Setahun kemudian ....
"Jadi ... sekarang udah nggak pakai voice effect lagi?"
Dia menggeleng menjawabku.
"Lagian kamu niat sih, saking nggak maunya ketauan orang sampai pakai voice effect! Pantesan waktu itu aku nggak ngeh kalau kamu itu DJ Al, resek emang!" sambungku, pura-pura sewot padanya.
"Dulu sok idealis, sekarang susah. Radio makin tergerus kalau kita nggak mengalah dan mengikuti teknologi. Ya, bisa-bisa gulung tikar," terangnya panjang lebar.
"Jadi ntar siaran, sambil dimasukin podcast gitu, ya?"
Hanya anggukan yang kudapat.
"Jadi resign, kan udah best seller?" Kali ini giliran dia yang bertanya. Aku tahu pertanyaannya ini terlontar, sengaja untuk menggodaku. Saat ini kami sedang menikmati senja di belakang rumahku.
"Maksudnya kamu lebih senang aku di rumah, jadi ibu rumah tangga, ngurus anak, gitu?"
Axel terbahak mendengar sindiranku barusan. "Why not? Itu pekerjaan mulia lho, Sayang," lanjutnya masih belum puas meledekku.
"Hey! Bapak Axel Lesmana yang terhormat, nggak usah berandai-andai pengin aku jadi ibu rumah tangga, kalau Anda aja belum ngelamar saya, ya!"
Lagi-lagi dia tertawa, lalu menjawab, "Apa perlu kudatangkan keluargaku sekarang, lengkap sama tanjidor dan ondel-ondelnya sekalian?"
"Kok ondel-ondel?" Kutegakkan kepala yang sedari tadi bersandar di bahunya.
"Abis apa? Kalo Betawi gitu kan adatnya?" Dia malah bertanya balik.
"Emang siapa yang orang Betawi, kamu?" Sore kami emang sering seabsurd ini.
"Bukannya kamu, ya?"
Aku ternganga mendengar pertanyaannya barusan. "Kamu becanda, 'kan? Sayang, aku orang Jawa! Kamu mau digorok Papa, hah?"
Kali ini dia tergelak lepas. Ah, sial! Pasti aku diisengin lagi. "Kamu, ya!" Kukilik-kilik badannya sampai dia kegelian, emang dasar nggak sopan! Akhirnya dia berhasil menangkap kedua tanganku. Dan mata kami pun bertemu. Kami masih sama-sama terengah-engah sisa candaan barusan. Tapi debaran dadaku nggak bisa berbohong. Aku mencintai lelaki ini. Dan aku merasa aman dengannya seperti ini. Sekali pun aku nggak bisa berbuat apa-apa, seperti sekarang ketika tanganku dalam kuasanya. Aku yakin, dia akan sepenuhnya menjagaku.
Jarak di antara kami semakin menyempit. Dapat kurasakan hangatnya embusan napasnya yang menyapu permukaan kulit wajahku. Pandangan kami saling mengunci.
"Woi! Kamar sana, jangan mesra-mesraan di teras! Ada anak di bawah umur nih!" Teriakan Dimas membuat kami terlonjak dan seketika memisahkan diri. Memang dasar, awas saja tuh bocah.
"Dimaaas!"
Seperti yang lalu-lalu, kalau sudah seperti ini, aku nggak akan menyerah dan terus mengejar Dimas sampai dapat, lalu menyiksanya sepuasku. Sementara Axel selalu menjadi penonton dan penggemar setia, yang menikmati secara berlebihan dan nggak berniat memisahkan perseteruanku dengan adikku.
~SELESAI~
Terima kasih buat yang udah menikmati cerita ini sampai selesai. Sampai jumpa di cerita yang lain. Jangan lupa tetap vote dan kalau bisa sekalian tinggalkan review ya.
Yang belum follow, ya jangan lupa follow. Biar nggak ketinggalan cerita-cerita emak yang lain. See you when I see you. Lop U
KAMU SEDANG MEMBACA
Cwtch (Completed) ✔
Romance- Pemenang Wattys 2021 kategori Chicklit - - Reading List @WattpadChicklitID kategori Agenda Meja Kantor Juni 2021 - Bahwa rupanya, orang terdekatmu bisa menikammu dari belakang itu benar adanya. Bahkan hanya mimpi kecil pun dirampas. Aku hanya ing...