bibit tadi, ibu menyuruhku untuk menanam tanaman miliknya."
Levi mengangguk dengan mulut yang membentuk huruf O.
"Ingin membantu?"
Mendengar pertanyaan eren mata levi langsung berbinar semangat.
"Apakah boleh?"
Eren tertawa kecil melihat semangat yang ada pada levi, ia lalu mengangguk dan berjongkok di hadapan levi, ia memberikan sebuah sekop kecil kepada anak itu kemudian tersenyum.
Levi semakin senang karena menerima sekop dari eren, ia lalu ikut berjongkok di samping eren dan ikut menggali lubang.
"Hati hati levi, nanti pakaianmu bisa kotor."
Namun sepertinya perkataan eren barusan tidak di gubris oleh pemilik nama, bahkan sekarang ia sedang duduk di tanah dengan fokus yang tak lepas dari tanah yang sedang ia gali.
"Astaga anak ini."
Eren terkekeh lalu menggelengkan kepalanya, ia menyerah memperingati levi, akhirnya ia juga kembali melanjutkan aktivitasnya.
Eren terbangun dengan kepalanya yang merasakan sakit, ia bersandar pada headboard sambil memijit pelipisnya untuk mengurangi rasa sakit kepalanya.
"Ah sial, mimpi itu lagi... Berapa kali aku harus bermimpi tentang kenangan masa lalu itu..."
Ia mendesah frustrasi, ia merindukan sosok bocah ackerman yang sering menemaninya itu.
"Mengapa sangat sulit menemukanmu? Benarkah kamu sudah tiada karena insiden 5 tahun silam? Tapi mengapa tim medis mengatakan tidak menemukan mayat mu... Aggrh sudahlah ini semakin membuatku pusing!"
Eren mengacak acak rambutnya dan kemudian menghela nafas, ia menapakkan kakinya ke lantai, memilih untuk mandi dan menyegarkan pikirannya.
"Jaegaaarrr!!!"
Eren yang baru sampai kantornya menolehkan kepala ketika merasa dirinya di panggil, ia menemukan hanji yang sedang berlari ke arahnya, dan di belakang ada armin yang mengejarnya.
Eren menghela nafas lalu kembali melangkah menuju lift.
"Hey eren tunggu aku!"
Hanji terus berlari mengejar eren yang berada di lift, tapi sebelum sampai lift eren sudah menyeringai dan melambaikan tangannya singkat.
"Bye."
Pintu lift tertutup dan hanji menabrak pintu lift, ia mengerang kesal dan beberapa kali memukul pintu lift, sedangkan armin di belakangnya tertawa dengan puas karena hanji tidak dapat menyusul eren ke lantai atas.
"Diam kau armin!!"
Bukannya diam tawa armin malah semakin kencang, ia bahkan memegangi perutnya yang sakit akibat terlalu banyak tertawa.
"Ahahaha... Perutku... Sakit hahahaha."
Hanji yang geram kemudian melempar kepala armin dengan bolpoin yang ia bawa, dan bolpoin itu tepat mengenai keningnya.
"Hey nyonya zoe!! Beraninya kau!!"
"Apa?! Kau duluan yang memulainya denganku!"
Dan kedua orang itu akhirnya bertengkar dan di perhatikan oleh orang orang yang akan bekerja.
Lagi-lagi mikasa hanya dapat memandang ke arah luar jendela tanpa bisa pergi kemana mana, ia hanya memperhatikan burung burung yang terbang dan beberapa gedung pencakar langit yang menghiasi kotanya, namun bibirnya tak henti tersenyum entah karena apa.
"Oi!"
Mikasa menoleh dan senyumnya mendadak luntur, berganti dengan wajah muramnya ketika tahu bahwa yang memasuki ruangannya itu adalah dokter jean.
"Sedang apa kau disini? Kemana annie?"
Jean hanya menatap sekilas kepada mikasa, ia kemudian kembali sibuk dengan lembar laporan yang di bawanya, dokter itu tidak datang sendiri, melainkan bersama seorang suster, karena tentu ia tidak dapat memeriksa mikasa sendiri, kau tahu maksudku bukan.
"Tentu saja memeriksa mu, annie sedang melakukan hal lain, berhenti lah bertanya nona galak."
Mikasa membulatkan matanya, ia tak terima dirinya di panggil nona galak oleh dokter yang menjadi musuhnya itu.
"Ya baiklah dokter-datar-Jean yang terhormat, sudahlah cepat pergi dari sini, kau merusak pagi ku."
Jean merotasikan matanya kemudian menghampiri mikasa, ia sedikit menunduk untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah mikasa, dokter itu tersenyum lalu mengetuk pelan kepala mikasa dengan bolpoin yang ia bawa.
"Baiklah tuan putri, saya permisi."
Dokter itu kembali ke posisinya semula, lalu pergi dari ruangan mikasa dengan bibir yang tersenyum miring.
Mikasa terdiam, ia merasa ada yang salah dengan dirinya, wajahnya terasa panas dan jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
"Astaga, ada apa dengan diriku, tidak tidak tidak mungkin aku menyukainya! Tidak tidak ia hanya seorang pengganggu untukku!"
Mikasa terus mengulangi kalimat yang sama, ia mengibaskan tangannya untuk mengipasi wajahnya yang terasa panas.
•To Be Continued•
Minna, maaf ya kalo di chap 3-4 itu posisinya kebalik, aku gatau kenawhy udah di benerin padahal tapi sama aja, yaudin makasi
-Eve
KAMU SEDANG MEMBACA
my little omega {EreRi} [Eren x Levi] ✓
Fiksi Penggemarbagaimana caramu menemukan seseorang yang merupakan 'mate' mu di antara milyaran orang di bumi ini? warning! BxB Omegaverse Age gap Eren (30) Levi (20)