15 - Heart Attack

28.4K 4.2K 115
                                    

Its getting serious as a heart attack, if he keeps doing that - Illy

***

Aneh!

Iya, itu yang kurasakan tentang perhatian lelaki yang juga bosku ini. Sekarang, dia malah dengan santainya duduk di depanku tanpa melakukan apa pun. Harusnya kalau sudah datang, sekalian bantuin aku kek, biar kerjaan cepat selesai.

"Mas Axel bener-bener datang cuma buat duduk-duduk ngelihatin aku kerja doang?" tanyaku, lama-lama sebal juga dengan sikapnya.

"Iya, kenapa?" balasnya, bahkan tanpa melihatku. Sedari tadi hanya sibuk mengutak-atik ponselnya.

"Ya, nggak usah ke sini aja, Mas. Aku nggak bakal─"

"Gue mo pesen Starbucks, mau?" 

"Caramel Java Chip no whipped cream, thank you," jawabku mode otomatis, yang membuatnya mengangkat pandangan dari layar ponselnya sejenak dan mungkin takjub dengan komentar cepatku.

 Apa? Aku memang nggak bisa nolak rezeki, apalagi kalau menyangkut kopi favorit. Jadi, aku hanya mengedikkan bahu saja, cuek dengan apa pun kesannya tentangku yang nggak pakai acara gengsi kalau mendapat tawaran menarik. Lalu kembali fokus ke pekerjaanku.

"Kaya ada setelan otomatisnya gitu, ya, kalo ditanya soal kopi?" tanyanya, sepertinya selesai dengan urusan pesanan online-nya. Lagi-lagi aku hanya mengedikkan bahu.

"Lo belum kelar?" lanjutnya.

"Bakalan cepet kelar, kalau Mas Axel nggak cuma ngelihatin doang, sih," sahutku tanpa melihatnya.

"Sini!"

Aku sempat kaget dengan keberadaannya yang tiba-tiba menjulang dan rupanya dia sudah berdiri di sampingku. Mengambil beberapa lembar contoh flyers, dan membaca proposal-proposal promosi yang sudah disetujui, untuk kemudian disusun dan disesuaikan dengan hari-hari di kalender event.

Kenapa aku mendadak deg-degan gini? Tanpa sadar tanganku juga meraba dada. Kenapa aku ini? Karena terlalu dekat dengan dia? Akhirnya aku sedikit menggeser kursiku tanpa kentara. Aku berdeham, menjernihkan kerongkongan, lalu mencoba menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Tapi masih aja, degupan asing itu nggak hilang juga. Damn, poor my heart.

"Balik dari sini nonton, yuk." Kepalaku refleks menoleh padanya. Apa lagi ini, kok tiba-tiba dia ngajak ... tunggu deh. Aku mengernyit sembari memperhatikan Axel. Kurasa, sebenernya dia tau kalau sedang diperhatikan, hanya pura-pura sibuk sendiri aja.

"Why?" Kata itu yang akhirnya keluar dari mulutku.

"Hah?" Akhirnya Axel mengalihkan perhatian dari lembaran-lembaran kertas yang dipegangnya. Pandangan kami pun bertemu.

Okay, this is weird. Perasaanku semakin aneh. Apa aku suka sama dia? Kutelengkan kepala, memikirkan jawaban pertanyaanku sendiri. Apa dulu kaya gini ya rasanya waktu aku masih jadian sama Egha? Baru jomlo dua bulan lebih dikit aja, kok kayanya aku udah lupa rasanya suka sama seseorang.

Aku yang pertama memutuskan perang pandangan itu. Jelas ini sama sekali nggak bagus untuk kesehatan jantungku.

"Why itu, maksudnya kenapa gue ngajakin lo nonton, gitu?" Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaannya.

"Ya, nggak pa-pa ada film baru. Trus─"

"Bukan karena Mas Axel naksir aku, 'kan?" Eh, kenapa malah pertanyaan ini yang keluar dari mulutku, sih? Ah tapi biarlah, ini antisipasi untuk menjaga hatiku sendiri. Daripada baper sendiri.

Cwtch (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang